Gayo Lues — Video ekspedisi ziarah ke makam ulama besar asal Tanah Gayo, Tengku Tambak Malem, atau dikenal sebagai Uruk Ndaholi, diunggah oleh akun Facebook Tengku Tir dan dikutip pada Sabtu, 12 Juli 2025. Ziarah ini berlangsung di kawasan Bintang Meriah, Tiga Binanga, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, dan menjadi momen spiritual serta historis yang mempererat kembali hubungan budaya antara masyarakat Gayo dan Karo.
Tengku Tambak Malem dikenal sebagai ulama dan penyebar Islam yang berasal dari Kerajaan Linge, salah satu kerajaan tertua di dataran tinggi Gayo. Dalam video berdurasi hampir tiga menit itu, narator menyampaikan bahwa makam sang ulama dikelilingi rumpun bambu, namun tidak satu pun batang bambu tumbuh di atas pusaranya—fenomena yang dianggap sebagai tanda kemuliaan beliau.
“Biasanya pohon bambu tumbuh di tengah-tengahnya. Tapi Allah berkehendak lain, makam ini dikelilingi bambu namun tak ada yang tumbuh di atasnya,” ujar narator dalam video.
Menurut narasi, Tgk. Tambak Malem wafat pada tahun 1888 M, dan disebut sebagai sepupu dari raja Linge. Ia datang ke wilayah Bintang Meriah dan berdakwah di tengah komunitas Karo, menyebarkan nilai-nilai Islam tanpa menghapus identitas budaya lokal.
Salah satu keturunan langsung, Adri Istambul Lingga Gayo, menyambut kedatangan rombongan dan memberikan testimoni sejarah lisan yang diwariskan secara turun-temurun.
“Tengku Tambak Malem adalah sepupu dari Lingga Raja di Tanah Gayo. Beliau datang dan menetap di sini, menyebarkan Islam kepada masyarakat Karo,” ujarnya.
Lebih lanjut, Adri menekankan pentingnya menyadari kesamaan kultural antara Gayo dan Karo.
“Bahasa kita mirip, karakter dan pola makan pun serupa. Bahkan DNA kita identik. Kita hanya berbeda letak geografis, tapi kita satu darah,” tambahnya.
Ziarah ini menjadi refleksi akan hubungan erat dua etnis yang secara historis memiliki keterhubungan kuat sejak masa kerajaan. Tidak hanya sebagai perjalanan spiritual, kegiatan ini juga menjadi ajakan untuk kembali merajut sejarah dan kebersamaan dalam keragaman.
“Mari kita rawat sejarah anak bangsa yang beraneka ragam ini. Bineka Tunggal Ika bukan sekadar slogan, tetapi warisan persatuan yang harus kita jaga bersama,” tutup narator dalam video. (NS)