ACEH TIMUR – Tradisi bejamu saman antara Kampung Gajah, Kecamatan Pining, Kabupaten Gayo Lues, dan Kampung Ketibung, Kecamatan Lokop Serbe Jadi, Kabupaten Aceh Timur, Sabtu (9/8/2025), tidak hanya menjadi ajang pelestarian budaya, tetapi juga membawa dampak positif bagi perekonomian masyarakat setempat.
Kegiatan yang berlangsung di Desa Ketibung Jaya, Lokop Serbe Jadi, itu dihadiri ratusan warga dari dua kampung, termasuk tamu saman dari Kampung Gajah. Sepanjang jalan menuju lokasi acara, para pedagang memanfaatkan momen ini untuk mencari rezeki. Mereka menjual berbagai kebutuhan, mulai dari sembako, produk rumah tangga, hingga perlengkapan mandi seperti sabun dan pasta gigi.
Seorang pedagang sembako di tepi jalan Desa Ketibung mengaku omzet dagangannya naik sekitar lima persen dibanding hari biasa. “Bukan hanya sembako, sabun dan odol juga banyak dicari warga yang bersiap menerima tamu saman,” ujarnya. Tak hanya pedagang tetap, sejumlah warga mendirikan warung kopi dan lapak makanan dadakan di sekitar arena acara, menambah geliat ekonomi desa yang biasanya relatif sepi.
Bagi masyarakat Gayo Lues dan Aceh Timur, tari saman bukan sekadar seni pertunjukan. Tarian yang diwariskan secara turun-temurun ini memiliki fungsi sosial sebagai pengikat tali silaturahmi antar-kampung. Tradisi bejamu saman roa lo roa ingi bahkan menjadi agenda budaya yang rutin dilaksanakan di empat kabupaten di Provinsi Aceh—Aceh Tenggara, Gayo Lues, Bener Meriah, dan Aceh Timur.
Dalam adat bejamu saman, tuan rumah menerima tamu sebagai saudara saman atau serinen. Ikatan ini membuat tuan rumah berkewajiban menjamu tamunya layaknya keluarga sendiri. Makanan, minuman, hingga perlengkapan mandi disediakan secara penuh. Saat waktu makan tiba, serinen diajak makan bersama seperti dalam keseharian. “Saudara saman ini bukan sekadar tamu, tapi saudara seumur hidup,” ujar salah seorang tokoh masyarakat setempat.
Pengulu Kampung Gajah mengingatkan warganya yang datang untuk menjaga tutur kata dan perilaku selama berada di kampung tetangga. Ia juga menyampaikan terima kasih kepada masyarakat Ketibung atas sambutan hangat yang diberikan. “Mudah-mudahan acara saman roa lo roa ingi ini selalu mendapat lindungan Allah SWT, dan persaudaraan yang terjalin akan kekal selama-lamanya,” ujarnya.
Tradisi bejamu saman roa lo roa ingi membuktikan bahwa warisan budaya leluhur bukan hanya mampu bertahan di tengah modernisasi, tetapi juga memberikan manfaat nyata. Selain mempererat persaudaraan antarwarga, kegiatan ini mampu menghidupkan perekonomian desa dan menumbuhkan rasa kebersamaan di tengah masyarakat.
(Amj)