GAYO LUES | Hujan deras yang mengguyur wilayah hulu Sungai Kula Tripe selama beberapa hari terakhir mengakibatkan kawasan Puli Gelime, Kecamatan Tripe Jaya, Kabupaten Gayo Lues, dilanda banjir pada Selasa, 18 November 2025. Debit air yang meningkat tajam dari arah pegunungan membuat aliran sungai meluap, melampaui kapasitas alirannya dan menerjang lahan pertanian milik warga yang berada di dataran rendah. Dalam hitungan jam, air bercampur lumpur menggenangi puluhan hektare sawah yang tengah dalam masa pertumbuhan tanaman padi.
Luapan air datang tiba-tiba, membawa serta material dari hulu sungai dan menghantam petak-petak sawah secara merata. Tanaman padi yang baru sebulan ditanam tak kuasa menahan derasnya arus, terlihat rebah dan tenggelam hampir sepenuhnya. Warga yang menyaksikan kejadian tersebut tak mampu berbuat banyak selain menyelamatkan peralatan pertanian, sementara sebagian lainnya mencoba menutup saluran masuk menggunakan tanah dan karung pasir seadanya. Namun, upaya itu tak cukup membendung derasnya air, mengingat tebing dan tanggul yang selama ini menjadi pembatas antara aliran sungai dan lahan pertanian sudah dalam kondisi rapuh.
Hampir semua petani di Puli Gelime menyatakan kekhawatiran akan ancaman gagal panen yang kini menghantui. Musim tanam yang mestinya menjadi harapan baru bagi pemulihan ekonomi warga kembali tercoreng akibat bencana yang berulang ini. Beberapa lahan bahkan mengalami kerusakan parah hingga titik yang sulit untuk dilakukan penanaman ulang jika air tidak segera surut. Dari pantauan lapangan, terlihat endapan lumpur tebal menutup permukaan sawah, yang akan memerlukan waktu dan tenaga kerja tambahan untuk dibersihkan.
Selama bertahun-tahun terakhir, warga Puli Gelime menyatakan telah mengalami kejadian serupa, terutama saat memasuki musim hujan. Namun mereka menilai skala kejadian kali ini lebih besar dan terjadi lebih cepat dibandingkan sebelumnya. Petani dan tokoh masyarakat setempat mengungkapkan bahwa penyebab utama dari banjir ini bukan hanya intensitas hujan tinggi, melainkan juga lemahnya perlindungan infrastruktur pendukung, khususnya tanggul dan saluran irigasi yang dianggap tidak memadai. Kondisi sungai yang belum pernah dinormalisasi secara menyeluruh juga membuat aliran air mudah berbelok arah dan mengikis tebing-tebing tanah di sekitarnya.
Masyarakat berharap agar pemerintah segera mengambil tindakan preventif, bukan hanya dalam bentuk bantuan darurat tetapi juga solusi jangka panjang berupa pembangunan tanggul permanen, penguatan tebing, dan jaringan irigasi yang memadai di sepanjang jalur Sungai Kula Tripe. Mereka menilai kebutuhan ini semakin mendesak, mengingat wilayah Tripe Jaya, termasuk Puli Gelime, merupakan sentra pertanian padi lokal yang menopang kebutuhan pangan daerah sekitarnya. Jika tidak ditangani secara serius, bencana seperti ini dikhawatirkan akan terus menggerus produksi pertanian dan memicu ketidakstabilan penghidupan para petani.
Kendati banjir mulai surut di beberapa area, warga belum sepenuhnya merasa aman. Cuaca masih berawan dan hujan ringan kembali turun di beberapa titik pada sore hari, menambah rasa waswas terhadap kemungkinan banjir susulan. Beberapa petani tetap berjaga di sekitar lahan mereka, sementara lainnya mulai membersihkan saluran air kecil untuk mengalirkan sisa genangan. Aktivitas pertanian untuk sementara terhenti sambil menunggu kejelasan dari pihak pemerintah terkait upaya pemulihan lahan dan strategi jangka panjang untuk melindungi pertanian warga dari bencana serupa di masa mendatang. (HAM)














































