Kebijakan Perdagangan Amerika Serikat Bayangi Pergerakan IHSG dan Rupiah

AUTHOR : VOA INDONESIA

- Redaksi

Minggu, 6 April 2025 - 01:50 WIB

50618 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah diperkirakan masih akan dipengaruhi oleh sentimen eksternal, terutama arah kebijakan perdagangan Amerika Serikat. Apa yang harus dipersiapkan pemerintah Indonesia untuk mengantisipasinya?

Ekonom perbankan Josua Pardede mengatakan pergerakan IHSG dan rupiah masih akan dipengaruhi kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang disebutnya sebagai fast announcement dan cenderung berubah-ubah.
Josua mencontohkan kebijakan Trump yang semula akan menerapkan tarif ekspor 50 persen untuk baja dan alumunium Kanada setelah pemimpin provinsi Ontario Kanada menambahkan pungutan listrik 25 persen kepada pelanggan di Amerika. Namun Trump membatalkan tarif tambahan itu setelah pemimpin provinsi Ontario, Kanada, membatalkan tarif pungutan listrik bagi Amerika.

Mulai Rabu (12/3), Trump memberlakukan tarif 25 persen untuk baja dan alumunium dari 35 negara, termasuk Kanada dan 27 negara Uni Eropa.

“Jadi memang ini semuanya (dampak) kebijakan Trump yang fast announcement. Tapi kembali lagi menekankan bahwa pemerintah Amerika masih tetap membuka proses negosiasi termasuk juga dengan Meksiko dan Kanada. Ini semuanya membuat ketidakpastian, itu yang membuat makanya reaksi dari pasar itu cukup negatif. Tapi respons-nya di stock market (IHSG) hari ini masih positif, menguat 1,6 persen, dan di pasar obligasi masih agak naik,” ungkap Josua, ekonom di Bank Permata.

Kebijakan Trump yang berubah-ubah, Josua menambahkan, juga membuat pasar saham global bergerak fluktuatif. Di Amerika, ia melihat, indeks saham Nasdaq dan Dow Jones masing-masing terkoreksi empat dan dua persen. Pergerakan pasar saham Asia masih merah hingga pertengahan pekan, di mana hanya IHSG, Nikkei dan Strait Times yang berada dalam zona hijau.

Sementara itu, pergerakan rupiah masih melemah hingga pertengahan minggu. Berdasarkan data dari Bloomberg pada Rabu (12/3), nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat Rp16.452 atau terkoreksi 0,27 persen atau 43,5 poin. Pada Rabu, IHSG ditutup dalam zona hijau 6.665,09 atau menguat 1,87 persen (119,19 poin).

“Kita tahu bahwa rupiah pada hari ini melemah 40 poin, dan pekan ini melemah 150 poin meskipun secara month to date cenderung menguat dibandingkan pada Februari. Tapi saya meyakini bahwa dengan dimulainya implementasi kebijakan devisa hasil ekspor (DHE) sumber daya alam (SDA) atau kewajiban pemenuhan parkir DHE di dalam negeri 100 persen selama 12 bulan, sepertinya akan bisa memberikan dampak confidence level buat investor,” papar Josua.

“Jadi kembali lagi saya pikir ini agak mixed, di sisi saham positif dan mungkin ini efek dari investor domestik, tapi dari sisi investor asing masih wait and see terkait dengan arah kebijakan pemerintah Amerika. Jadi makanya respons terhadap rupiah dan pasar saham agak mixed,” tambahnya.

Dengan masih tingginya ketidakpastian ekonomi global, Josua berharap pemerintah dapat mengantisipasi supaya sentimen positif dari tanah air dapat menopang pergerakan IHSG dan rupiah nantinya. “Dengan adanya kebijakan Trump yang suka berubah-ubah setiap harinya, pemerintah harus menjaga supaya jangan sampai menambah ketidakpastian baru dari sisi domestik,” tegasnya.

Dampak Kebijakan Trump terhadap Indonesia

Ekonom CSIS Muhammad Habib mengatakan ketidakpastian arah kebijakan Trump akan membuat negara-negara yang termasuk kategori emerging market seperti Indonesia akan kesulitan. Apalagi dari sisi investasi, kata Habib, banyak perusahaan kelas kakap kembali berinvestasi di negara adidaya itu.

“Kalau bayangan saya, semua investasi asing itu likely akan kembali ke Amerika, misalnya ada Taiwan, kemudian ada Apple yang mengumumkan lagi, kemudian Honda yang katanya akan mempertimbangkan membangun pabrik di Amerika. Jadi semuanya ingin investasi di Amerika karena tidak ingin terkena tarif. Dan konsekuensinya adalah akan sulit bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia atau emerging economies untuk mengamankan investasi dengan situasi yang seperti ini, kecuali kalau kita bisa menyajikan deal yang menarik,” ungkap Habib.

Senada dengan Josua, Habib memproyeksikan pergerakan saham dan pasar keuangan global masih akan fluktuatif karena investor akan sangat hati-hati.

“Masih wait and see dan mereka tentu akan cenderung mengambil pilihan-pilihan yang lebih aman, dibandingkan dengan pilihan-pilihan yang lebih berisiko. Pilihan yang lebih aman misalnya dengan ya sudah investasi balik aja di Amerika serikat. Terlepas dari ketidakpastian yang diciptakan oleh Trump ini, investasi balik ke Amerika adalah salah satu cara untuk menghindari Trump tarif,” jelasnya.

Habib mengatakan bahwa Indonesia tidak bisa melawan proteksionisme dengan proteksionisme. Menurutnya, pemerintah Indonesia harus lebih terbuka antara lain dengan memperluas mitra dagang, dengan membentuk perjanjian perdagangan dengan banyak negara dan lebih komprehensif.

“Karena kalau misalnya selama ini hanya bergantung pada pasar Amerika Serikat, kita harus melihat pasar yang equal dengan tipe konsumen yang ada di Amerika Serikat. Itu cuma bisa diberikan oleh FTA dengan standar tinggi, misalnya bagaimana EU CEPA harus kembali disegerakan, lalu juga ratifikasi Indonesia-Kanada, atau misalnya upgrade terhadap Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement, Indonesia-Australia CEPA dan sebagainya. Jadi, saya rasa, pada prinsipnya kita menghadapi proteksionisme dengan harus bersikap lebih terbuka terhadap dunia internasional,” pungkasnya. [gi/ka/hj/aa]VOA

Berita Terkait

Dolar Tembus Rp16.577, Pemerintah Tetapkan Kurs Bea Masuk dan Pajak 15–21 Oktober 2025
Menkeu Purbaya Mau Alihkan Sisa Dana Rp200 T Bank Himbara, Sindir Penyerapan BTN Rendah
Dolar Tembus Rp16.655 per USD, Kemenkeu Tetapkan Kurs Periode 8–14 Oktober 2025 sebagai Dasar Bea Masuk dan Pajak Impor
WNI di Kapal Misi Bantuan Gaza Masih Selamat, Kemlu Terus Monitor
Kurs Pajak Periode 1–7 Oktober 2025, Dolar AS Capai Rp16.690,00 Berdasarkan Keputusan Kemenkeu
Menteri Keuangan Tegaskan Pemerintah Terus Tanggung Selisih Harga Energi dan Pangan Lewat Subsidi untuk Jaga Daya Beli Masyarakat
Korban TPPO Asal Jambo Aye 3 Kali dijual Agen di Kamboja Lapor ke Haji Uma Alhamdulillah akhirnya bisa pulang ke Aceh
Karang Taruna Aceh Utara Ikuti Puncak Bulan Bakti Nasional 2025, Siap Jadi Tuan Rumah Tahun 2026

Berita Terkait

Rabu, 22 Oktober 2025 - 06:52 WIB

Purbaya Siap Tangkap Mafia Perdagangan, Targetkan Penyelundupan dan Under Invoicing

Rabu, 22 Oktober 2025 - 05:34 WIB

Purbaya Tampil Bersahaja dan Tegas, Gibran dan Dedi Mulyadi Kian Redup di Panggung Politik Nasional

Rabu, 22 Oktober 2025 - 05:19 WIB

Menuju Era Baru Gemilang, Perisai SI Apresiasi Glenny Kairupan Jadi Dirut Garuda Indonesia

Selasa, 21 Oktober 2025 - 09:02 WIB

BNN dan PWI Perkuat Kolaborasi dalam Perang Melawan Narkoba

Selasa, 21 Oktober 2025 - 07:51 WIB

Puluhan Pabrik di Kawasan Industri Banten Tercemar Radiasi Cs-137, Pemerintah Telusuri Sumber Paparan Berbahaya

Selasa, 21 Oktober 2025 - 05:19 WIB

AMPG Konsultasi ke Polda Metro, Siapkan Laporan Terkait Dugaan Serangan terhadap Ketum Golkar Bahlil Lahadalia

Senin, 20 Oktober 2025 - 12:14 WIB

Presiden Prabowo Tegaskan Komitmen Lawan Korupsi dalam Penyerahan Rp13 Triliun Uang Pengganti Negara

Senin, 20 Oktober 2025 - 11:59 WIB

Kejagung Serahkan Rp13 Triliun Uang Korupsi CPO ke Negara

Berita Terbaru