Lhokseumawe — Kondisi pemadaman listrik yang terjadi dalam tiga hari terakhir di sejumlah wilayah Provinsi Aceh memantik kritik publik. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dinilai gagal mengelola krisis kelistrikan dan tidak memberikan penjelasan utuh kepada masyarakat.
Salah satu kritik datang dari akademisi Universitas Malikussaleh (Unimal) Aceh Utara, Masriadi Sambo. Menurutnya, hingga hari ketiga pemadaman, PLN belum menyampaikan informasi yang memadai kepada publik mengenai penyebab utama terganggunya pasokan listrik di Provinsi Aceh.
“PLN hanya menyatakan gangguan jaringan distribusi di PLTU Nagan Raya dan tengah melakukan investigasi. Namun tidak dijelaskan hal paling mendasar, seperti seberapa besar kapasitas distribusi PLN seluruh Aceh dan berapa yang disuplai ke wilayah lain seperti Medan,” ujar Masriadi, Rabu (1/10).
Masriadi, yang juga dosen Ilmu Komunikasi, menegaskan bahwa keterbukaan informasi sangat penting dalam situasi krisis pelayanan publik. Ia menilai penjelasan PLN sejauh ini terlalu umum dan menimbulkan banyak pertanyaan di kalangan masyarakat.
“PLN bukan institusi baru dalam urusan gangguan listrik, seharusnya sudah dapat menjelaskan lebih detail dan akurat. Seperti apa hasil analisis tim ahli mereka terkait penyebab padamnya listrik selama ini? Dimana sistem deteksi berbasis teknologi yang telah dikembangkan? Sayangnya, semua itu tidak dijelaskan ke rakyat,” ungkapnya.
Masriadi juga menyoroti tanggung jawab PLN terhadap dampak langsung yang ditimbulkan akibat pemadaman. Ia menyebutkan, masyarakat juga perlu mendapatkan informasi terkait kemungkinan kompensasi atas kerusakan peralatan elektronik dan kerugian aktivitas akibat listrik yang sering padam.
“Bagaimana misalnya jika kulkas, AC, atau perangkat kerja rusak akibat pemadaman? Apakah ada skema ganti rugi? Jika ini diatur dalam kebijakan PLN, mestinya dijelaskan secara terbuka kepada publik, bukan dibiarkan menjadi spekulasi,” lanjutnya.
Lebih jauh, Masriadi menyampaikan bahwa General Manager PLN Unit Induk Distribusi Aceh juga harus bertanggung jawab secara moral atas krisis ini. Bahkan, menurutnya, sudah saatnya budaya pertanggungjawaban secara elegan diterapkan di level korporasi negara.
“Baiknya General Manager PLN Aceh mengundurkan diri secara gentle kepada manajemen pusat dan menyampaikan permohonan maaf kepada rakyat Aceh. Budaya pejabat gagal mengundurkan diri harus mulai ditunjukkan, apalagi di perusahaan sebesar PLN,” pungkasnya.
Hingga berita ini diturunkan, pihak PLN Aceh belum memberikan tanggapan resmi mengenai permintaan klarifikasi lebih lanjut atau permohonan maaf kepada masyarakat.
Sebelumnya, PLN melalui keterangan singkat menyebutkan bahwa pemadaman terjadi akibat gangguan di PLTU Nagan Raya, namun belum merinci penyebab teknis maupun langkah konkret penyelesaian yang sedang ditempuh.
Pemadaman listrik selama tiga hari terakhir telah dirasakan oleh warga di Banda Aceh, Aceh Besar, Lhokseumawe, Langsa, hingga kawasan pantai barat selatan Aceh. Sejumlah aktivitas ekonomi dan layanan publik juga dilaporkan terganggu. (*)