Lhokseumawe, 21 November 2024 – Dalam rangka mempererat hubungan kelembagaan mahasiswa di Aceh, Kementerian Luar Negeri Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh mengadakan kunjungan resmi ke Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe. Kegiatan ini diisi dengan diskusi terbuka antara delegasi DEMA UIN Ar-Raniry yang dipimpin oleh Razif selaku Menteri Luar Negeri DEMA UIN Ar-Raniry dan Allam selaku Presiden Mahasiswa IAIN Lhokseumawe.
Pertemuan ini membahas berbagai isu penting, termasuk perbandingan struktur kelembagaan, efektivitas program kerja, hingga dinamika politik daerah, khususnya terkait Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Aceh. Diskusi berlangsung hangat dan produktif, menghasilkan berbagai pandangan strategis untuk pengembangan kelembagaan dan peran mahasiswa dalam menjawab tantangan masyarakat.
Dalam sesi pertama diskusi, Razif menjelaskan struktur kelembagaan DEMA UIN Ar-Raniry yang memiliki 15 kementerian dengan komposisi menteri, wakil menteri, dan staf. “Struktur ini memberikan fleksibilitas lebih besar dalam pembagian tugas. Staf membantu pelaksanaan teknis, sementara menteri dan wakil menteri fokus pada perencanaan strategis,” kata Razif.
Sementara itu, Allam memaparkan bahwa IAIN Lhokseumawe mengadopsi struktur yang lebih sederhana dengan 11 kementerian. Setiap kementerian hanya terdiri dari menteri dan 1-3 direktur jenderal (dirjen) tanpa staf tambahan. “Struktur ini memungkinkan komunikasi lebih cepat dan efisien, baik antara Badan Pengurus Harian (BPH) dengan menteri maupun menteri dengan dirjen. Namun, ketiadaan staf memaksa kami merekrut volunteer saat ada kegiatan besar,” ungkap Allam.
Kedua pihak sepakat bahwa struktur kelembagaan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Razif menekankan bahwa meski struktur DEMA UIN Ar-Raniry lebih kompleks, sistem ini memungkinkan distribusi kerja yang lebih efektif, terutama untuk kegiatan skala besar. “Kami menyarankan agar IAIN mempertimbangkan menambah staf untuk mendukung pelaksanaan program,” ujar Razif.
kedua lembaga memiliki kesamaan dalam fokus kementerian, seperti pendidikan, sosial, keagamaan, dan pengembangan mahasiswa. Sistem pemilihan kepengurusan juga serupa, yaitu melalui Musyawarah Besar (MUBES) yang melibatkan delegasi Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) atau Program (HMP).
“Sistem MUBES ini memastikan proses demokrasi berjalan adil dan representatif, sehingga semua elemen mahasiswa dapat terlibat dalam menentukan kepengurusan,” kata Allam.
Selain membahas isu kelembagaan, diskusi juga menyoroti dinamika politik daerah menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Aceh. Allam menyampaikan bahwa situasi di Lhokseumawe saat ini kondusif. “Semua calon memiliki elektabilitas masing-masing yang perlu dipertahankan. Kami bersyukur kondisi di Lhokseumawe tetap aman dan tenteram,” ujarnya.
Razif, di sisi lain, mengungkapkan pandangannya mengenai dinamika Pilkada di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. “Pilkada di Aceh memiliki sisi positif dan negatif. Di satu sisi, masyarakat semakin cerdas dalam menilai calon pemimpin. Namun, di sisi lain, dinamika politik menjelang Pilkada dapat menimbulkan polarisasi jika tidak dikelola dengan baik,” jelas Razif.
Keduanya sepakat bahwa mahasiswa memiliki peran penting dalam menjaga suasana kondusif di masyarakat. “Mahasiswa harus menjadi penengah dan agen perubahan yang mendorong masyarakat untuk memilih berdasarkan visi dan misi calon, bukan berdasarkan sentimen politik tertentu,” tambah Allam.
Diskusi juga membahas efektivitas program kerja yang diterapkan masing-masing lembaga. Struktur DEMA UIN Ar-Raniry yang lebih kompleks dinilai membantu pelaksanaan program secara lebih terorganisir. Sementara itu, struktur IAIN Lhokseumawe yang lebih sederhana dinilai efektif dalam mempercepat komunikasi internal, meski memerlukan penyesuaian dalam pelaksanaan program besar.
Pertemuan ini ditutup dengan pembahasan peluang kerja sama yang lebih konkret antara kedua kampus. Salah satu usulan yang mencuat adalah menyusun Memorandum of Understanding (MoU) untuk memperkuat sinergi, seperti pelatihan kepemimpinan bersama, seminar gabungan, dan pertukaran program kerja.
“Kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas kelembagaan dan memberikan dampak positif, baik di tingkat kampus maupun masyarakat luas,” ujar Razif.
Allam menyambut baik usulan tersebut. “Sinergi antar kampus sangat penting, terutama dalam menghadapi tantangan pendidikan tinggi di Aceh. Kami optimis dengan kerja sama ini, kita dapat memberikan kontribusi nyata untuk pengembangan mahasiswa dan masyarakat Aceh,” tutup Allam.
Penutup
Kunjungan DEMA UIN Ar-Raniry ke IAIN Lhokseumawe menjadi momentum berharga untuk mempererat hubungan antar mahasiswa di Aceh. Dengan berbagai isu strategis yang dibahas, pertemuan ini diharapkan menjadi langkah awal menuju kolaborasi yang lebih erat, sekaligus memperkuat peran mahasiswa dalam menjawab tantangan sosial dan politik di wilayah Aceh.