MEDAN, BARANEWS — Dukungan terhadap pemekaran Provinsi Aceh Leuser Antara (ALA) terus mengalir dari berbagai kalangan. Kali ini, dukungan datang dari tokoh masyarakat Gayo yang tinggal di perantauan. Miko Salman Gayo, Ketua Keluarga Nanggroe Gayo (KNG) Raya Cabang Bogor, hadir langsung dalam Konsolidasi Akbar Komite Persiapan Pembentukan Provinsi Aceh Leuser Antara (KP3ALA) di Asrama Haji Medan, Sumatera Utara, Sabtu (4/10/2025).
Menurut Miko, pertemuan ini merupakan tonggak penting dalam mempersatukan tekad perjuangan menuju terbentuknya Provinsi ALA. Ia menilai pemekaran wilayah bukan sekadar wacana politik, tetapi sudah menjadi kebutuhan yang mendesak demi pemerataan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di kawasan tengah dan tenggara Aceh.
“Kalau ingin mempercepat pembangunan dan pemerataan di Aceh, pemekaran ALA memang sebuah keharusan,” ujarnya. Miko datang dari Bogor bersama Erwin, salah satu generasi muda Gayo yang juga ikut menyuarakan aspirasi tersebut.
Dalam acara tersebut, Drs H Syahbudin BP MM dan Nilawati Mustafa M Tamy mengukuhkan kembali susunan pengurus KP3ALA tingkat pusat maupun daerah. Pengukuhan ini dinilai menjadi simbol penyegaran semangat gerakan, serta penanda bahwa perjuangan untuk mewujudkan Provinsi ALA terus berlangsung dengan konsolidasi yang semakin kuat.
Syahbudin mengungkapkan bahwa setelah hampir dua dekade menerima Dana Otonomi Khusus (Otsus), kondisi sosial ekonomi di Aceh belum mengalami lompatan signifikan. Bahkan, Aceh masih tercatat sebagai provinsi termiskin di Pulau Sumatra. Menurutnya, hal itu menandakan perlunya pendekatan baru, salah satunya dengan pembentukan daerah otonomi baru seperti ALA.
Ia menekankan bahwa wilayah ALA memiliki kekayaan alam dan sumber daya manusia yang besar. Dari kawasan ekosistem Gunung Leuser yang strategis, kopi arabika Gayo yang mendunia, hingga kakao berkualitas tinggi menjadi modal pembangunan yang sangat potensial jika dikelola lebih fokus melalui provinsi tersendiri.
“Jika dikelola dengan baik, ALA bisa menjadi salah satu provinsi terkaya di Indonesia,” ujar Syahbudin dalam sambutannya. Ia juga menyoroti pentingnya posisi ALA sebagai poros pertahanan dan representasi keberagaman budaya di kawasan barat Indonesia, menjadikannya bukan hanya kawasan ekonomi, tetapi juga geopolitik yang penting.
Para tokoh KP3ALA menilai bahwa masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto saat ini memberikan angin segar bagi perjuangan pemekaran ALA. Hal ini sejalan dengan arah kebijakan nasional yang tertuang dalam dokumen Asta Cita Presiden serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), yang membuka kembali ruang bagi pembentukan daerah otonomi baru yang sempat tertunda.
Konsolidasi ini sekaligus menjadi bukti bahwa aspirasi pembentukan Provinsi ALA bukan hanya datang dari lokalitas Aceh Tengah dan sekitarnya, namun juga didukung oleh masyarakat perantauan. Gerakan yang telah berlangsung selama lebih dari dua dekade ini kini memasuki fase strategis dengan misi mewujudkan pemerintahan yang lebih dekat, cepat, dan merata bagi seluruh warga Aceh wilayah tengah dan tenggara. (*)