LONDON | Orang Gayo ke Inggris mengalami penurunan. “Tahun ini, ada tiga orang Gayo yang ke Inggris, melanjutkan kuliah dan fellowship. Tahun kemarin, empat orang: saya, istri, dan anak-anak. Turun 25%. Syukur alhamdulillah, masih ada, meski turun,” kata Yusradi Usman al-Gayoni, Diaspora Inggris-Indonesia melalui pesan WhatsApp dari London, Inggris, Jumat (13/12/2024).
Sebelumnya, harap Yusradi, ada peningkatan orang Gayo yang ke UK, khususnya Inggris. “Melalui berbagai kegiatan yang digelar setahun selama di Inggris, harapannya, bertambah, dalam rangka sekolah, kuliah, fellowship, kerja, magang, short course, atau kegiatan lainnya. Termasuk, ke negara lainnya,” sebut inisiator World Gayonese Community (Diaspora Gayo Dunia) tersebut, yang keanggotaannya tersebar di 33 negara dan sembilan bulan terbentuknya (sejak 20 Maret 2024), sudah menggelar tujuh kegiatan: temu ramah dan sosialisasi kuliah ke Turki, Mesir, Tiongkok (Cina), Malaysia, Inggris, dan Australia.
Dilanjutkannya, ketiga orang Gayo yang berangkat ke Inggris tahun ini, ada dua orang yang melanjutkan S-2 dan satu lagi, ikut fellowship. “Dua, S-2, ke Birmingham dan Sheffield, asal Jabodetabek. Satu lagi fellowship, santri international fellowship, kuliahnya di Sumatera Barat, S-1. Ini khusus ke Inggris. Daerah UK lainnya, Wales, Scotland, dan Northern Ireland, tidak ada informasi,” bebernya.
Secara keseluruhan, ungkapnya lagi, 4 tahun ini (2020-2024), ada sekitar 26 orang Gayo yang di Inggris, sekolah, kuliah, kerja, fellowship, dan permanant residence. “Jumlah ini, pasti akan terus berubah. Ada yang datang, ada yang selesai dan pulang ke Indonesia. Seperti tahun ini, ada empat mahasiswa S-2 Gayo-Inggris yang sudah selesai kuliah. Termasuk, yang fellowship tadi, akan segera selesai kegiatannya di Inggris, karena cuma tiga minggu. Kemungkinan, di antara yang sudah selesai S-2 tadi, ada juga yang pulang ke Indonesia,” katanya.
Menurut Yusradi, untuk memaksimalkan anak-anak Gayo yang kuliah ke luar negeri, perlu peran serta pemerintah daerah melalui kepala daerah terpilih dan DPRK di Gayo-Alas (Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Gayo Lues, dan Bener Meriah). Termasuk, pihak terkait lainnya, non-pemerintah: kampus/sekolah/pesantren, alumni, paguyuban, komunitas, organisasi mahasiswa/siswa, keluarga, media, dan mahasiswa/pelajar sendiri.
“Mudah-mudahan, melalui ikhtiar terus menerus dan kerjasama banyak pihak di tanoh tembuni, berbagai daerah di Indonesia, sampai diaspora Gayo di luar negeri, makin banyak anak-anak Gayo dan dari Gayo yang ke luar negeri,” tegas Yusradi.