Pilkada 2024 : Antara “Asa” dan “Trauma”

Redaksi Bara News

- Redaksi

Senin, 29 Juli 2024 - 13:13 WIB

50175 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh : Syahril Ramazan (Mahasiswa Prodi Kesejahteraan Sosial UIN Ar-raniry)

Desas desus gaungan perebutan Kursi empuk kekuasaan di bumoe indatu atau lazim khalayak menyebutnya dengan sebutan “Bumi serambi mekkah” kini menjadi komsumsi publik, warung kopi salah satu tempat tersyahdu para penikmat politik “Mempertengkarkan” argumentasi mendukung jagoannya, sebahagian nya lagi sedang “Mempola” Masyarakat sebagai komsumsi politik untuk membersamainya mendeklarasi salah satu sosok yang berhajat terhadap kekuasaan.

Berbagai sosok telah memunculkan dirinya sebagai sang petarug dalam perebutan kursi kekuasaan seperti Ketua Umum partai Aceh H. Muzakir manaf (Mualem) yang sudah mendapatkan Golden tiket dari partai yang berdiri dari hasil perdamaian antara GAM dengan Republik Indonesia serta tak lupa pula partai yang didirkan oleh rekan sejawatnya yang dulu “Berseteru kini menjadi satu regu” yakni partai Gerindra besutan Prabowo subianto, rasanya tak perlu menjelaskan siapa sosok tersebut. Kemudian ada T.M Nurlif ketua DPD Golkar Acet saat ini di isukan sedang melakukan berbagai diplomasi politik guna mendapat dukungan dari beberapa partai sebagai syarat mencalonkan diri dari jalur non independent, lalu ada nama Pj gubernur aceh Bustami hamzah yang saat ini balihonya bertebaran di beberapa sisi kota banda aceh dan beberapa wilayah di provinsi aceh.

Serta ada beberapa nama yang diisukan juga akan bertarung seperti 2 sosok “speaker off sub contry” Sudirman atau haji uma Anggota DPD RI dan Nasir jamil anggota komisi III DPR-RI.

Masyarakat sebagai komsumsi politik tentu menaruh banyak sekali asa dan harapan bagi mereka-mereka yang memiliki nafsu berkuasa di tanoh indatue ini, mulai dari isu-isu kesejahteraan sosial, Pembangunan ekonomi, kekuatan syariat islam, dan pemabngunan insfrastruktur yang memadai.

Masih banyak beberapa wilayah di Aceh yang masyarakatnya hidup dalam ketimpangan dan non kesejahteraan.

Secercah harapan lahir dari Masyarakat agar kelak hidupnya tercukupi dan penuh dengan kebahagiaan minimal dalam jangka 5 tahun kedepan.

Namun, begitu banyak harapan ini juga pernah kami bangun pada pesta demokrasi beberapa masa yang telah lampau, akan tetapi harapan tersebut sirna, Masyarakat masih hidup dalam kondisi ketimpangan dibuktikan dengan data Badan Pusat Statistik aceh masih menjadi provinsi yang menjadi Juara bertahan sebagai daerah termiskin se Sumatra di Tengah begitu banyak sumber daya yang ada.

Izinkan saya menuliskan sekilas paradoks yang terjadi saat pesta demokrasi masa lampau yang terjadi dalam bungkus Bahasa yang sedikit dramatis dan dilematis.

Baca Juga :  Gelebah Masyarakat terhadap Pembangunan Pulau Banyak Barat

“ Sorak gembira dan tepuk tangan saat sang Raja datang menjumpai rakyatnya begitu bergumuruh,sang raja tak henti-henti dalam menyampaikan butiran-butiran kata mutiara nya, Seakan-akan akan ada sinaran mentari indah di esok pagi berkat Kata nan elok yang iya utarakan.

Setelah sang raja pamit dan bergegas untuk kembali pulang,Rakyat kembali seperti biasa,senyum yang sempat terukir kini kembali pudar karna memikirkan dimana ia akan berhutang lagi untuk makan hari ini, pengangguran kembali menghabiskan waktunya di warung kopi.

Sang raja salah paham,ia berceramah tentang keadilan padahal rakyatnya dalam kondisi ketidakadilan” kira-kira begitulah drama yang terjadi secara turun temurun di bumi seramo mekkah ini.

Sebagai penutup, penulis menitipkan pesan pada sosok-sosok yang akan menjadi “Mempelai” pada pesta demokrasi 5 tahunan ini, “ Sudahlah, sudahilah drama yang anda buat untuk masyarakat demi meraup suara.

berjuanglah dengan tulus dan memang untuk mengabdi pada negeri, jangan untuk oligarki, kekayaan pribadi dan rekan sejawat atau bahkan hanya untuk sumber pemuas nafsu kekuasaan, kami Lelah dengan tontonan kemiskinan yang melanda, letih rasanya melihat mafia-mafia berdasi dan berpakaian dinas, pencintraan yang tak pernah usai, konflik karna kepentingan serta menutup mata di atas ketidak adilan.

Berita Terkait

“Junaidi; Sosok Multitalenta itu kini jadi Komisioner Informasi Aceh”
Kunjungan Danrem 012 Teuku Umar Di Mako Batalyon C Pelopor
Para Pelanggan PLN Harus Tau Diskon  Token Listrik Januari Dan Februari 2025.
Civitas Akademika STIAPEN Lakukan Kunjungan Kerja ke PT. Bara Energi Lestari
Relawan Senior PMI Kota Bandung Melaksanakan Jelajah Nusantara Dalam Rangka HUT Tsunami Aceh Ke 20.
Adri Ketua DP2OW RAPI Wilayah Nagan Raya Apresiasi Kinerja KIP Dan Panwaslih Atas Suksesnya Pilkada
Walaupun Harga Emas Naik Turun Awal Januari 2025 Tercatat Di KUA Suka Makmue 22 Catin. Yang Akan Ijab Kabul Di Masjid Giok.
Melirik Mahfud MD Versus Habiburokhman

Berita Terkait

Kamis, 30 Januari 2025 - 04:14 WIB

Atraksi Barongsai Meriahkan Perayaan Imlek 2576 di Banda Aceh

Rabu, 29 Januari 2025 - 14:18 WIB

Polda Aceh Periksa Ipda YF: Bila Terbukti Melanggar Akan Diproses

Rabu, 29 Januari 2025 - 05:07 WIB

SAPA Desak DPRA Bentuk Pansus untuk Usut Aset Daerah

Rabu, 29 Januari 2025 - 01:39 WIB

Memalukan, Warga Aceh, Indonesia Jadi Umpan Senjata di Negara Malaysia

Selasa, 28 Januari 2025 - 16:28 WIB

Ceulangiek: Minta Menpan RB Angkat Tenaga R2 dan R3 Paruh Waktu Jadi PPPK Penuh Waktu

Selasa, 28 Januari 2025 - 05:54 WIB

Di Penghujung Jabatan: Ini Capaian Safrizal Selàma Memimpin Aceh

Senin, 27 Januari 2025 - 14:42 WIB

T.M.Raja Jurnalis Pase: Minta Oknum Keuchik Pukul Wartawan Pidie Jaya di Hukum Berat, Tindakannya  Bisa Menyebabkan Kemitraan Keuchik dan Awak Media Jadi Retak

Minggu, 26 Januari 2025 - 22:10 WIB

FRN Desak Kapolda Aceh Usut Tuntas Kekerasan terhadap Jurnalis

Berita Terbaru

NAGAN RAYA

Pemkab Nagan Raya Gelar Rapimsus Bahas Agenda Penting Daerah

Kamis, 30 Jan 2025 - 18:39 WIB

OLAHRAGA

Presiden Adam Depok Buka Suara Soal Tudingan Komdis Aceh

Kamis, 30 Jan 2025 - 18:25 WIB