Konsep Ngengkun (Parenting) Local Wisdom Gayo Mengatasi Patologi Sosial Dikalangan Remaja

Redaksi Bara News

- Redaksi

Sabtu, 31 Mei 2025 - 13:26 WIB

50420 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh : Turham AG

Dosen Bimbingan Konseling IAIN Takengon

Ngengkun atau pola asuh yang dilakukan secara turun-temurun dalam masyarakat Gayo merupakan kegiatan khusus menjaga, mendidik (membimbing), merawat, melindungi, mengawasi dan menyediakan kebutuhan sarana dan prasarana bagi anak. Lazimnya kegiatan tersebut dilakukan oleh ine (ibu) secara langsung kepada anak sejak lahir sampai dewasa, dengan harapan anak sebagai generasi penerus orang tua akan berguna bagi agama, bangsa dan negara.

Sementara ama (ayah) umumnya berperan sebagai pengendali dan menjadi provider utama bagi keluarga dalam memenuhi kebutuhan, sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak secara fisik, emosional, sosial, dan intelektual secara optimal sesuai menurut fitrahnya dan terhindar dari penyebab terjadinya patologi sosial bagi anak. Dalam konsep ngengkun jelas tugas antara ama dengan ine dalam keluarga yaitu ama sebagai kepala keluarga dan ine sebagai kepala rumah tangga.

Era modernisasi konsep ngengkun sama artinya dengan parenting (pola asuh), karena parenting juga merupakan proses pengasuhan dan pembimbingan yang dilakukan oleh orang tua atau pengasuh terhadap anak sejak lahir hingga dewasa, dengan tujuan mendukung pertumbuhan dan perkembangan fisik, emosional, sosial, dan intelektual anak secara optimal.

Ketika anak masih bayi ketika saat mau tidur ngengkun dilakukan dengan jangin (dendang) yaitu anak diletakkan dalam ayunan, digendong atau dalam pangkuan ine, dendang mulai melantuntan syair yang mengandung nasehat, paling tidak untuk menanamkan nilai tauhid, keimanan dan menyampaikan harapan kepada anak sehingga kelak ketika dewasa anak akan selalu mengingat pesan orang tua melalui jangin yang sampaikan setiap hari.

Untuk mendukung tumbuh kembang anak dalam konsep ngengkun mengutamakan pemberian kasih sayang dan keamanan emosional yang merupakan fondasi utama dalam pengasuhan anak, Ini sangat penting karena dapat membentuk kepercayaan diri, kesehatan mental, dan kemampuan anak dalam menjalin hubungan sosial dalam masyarakat dimasa depan.

Ketika proses ngengkun anak, tidak terlepas dari rasa cinta, penuh perhatian, dan kehangatan keluarga harus menjadi prioritas urama dan dilaksanakan secara rutin dalam pengasuhan sehari-hari. Konsistensi inilah yang membangun rasa aman dan keterikatan emosional antara anak dan orang tua yang menyebabkan hubungan kuat dan saling percaya dan dapat membantu perkembangan emosi anak menjadi stabil dan sehat, anak belajar menyayangi dan menghargai orang lain akibat kebiasaan dan contoh yang dipraktekan orang tua dirumah

Rasa cinta, perhatian, dan kehangatan yang diberikan orang tua kepada anaknya, umumnya masyarakat Gayo dahulunya melakukan dengan makan bersama setiap saat, bercengkrama dengan memberikan nasehat melalui kekeberen (cerita) dan jangin (dendang). Orang tua juga dengan sengaja meluangkan waktu berkumpul dengan anak-anak termasuk mendengarkan keluhan-keluhan yang disampaikan anak, hal ini anak akan merasa dihargai dan dihormati.

Disaat anak menjelang remaja, konsep ngengkun orang tua selalu memberikan kata-kata motivasi yang dapat membesarkan hati, memberi pujian tulus atas usaha yang telah dilakukan anak juga mengakomodir keinginan-keinginan anak sambil melakukan pekerjaan sebagai latihan, tidak mengabaikan perasaan anak, selalu menendampingi anak dalam Kesulitan.

Konsep ngengkun ini dirasa urgen dalam membangun ikatan yang kuat antara orang tua dan anak (attachment), menumbuhkan rasa percaya diri dan harga diri anak, mencegah masalah emosional seperti kecemasan, depresi, dan agresivitas. menjadi dasar untuk kemandirian dan empati saat dewasa.

Jika orang tua dan sekolah benar-benar dapat melakukan reaktualisasi kembali konsep ngengkun seperti sediakala tentu akan dapat meminimalisir terjadinya patologi sosial terutama dikalangan remaja. Dikalangan masyarakat juga perlu kiranya antisipasi terhadap patologi sosial dengan menerapkan konsep beru berama bujang berine (*)

Berita Terkait

Ragam Perubahan Nama dan Panggilan Seseorang Menurut Local Wisdom Gayo
Empat Pulau Yang Dirampas: Menggugat Keadilan Wilayah Dan Martabat Otonomi Aceh
Peringatan Hari Lingkungan Hidup Jangan Hanya Seremonial dan Simbolik di Aceh Tenggara
Malam di Muzdalifah: Keheningan yang Menyentuh Jiwa dan Makna Kehidupan
Redaksi Bara News Ucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha 1446 H, Ajak Masyarakat Teladani Semangat Pengorbanan
Kelebihan dan Harga iPad Air M3
Ketika Sujud Tak Lagi Menggetarkan Jiwa: Sebuah Seruan untuk Muhasabah
Pertanian dan Perkebunan di Barat Selatan Aceh: Potensi Terabaikan atau Ladang Emas yang Terlupakan

Berita Terkait

Jumat, 27 Juni 2025 - 15:27 WIB

H. Syukur Selamat Karo-Karo, SE, M.Si., Ak., CA Ucapkan Selamat Tahun Baru Islam 1447 H, Ajak Jadikan 1 Muharram sebagai Momentum Hijrah

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Komunitas Jemaah Lebah At-Taqwa Gelar Wisata Religi Keliling Aceh Tengah

Kamis, 26 Juni 2025 - 22:00 WIB

Pemerintah Aceh Tenggara Gelar Diskusi Pembangunan Usai HUT ke-51: Bahas Kompensasi Karbon, Infrastruktur, dan Pengembangan Daerah

Kamis, 26 Juni 2025 - 00:53 WIB

Silaturahmi Hangat di Tengah Malam: Gubernur Aceh Hadiri Jamuan Bersama Pimpinan Daerah Aceh Tenggara

Kamis, 26 Juni 2025 - 00:39 WIB

Tabligh Akbar dan Doa Bersama Warnai Tahun Baru Islam dan Peringatan HUT ke-51 Kabupaten Aceh Tenggara

Kamis, 26 Juni 2025 - 00:35 WIB

Pemkab Aceh Tenggara Gelar Bakti Sosial Kesehatan Jelang HUT ke-51, Layani Ratusan Pasien di RSUD H. Sahudin

Kamis, 26 Juni 2025 - 00:31 WIB

Bupati Aceh Tenggara Buka Pameran Pembangunan Jelang Peringatan HUT ke-51, Tampilkan Potensi dan Semangat Menuju Aceh Tenggara Hebat

Kamis, 26 Juni 2025 - 00:24 WIB

Bupati Aceh Tenggara Buka Seminar Napak Tilas Sastra dan Budaya Aceh II, Dorong Pembentukan Rumah Budaya di Kutacane

Berita Terbaru