Bupati Aceh Singkil Deklarasi Pertahankan Empat Pulau: “Kami Akan Lawan hingga Titik Darah Penghabisan”

Redaksi Bara News

- Redaksi

Rabu, 11 Juni 2025 - 20:56 WIB

50371 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

ACEH SINGKIL – Sengketa batas wilayah antara Provinsi Aceh dan Sumatera Utara kembali memanas, menyusul keputusan kontroversial Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Nomor 300.2.2-2138 Tahun 2025 yang menetapkan empat pulau di perairan perbatasan sebagai milik Sumatera Utara. Bupati Aceh Singkil, Safriadi Oyon, merespons dengan tegas melalui deklarasi resmi mempertahankan keempat pulau tersebut sebagai milik Provinsi Aceh.

Deklarasi itu disampaikan langsung oleh Bupati Safriadi pada 3 Juni 2025, usai melakukan peninjauan bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Aceh Singkil, sejumlah Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dari daerah pemilihan Aceh. Dalam pernyataannya, Safriadi menyebut keputusan Mendagri sebagai tidak berdasar dan menyalahi hak kedaulatan masyarakat Aceh atas empat pulau yang disengketakan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Kami masyarakat Aceh menegaskan, kepemilikan kedaulatan atas empat pulau, yaitu Pulau Panjang, Pulau Lipan, Pulau Mangkir Gadang, dan Pulau Mangkir Ketek, adalah milik Aceh. Kami menolak keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 300.2.2-2138 tahun 2025 yang tidak mempunyai dasar,” tegas Safriadi dalam deklarasinya.

Ia menyatakan, secara historis maupun kultural, keempat pulau tersebut merupakan bagian tak terpisahkan dari wilayah adat Aceh Singkil. Keberadaan masyarakat Aceh dan jejak kehidupan nenek moyang di pulau-pulau itu dijadikan dasar perjuangan mempertahankan kedaulatan wilayah.

“Alasan kita mempertahankan empat pulau tersebut karena ini merupakan hak kita, berdasarkan kepemilikan nenek moyang kita yang sebelumnya sempat hidup di pulau tersebut, sehingga wajib kita pertahankan sampai titik darah penghabisan,” ujar Safriadi dengan nada emosional.

Lebih lanjut, Bupati Aceh Singkil mengungkapkan bahwa pihaknya bersama Wakil Bupati Sulaiman telah sejak awal masa jabatan berkomitmen memperjuangkan kejelasan status pulau-pulau itu ke pemerintah pusat. Langkah diplomasi dan administratif sudah ditempuh, dan kini mereka siap menempuh jalur hukum jika diperlukan.

“Kami akan berkoordinasi dengan anggota DPD dan DPR RI yang telah turun langsung melihat kondisi di lapangan dan mempelajari bukti-bukti fisik dan historis. Jika perlu, kami akan menggugat keputusan Mendagri melalui jalur konstitusional,” tambahnya.

Sementara itu, Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, membantah tudingan bahwa Sumut telah merebut pulau-pulau tersebut. Menurutnya, penetapan tersebut merupakan hasil dari proses panjang dan keputusan akhir berada di tangan pemerintah pusat.

“Kalau dari kami, bahasa kami, bukan semata-mata usulan dari pihak Provinsi Sumatera Utara. Tentu ada mekanisme yang berjalan. Namun di luar itu, apapun potensi yang ada di dalamnya, kami tidak dalam posisi merebut,” ujar Bobby usai bertemu dengan Gubernur Aceh Muzakir Manaf pada Rabu, 4 Juni 2025.

Namun, pertemuan dua gubernur itu berlangsung singkat dan minim pernyataan publik. Gubernur Muzakir segera meninggalkan pertemuan karena harus menghadiri agenda bersama masyarakat wilayah Barat Selatan (Barsela) Aceh. Situasi ini memunculkan spekulasi bahwa persoalan pulau belum mencapai titik terang dalam forum antar-kepala daerah.

Sengketa wilayah ini memantik kekhawatiran akan memanasnya tensi politik antara dua provinsi bertetangga. Selain menyangkut aspek historis dan yuridis, keempat pulau yang diperebutkan diyakini memiliki nilai strategis, baik dari sisi keamanan perairan, sumber daya alam, hingga potensi pariwisata dan perikanan.

Para pengamat menyebut, konflik ini harus disikapi secara hati-hati. Pemerintah pusat perlu segera turun tangan secara terbuka, transparan, dan adil untuk menyelesaikan polemik tersebut dengan pendekatan hukum, bukan hanya administratif. Selain itu, keterlibatan lembaga-lembaga adat dan akademisi hukum tata negara dinilai penting untuk memberikan preseden penyelesaian yang berkeadilan. (RED)

 

Berita Terkait

Haji Hamdan Siregar Sampaikan Ucapan HUT Bhayangkara ke-79: Apresiasi Polres Tapanuli Selatan atas Program Jihad Melawan Narkoba
Wakil Ketua DPRK Singkil Wartono: Prabowo Pemimpin Tegas, Rakyat Aceh Singkil Kirim Salam Cinta ke Istana
Pelarian yang Berakhir di Perkebunan: Rajali, Narapidana Kabur dari Rutan Aceh Singkil, Ditemukan dalam Kondisi Lemas
Pelarian Berakhir, Pembunuh Guru Muda di Aceh Singkil Ditangkap Setelah Dikepung Aparat
Empat Napi Kabur dari Rutan Aceh Singkil! Dinding Dipanjat, Pintu Dijebol
Dibalik Jeruji: Motif dan Alasan Pelarian Empat Tahanan dari Rutan Aceh Singkil
Satresnarkoba Tangkap Pria Muda di Gunung Meriah, Sabu Disembunyikan dalam Kotak Rokok
H. Irmawan Desak Mendagri Batalkan SK yang Serahkan Empat Pulau Aceh kepada Sumut

Berita Terkait

Senin, 14 Juli 2025 - 09:02 WIB

Bea Cukai Aceh Ungkap 4,5 Ton Narkotika Semester Pertama 2025, Separuh dari Total Nasional

Jumat, 11 Juli 2025 - 20:03 WIB

BenQ dan Datascrip Perkuat Pengadaan Digital Berbasis Produk Lokal di Aceh

Jumat, 11 Juli 2025 - 11:49 WIB

M Hawanis Ketua LSM Rambu Darat Apresiasi Dinas ESDM Aceh, Sumur Minyak Rakyat Menuju Legalitas

Jumat, 11 Juli 2025 - 01:48 WIB

Museum Tsunami Aceh Gelar Pameran Temporer, Ajak Masyarakat Siaga Hadapi Bencana

Rabu, 9 Juli 2025 - 16:22 WIB

Penerimaan Bea Cukai Aceh Semester I 2025 Tembus Rp1,13 Triliun, Naik Dua Kali Lipat

Selasa, 8 Juli 2025 - 10:31 WIB

KKN USM 2025: Dari Pembekalan Menuju Pengabdian Berdampak

Selasa, 8 Juli 2025 - 01:44 WIB

Bea Cukai Aceh Berikan Pembebasan Bea Masuk Lebih dari 1,5 Juta Dolar AS untuk Dukung Investasi Hulu Migas dan Ketahanan Energi Nasional

Minggu, 6 Juli 2025 - 22:46 WIB

Ribuan Warga Terima Sajikan Bubur Kanji Asyura untuk Warga Dari DPW GR Aceh

Berita Terbaru