Pidie Jaya, 3 November 2025 — Semarak Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Aceh ke-37 terus berlanjut, menandai hari ketiga pelaksanaan yang berlangsung meriah di Kabupaten Pidie Jaya. Ribuan peserta dan kafilah dari 23 kabupaten/kota di Aceh tumpah ruah di berbagai lokasi lomba, turut disaksikan antusiasme masyarakat yang memadati area sekitar arena MTQ. Sejak pagi hingga malam hari, delapan cabang lomba utama dipertandingkan secara serentak, menciptakan atmosfer yang tak hanya kompetitif, tetapi juga penuh nuansa religius dan kekeluargaan.
Kegiatan lomba dimulai sejak pukul 08.00 WIB, diawali dengan penampilan para peserta Cabang Tilawah Al-Qur’an Anak-anak di Gedung Utama MTQ. Lantunan ayat suci Al-Qur’an dari mulut para qari dan qariah cilik menggugah hati para penonton yang hadir. Suara mereka yang jernih dan penuh penghayatan menjadi gambaran nyata semangat generasi muda Aceh dalam mencintai kitab suci. Lomba ini tidak hanya menjadi ajang adu kemampuan, melainkan juga momen pembinaan mental spiritual generasi sejak usia dini. Antusiasme serupa juga terasa pada sesi Tilawah Tunanetra dan Tilawah Remaja yang diselenggarakan pada sore harinya di lokasi yang sama. Penampilan peserta tunanetra terutama mengundang decak kagum, karena meski dengan keterbatasan fisiologis, mereka tetap mampu membaca ayat-ayat suci dengan tajwid yang fasih serta intonasi yang menyentuh, menjadi inspirasi tersendiri bagi para hadirin.
Tak jauh dari pusat kegiatan utama, lomba Cabang Tahfizh Al-Qur’an berlangsung di dua titik berbeda. Kategori 1 dan 5 juz dilaksanakan di Masjid Al-Istiqamah Rhieng Blang, sedangkan kategori 10, 20, dan 30 juz digelar di Komplek MTQ Pidie Jaya. Para hafiz dan hafizah menunjukkan kemampuan luar biasa dalam mempertahankan hafalan yang telah mereka tanamkan selama bertahun-tahun. Suara mereka menggelegar penuh ketegasan, berpadu dengan artikulasi yang jelas serta pemahaman tajwid yang cermat, membuat suasana masjid dan arena penuh kekhusyukan. Tak sedikit orang tua dan pelatih yang meneteskan air mata bangga melihat anak didik mereka tampil tanpa kesalahan dalam menjawab pertanyaan dari dewan hakim.
Cabang Tafsir Al-Qur’an yang memperlombakan pemahaman terhadap ayat-ayat suci dalam tiga bahasa — Arab, Indonesia, dan Inggris — diselenggarakan di Aula PLHUT Kemenag Pidie Jaya. Di tempat yang sejuk dan kondusif itu, peserta menunjukkan kedalaman ilmu tafsir melalui penjelasan akademis yang runut dan berbobot. Mereka tak hanya menafsirkan makna ayat, tetapi juga menjelaskan konteks sosial historis dan relevansi ajaran Al-Qur’an terhadap kehidupan kekinian, baik dalam tataran nasional maupun global. Beberapa peserta bahkan menampilkan kemampuan olah bahasa yang meyakinkan dalam penyampaian tafsir, memberi kesan bahwa kompetensi generasi muda Aceh dalam menguasai teks-teks keislaman terus tumbuh dan berkembang seiring zaman.
Kemeriahan tersebut turut terasa dalam pelaksanaan lomba seni kaligrafi atau Khattil Qur’an, yang berlangsung sejak pagi hingga sore di Gedung Tgk. Chik Pante Geulima. Para peserta memperlihatkan kreativitas tinggi dalam menuliskan ayat-ayat suci dengan berbagai gaya penulisan khas khat Islami seperti naskhi, diwani, tsuluts, dan kontemporer. Karya mereka mencerminkan harmoni antara estetika seni dan penghormatan terhadap wahyu ilahi, menjadikan kaligrafi tidak sekadar kompetisi seni rupa, tetapi juga bentuk dzikir visual yang memperindah syiar Islam.
Sementara itu, Aula Bappeda Pidie Jaya dipadati penonton yang mengikuti jalannya lomba Fahmil Qur’an Putri. Cabang ini mempertandingkan ketangkasan, kerja sama tim, dan pemahaman terhadap isi Al-Qur’an serta pengetahuan agama Islam lainnya. Tiga peserta dalam satu tim saling bahu-membahu menjawab soal dengan cepat dan tepat dalam nuansa persaingan yang sehat. Sorak sorai dan tepuk tangan dari penonton memberi semangat tersendiri, membuat acara berlangsung hidup dan menghibur, namun tetap pada koridor keilmuan dan keteladanan.
Pertunjukan memukau juga tersaji dalam Cabang Syarhil Qur’an yang diselenggarakan paralel di dua lokasi: Lapangan Kota Meureudu dan Aula MPU Pidie Jaya. Tim-tim peserta tampil membawakan tema-tema moral keislaman melalui perpaduan tilawah, retorika, dan penyampaian tausiyah yang dikemas kreatif. Penampilan yang ritmis, ekspresif, dan penuh penghayatan, menghadirkan pencerahan bagi penonton sekaligus menjadi medium dakwah yang komunikatif dan menyentuh. Pesan-pesan keislaman dibawakan dengan nada-nada motivatif, menyentuh realitas sosial masa kini, serta menyerukan pentingnya membumikan Al-Qur’an dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Cabang Qiraah Sab’ah, baik dalam bentuk Mujawwad maupun Murattal, mengubah suasana Masjid Agung Tgk. Chik Pante Geulima dan Masjid Al-Munawwarah Sp. 4 Meurah Dua menjadi penuh gema dan suara merdu. Lomba ini memperlombakan tujuh bacaan qiraat utama dari para qari berpengalaman yang datang dari berbagai kabupaten/kota di Aceh. Setiap peserta menampilkan karakter bacaan khas masing-masing, dengan teknik vokal yang mumpuni dan penguasaan langgam yang mendalam. Suara mereka menggema jelas di ruang masjid, menghadirkan suasana spiritual yang mengundang rasa takjub dan kekhidmatan.
Hari ketiga MTQ Aceh ke-37 ditutup dengan pelaksanaan Cabang Karya Tulis Ilmiah Al-Qur’an (KTIQ) yang berlangsung sejak pagi hingga malam di Aula Kantor Kemenag Pidie Jaya. Para peserta mengerjakan karya ilmiah yang menuntut kedalaman analisis, landasan teori, serta kemampuan menuangkan gagasan keislaman secara sistematis dan ilmiah. Pada malam harinya, panitia mengumumkan nama-nama peserta terbaik yang akan melaju ke babak semifinal, disambut tepuk tangan dan ucapan selamat dari rekan-rekan peserta lain.
Bupati Pidie Jaya, H. Sibral Malasyi, MA, S.Sos, ME, yang hadir memantau sejumlah cabang perlombaan menyampaikan apresiasi tinggi atas semangat dan partisipasi seluruh kafilah serta masyarakat. Ia menilai perhelatan hari ketiga mencerminkan tingginya kecintaan masyarakat Aceh terhadap Al-Qur’an. Menurutnya, pelaksanaan yang tertib, aman, serta minim kendala teknis menunjukkan kesiapan yang matang dari panitia daerah. Ia juga menyoroti semangat ukhuwah Islamiyah yang tercermin dalam interaksi antarkafilah, serta sambutan hangat dari warga Pidie Jaya terhadap tamu-tamu dari seluruh penjuru Aceh.
Dengan semakin padatnya jadwal dan ketatnya persaingan menjelang babak final, kerja dewan hakim pun semakin diuji. Mereka harus memberikan penilaian yang adil dan profesional, karena para peserta yang tampil telah menunjukkan kualitas yang sangat merata di hampir semua cabang. Semangat kompetisi yang sehat tetap terjaga, menjadikan MTQ Aceh ke-37 bukan sekadar ajang lomba, namun juga perayaan bersama atas cinta dan penghayatan terhadap Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat Islam sepanjang masa. (*)












































