Soeharto Dinilai Layak Menjadi Pahlawan Nasional, Ini Deretan Pencapaian Semasa Pemerintahannya

Redaksi Bara News

- Redaksi

Kamis, 20 November 2025 - 21:52 WIB

50167 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jakarta — Penilaian terhadap peran sejarah Presiden kedua Republik Indonesia, Soeharto, kembali mencuat ke ruang publik. Direktur Eksekutif Political and Public Policy Studies (P3S), Jerry Massie, pada Kamis (20/11/2025) menyatakan bahwa Soeharto patut mendapatkan gelar pahlawan nasional atas berbagai kontribusi besar yang ditorehkannya selama tiga dekade memimpin Indonesia.

Menurut analisis Jerry, Soeharto bukan hanya berperan dalam menstabilkan politik nasional pasca-1965, tetapi juga membawa Indonesia keluar dari krisis ekonomi akut dan membangun fondasi pembangunan nasional yang masih dapat dirasakan hingga saat ini. Pada awal masa Orde Baru, Indonesia menghadapi inflasi yang amat tinggi, mencapai lebih dari 600 persen. Situasi kritis tersebut perlahan berhasil dikendalikan melalui kebijakan fiskal dan moneter yang ketat serta dukungan tim ekonomi andal seperti Widjojo Nitisastro, Ali Wardhana, Ma’rie Muhammad, J.B. Sumarlin, Radius Prawiro, dan Soemitro Djojohadikusumo.

Dalam waktu singkat, inflasi berhasil ditekan hingga menyentuh angka 10 persen, sementara kepercayaan investor terhadap perekonomian nasional mulai pulih. Stabilitas tersebut menjadi modal penting bagi terjadinya percepatan pertumbuhan ekonomi. Menjelang akhir kekuasaan Soeharto, yakni pada kurun waktu 1996–1997, Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 7,8 persen, melampaui negara-negara maju di Asia Timur saat itu seperti Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok. Prestasi itu mengangkat reputasi Indonesia sebagai “Macan Asia”.

Kemajuan pesat tidak hanya terlihat pada sektor ekonomi, tetapi juga dalam bidang teknologi komunikasi. Indonesia menjadi salah satu negara ketiga di dunia yang memiliki satelit komunikasi sendiri melalui peluncuran Satelit Palapa A1 pada 9 Juli 1976. Peluncuran ini mempercepat integrasi nasional dan menjangkau komunikasi dari Sabang hingga Merauke. Langkah berani lainnya dilakukan pada awal 1980-an dengan mengakuisisi Indosat dari ITT, perusahaan Amerika Serikat. Aksi korporasi senilai US$ 43,6 juta ini menggambarkan keberanian pemerintah saat itu untuk menjaga kedaulatan teknologi strategis bangsa.

Di sektor industri, Soeharto mendukung kelahiran proyek mobil nasional Timor pada 1996. Meski menuai kritik, proyek ini menjadi simbol awal usaha kemandirian industri otomotif dalam negeri. Pada saat bersamaan, sektor dirgantara berkembang pesat di bawah kepemimpinan BJ Habibie. Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) berhasil memproduksi sejumlah pesawat seperti CN-235 dan N-250 Gatotkaca yang menjadi kebanggaan bangsa. Kekuatan alutsista pun diperkuat dengan pengadaan pesawat tempur modern seperti F-5 Tiger, A-4 Skyhawk, dan BAE Hawk.

Penekanan besar juga diberikan pada pembangunan sumber daya manusia. Hingga tahun 1994, pemerintah Orde Baru membangun hampir 150.000 unit Sekolah Dasar Inpres (Instruksi Presiden). Program ini tak sekadar menurunkan tingkat buta huruf, tetapi juga meningkatkan angka partisipasi pendidikan dasar secara signifikan. Dampak jangka panjang dari program ini menjadi objek studi para ekonom dunia dan turut berkontribusi dalam riset yang kemudian memenangkan Hadiah Nobel Ekonomi pada tahun 2019.

Pengaruh Soeharto dalam mengembangkan generasi teknokrat juga menjadi catatan penting. Tokoh-tokoh seperti Widjojo Nitisastro, Emil Salim, Ali Wardhana, dan Mohammad Sadli, yang dijuluki sebagai “Mafia Berkeley”, merancang kerangka ekonomi nasional yang sistematis dan berkelanjutan. Dalam pendekatan keamanan, figur seperti Jenderal Benny Moerdani dan Ali Moertopo memainkan peranan penting menjaga negeri tetap stabil di tengah turbulensi politik kawasan. Masa itu juga dikenal sebagai satu fase di mana Indonesia menghasilkan jajaran intelektual dan birokrat unggul bertaraf internasional.

Dalam bidang ketahanan pangan, Soeharto mencetak tonggak sejarah melalui capaian swasembada beras pada 1984. Hasil tersebut dicapai lewat program besar yang meliputi pembangunan irigasi, intensifikasi pertanian, penyediaan pupuk, hingga penyuluhan petani melalui forum seperti Kelompencapir. Atas keberhasilan ini, Indonesia menerima berbagai pengakuan internasional, termasuk World Food Day Award dari FAO. Pada 1985, Soeharto diundang untuk berbicara dalam konferensi FAO di Roma, mengukuhkan citra Indonesia sebagai negara berkembang yang berhasil menata ketahanan pangannya sendiri.

Tak berhenti sampai di situ, sejumlah penghargaan bergengsi lain pun diterima selama kepemimpinannya. Antara lain, Global Statesman Award (1988), UN Population Award (1989), Health for All Gold Medal dari WHO (1991), dan UNDP Award pada 1997. Ragam penghargaan ini dinilai sebagai bentuk pengakuan atas kontribusinya dalam menyejahterakan rakyat Indonesia melalui pembangunan jangka panjang.

Jerry juga menyinggung peran krusial Soeharto dalam memulihkan stabilitas nasional seusai peristiwa 30 September 1965. Menurutnya, keberhasilan menumpas pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) menjadi titik balik terpenting yang membuka jalan bagi konsolidasi politik nasional serta pembangunan terencana yang berkesinambungan.

Dengan semua pencapaian tersebut—mulai dari pemulihan ekonomi, modernisasi teknologi, pembangunan pendidikan, ketahanan pangan, hingga stabilitas politik—Soeharto dinilai layak dianugerahi gelar pahlawan nasional. Ia disebut telah meletakkan fondasi penting bagi kemajuan Indonesia yang pengaruhnya masih terasa hingga hari ini.

“Dari ekonomi, teknologi, pendidikan, pangan, hingga stabilitas negara, jejaknya luar biasa. Karena itu saya berpendapat Soeharto layak diberi gelar pahlawan nasional,” ujar Jerry. (RED)

Berita Terkait

Kepala BGN Tuai Pujian, Kampanyekan Program Makan Bergizi sebagai Hak Anak Indonesia
DPR RI Semprot Wakapolri, Pelayanan SPKT Polri Dinilai Kalah dari Satpam
Dolar Tembus Rp16.705: Kemenkeu Tetapkan Kurs Pajak 19–25 November 2025, Deretan Mata Uang Asing Ikut Terkerek dalam Keputusan Resmi Nomor 25/MK/EF.2/2025
Ultras Garuda Harus Jaga Netralitas dan Kedewasaan, Ditengah Situasi Sosial dan Politik yang Dinamis
Aktivis Mahasiswa Umpam Suarakan Anti Anarkis, Karena Rawan Disusupi Kelompok Anarko
Kuasa Hukum Jokowi Hormati Keputusan Penyidik, Tiga Tersangka Kasus Ijazah Tak Ditahan
KPK Tegaskan Korupsi di Daerah Masih Dominan, Dorong Penguatan Integritas Kepala Daerah
Menkes Tegaskan Rumah Sakit Wajib Layani Pasien Tanpa KTP Jika Kondisi Gawat Darurat

Berita Terkait

Kamis, 20 November 2025 - 23:22 WIB

Peredaran Rokok Ilegal di Mataram Meningkat, KPK-PD NTB Desak Bea Cukai Bertindak Tegas

Kamis, 20 November 2025 - 03:05 WIB

Transparansi Zakat ASN Ogan Ilir Disoal: Potensi Rp8 Miliar per Bulan, Pelayanan Baznas Dinilai Berbelit dan Tak Berpihak pada Rakyat Miskin

Selasa, 18 November 2025 - 02:22 WIB

Negara yang Terperosok dalam Jaring Gelap Kekuasaan

Rabu, 8 Oktober 2025 - 21:47 WIB

IWOI DPW Jateng Walk Out Dari Rapat Pemkab Jepara, Jawaban PLN dan Pemdes Dinilai Tidak Sesuai dan Penuh Kejanggalan

Selasa, 7 Oktober 2025 - 17:24 WIB

Kebakaran SMA di Tebing Tinggi, DPRD Riau Minta Pemerintah Segera Bertindak

Rabu, 1 Oktober 2025 - 22:48 WIB

Kapolda Riau Ajak Polwan Tingkatkan Integritas dan Pelayanan Inklusif

Rabu, 1 Oktober 2025 - 21:15 WIB

Kabid SMA Riau Klarifikasi Isu Seragam: “Tidak Pernah Tunjuk Penjahit, Itu Tanggung Jawab Orang Tua”

Rabu, 24 September 2025 - 17:17 WIB

Mifa Bersaudara Konsisten Dorong Kemajuan Ekonomi Aceh.

Berita Terbaru