Gayo Lues, Aceh – Sabtu, 24 Mei 2025 | Di tengah kabut pagi yang menyelimuti perbukitan Gayo Lues, kesibukan para petani sere kembali terlihat. Aroma khas tanaman sere yang sedang disuling perlahan menguar dari tungku-tungku tradisional, menjadi pertanda bahwa musim panen sedang berlangsung. Tahun ini, stabilitas harga minyak sere membawa kabar baik bagi masyarakat, khususnya para petani yang menggantungkan hidup dari komoditas ini.
Namun, di balik rasa syukur itu, tersimpan kekhawatiran. Masyarakat khawatir harga ini hanya sesaat. Karena itu, mereka menaruh harapan besar pada pemerintah daerah untuk menjaga agar harga minyak sere tetap kompetitif dan tidak kembali anjlok di pasar internasional.
Cacak Bes, seorang petani sere dari Desa Remukut, Kecamatan Pantan Cuaca, menyampaikan harapannya secara terbuka. Di tengah kesibukannya mengawasi penyulingan, ia menuturkan betapa pentingnya harga yang stabil bagi keberlangsungan hidup petani dan masa depan anak-anak mereka.
“Kerja menyuling sere itu berat, tidak semua orang kuat. Tapi kami menjalaninya demi bisa menghidupi keluarga dan menyekolahkan anak-anak. Kami butuh harga yang pasti, yang tidak berubah tiba-tiba hanya karena pasar luar negeri,” ungkapnya.
Stabilitas harga minyak sere menjadi sangat vital karena mayoritas petani di daerah ini tidak memiliki pendapatan alternatif. Mereka hidup dari hasil panen dan penyulingan sere yang dijual ke berbagai daerah bahkan diekspor ke luar negeri.
Minyak sere asal Gayo Lues dikenal memiliki kualitas unggulan yang banyak digunakan dalam industri parfum, farmasi, hingga kosmetik. Namun, keterikatan dengan pasar global justru menjadi tantangan tersendiri bagi para petani. Harga yang fluktuatif membuat mereka sering berada dalam posisi yang rentan.
Di tengah kondisi ini, warga Desa Remukut telah menyampaikan aspirasi kepada Bupati Gayo Lues. Mereka meminta agar pemerintah daerah tidak tinggal diam. Salah satu permintaan utama adalah adanya regulasi atau sistem yang dapat melindungi harga komoditas sere dari gejolak pasar dunia.
“Kalau pemerintah bisa bantu menstabilkan harga, kami tidak hanya tenang bekerja, tapi juga bisa menabung dan menyekolahkan anak-anak sampai kuliah,” lanjut Cacak Bes. Ia menyebut banyak petani yang terpaksa memutus sekolah anaknya karena hasil panen yang tak cukup membayar biaya pendidikan.
Permintaan masyarakat ini menjadi catatan penting bagi masa depan sektor pertanian di Gayo Lues. Minyak sere bukan sekadar produk ekspor, tetapi fondasi ekonomi ribuan keluarga. Ketika harganya stabil, ekonomi desa menguat. Sebaliknya, ketika harga anjlok, bukan hanya dapur yang tak berasap, tetapi harapan untuk masa depan pun ikut padam.
Pemerintah daerah diharapkan tidak hanya menjadi penyalur bantuan sesaat, tetapi hadir dengan kebijakan jangka panjang. Dari penguatan koperasi, pembukaan pasar ekspor yang lebih adil, hingga pengembangan industri hilir di tingkat lokal, semua bisa menjadi langkah nyata menjaga nilai jual sere Gayo Lues.
Kini, bola berada di tangan pemangku kebijakan. Petani telah menyuarakan harapan mereka. Pertanyaannya, apakah pemerintah siap menjawab dengan tindakan nyata? (*)