Aceh Timur — Di tengah berbagai tantangan dunia pendidikan di daerah, kunjungan langsung wakil rakyat ke sekolah-sekolah menjadi penting untuk menjembatani kebutuhan di lapangan dengan kebijakan pembangunan. Hal inilah yang dilakukan oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Timur dari Partai PAS Aceh, Tgk Suryadi, yang pada Kamis (17/7/2025) melakukan kunjungan silaturahmi ke SD Negeri Matang Kruet, Kecamatan Pante Bidari.
Kunjungan Tgk Suryadi tidak hanya bersifat simbolis atau seremonial. Ia hadir dengan niat mempererat komunikasi antara legislatif dengan institusi pendidikan dasar di wilayah pemilihannya, sekaligus untuk menyalurkan bantuan nyata. Dalam kesempatan tersebut, ia menyerahkan secara simbolis bantuan baju seragam kepada murid-murid baru kelas 1 melalui kepala sekolah. Bantuan tersebut diharapkan mampu sedikit meringankan beban para orang tua di awal tahun ajaran yang kerap disertai dengan kebutuhan biaya yang tidak sedikit.
“Ini adalah bentuk kepedulian kami sebagai wakil rakyat untuk terus hadir dan memberi kontribusi nyata terhadap pendidikan. Semoga seragam ini dapat memotivasi anak-anak kita untuk lebih semangat belajar,” ujar Tgk Suryadi kepada awak media yang hadir di lokasi.
Pendidikan, kata dia, bukan hanya soal angka dan kebijakan dari balik meja kantor, melainkan juga menyentuh langsung kebutuhan dan kenyataan di ruang-ruang kelas yang masih menghadapi keterbatasan sarana dan prasarana. Karena itu, dalam kunjungan tersebut, Tgk Suryadi tidak hanya berhenti pada penyerahan bantuan. Ia meluangkan waktu untuk berdialog langsung dengan Kepala Sekolah SDN Matang Kruet guna mendengarkan aspirasi dan harapan yang selama ini belum tersampaikan secara formal.
Salah satu kebutuhan mendesak yang disampaikan oleh pihak sekolah adalah pembangunan satu unit ruang kantor yang layak bagi para guru. Menurut penuturan kepala sekolah, hingga saat ini para guru belum memiliki ruangan tersendiri untuk melakukan kegiatan administratif, rapat dewan guru, maupun perencanaan kegiatan belajar. Akibatnya, para guru terpaksa menggunakan ruang kelas secara bergantian, bahkan kerap mengalah terhadap kebutuhan siswa yang lebih diutamakan.
“Kami sangat membutuhkan ruang kantor guru yang representatif. Selama ini kami tidak mempunyai ruangan untuk para guru untuk kegiatan administrasi maupun pertemuan dewan guru. Kami hanya memakai ruangan kelas secara bergantian dengan siswa,” ujar kepala sekolah kepada Tgk Suryadi dengan nada berharap.
Mendengar langsung aspirasi tersebut, Tgk Suryadi menyatakan komitmennya untuk memperjuangkan kebutuhan sekolah dalam agenda pembangunan ke depan. Ia menegaskan bahwa masukan langsung dari lapangan seperti inilah yang menjadi dasar penting bagi DPRK dalam menyusun prioritas anggaran dan kebijakan pendidikan.
“Kami akan mengupayakan agar permintaan pembangunan ruang dewan guru ini bisa masuk dalam program pembangunan pendidikan. Apa yang disampaikan oleh pihak sekolah menjadi masukan penting bagi kami dalam memperjuangkan anggaran di DPRK,” tegasnya.
Kehadiran Tgk Suryadi di SDN Matang Kruet mencerminkan salah satu wajah dari fungsi representasi anggota dewan yang dijalankan tidak hanya melalui forum resmi di ruang sidang, tetapi juga dengan menyapa langsung masyarakat dan menyerap aspirasi secara nyata. Bagi dunia pendidikan di daerah, kunjungan seperti ini menjadi jembatan penting yang menghubungkan kebutuhan nyata di sekolah dengan kemungkinan pemenuhan melalui kebijakan daerah.
Tgk Suryadi menilai bahwa kemajuan pendidikan tidak bisa berdiri sendiri. Butuh sinergi antara pemerintah, legislatif, dan elemen masyarakat lainnya. Dengan memperkuat sinergi itulah, pendidikan di Aceh Timur bisa bergerak maju, terutama dalam menyiapkan generasi muda yang unggul dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Kunjungan ini sekaligus menjadi penanda bahwa perhatian terhadap pendidikan tidak boleh berhenti pada slogan dan janji kampanye, melainkan harus diwujudkan dalam tindakan konkret, mulai dari kebutuhan paling dasar seperti seragam hingga sarana pendukung pembelajaran yang layak bagi guru dan siswa. Melalui langkah kecil seperti ini, semangat besar untuk membangun pendidikan dari pinggiran pun terus menyala. (*)