Jakarta — Tegangan kembali memanas di kawasan Asia Tenggara. Hanya berselang satu hari pasca KTT ASEAN ke-46 yang menyerukan perdamaian dan stabilitas regional di Kuala Lumpur, bentrokan bersenjata antara tentara Thailand dan Kamboja terjadi di wilayah perbatasan yang disengketakan, Rabu (28/5/2025).
Menurut sumber militer dari kedua negara, baku tembak terjadi sekitar pukul 14.30 waktu setempat di dekat kawasan Preah Vihear, sebuah daerah yang selama ini menjadi pusat perselisihan batas wilayah antara kedua negara.
“Kami telah menginstruksikan pasukan untuk tetap siaga dan tidak melakukan provokasi lebih lanjut,” ujar juru bicara Kementerian Pertahanan Thailand, Kolonel Somsak Tantrakul, dalam pernyataan resminya.
Di pihak Kamboja, Menteri Dalam Negeri Sar Kheng menyatakan bahwa pasukan mereka terpaksa merespons tembakan dari pihak Thailand yang dianggap melanggar zona demiliterisasi. “Ini adalah pelanggaran serius atas kesepakatan bilateral yang pernah ditandatangani,” tegasnya.
Belum ada laporan resmi mengenai korban jiwa atau cedera dari kedua belah pihak. Namun, warga sipil di desa-desa sekitar dilaporkan mulai dievakuasi ke tempat yang lebih aman sebagai langkah antisipasi.
ASEAN dalam pernyataan darurat usai KTT kemarin telah menyerukan penahanan diri dan penyelesaian konflik melalui dialog damai. Sekretaris Jenderal ASEAN, Dr. Kao Kim Hourn, menyampaikan keprihatinan mendalam atas insiden tersebut dan mendorong mediasi segera oleh pihak ketiga yang netral.
Pemerintah Indonesia, sebagai anggota ASEAN yang aktif dalam isu perdamaian regional, turut menyampaikan harapan agar kedua negara tetap menjaga komitmen terhadap prinsip-prinsip Piagam ASEAN.
“Kami percaya bahwa semua sengketa dapat diselesaikan melalui musyawarah dan mekanisme hukum internasional,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam jumpa pers singkat di Jakarta.
Wilayah Preah Vihear sendiri telah menjadi sengketa sejak beberapa dekade lalu, dengan klaim historis dari kedua negara. Konflik senjata sporadis antara pasukan kedua negara juga pernah terjadi pada tahun 2008 hingga 2011 silam.
Situasi di lapangan saat ini masih dalam pengawasan ketat, sementara upaya diplomatik sedang digencarkan untuk mencegah eskalasi lebih lanjut. (*)