Bea Cukai Aceh Dorong UMKM Bricket LK Coffee, Arang Ampas Kopi Menuju Pasar Global

Redaksi Bara News

- Redaksi

Kamis, 31 Juli 2025 - 18:42 WIB

50328 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Aceh Besar , Baranews – Sebuah gebrakan ekonomi hijau lahir dari tangan-tangan ibu rumah tangga di Gampong Lamkeunung, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar. Berbekal ampas kopi yang selama ini dibuang sia-sia, mereka mengubahnya menjadi briket ramah lingkungan—Bricket LK Coffee—produk yang kini mulai mencuri perhatian pasar, bahkan menembus luar negeri.

Rabu (31/7/2025), Kanwil Bea Cukai Aceh menyelenggarakan dialog bersama pelaku UMKM Bricket LK Coffee dan para pemangku kepentingan di lokasi produksi Gampong Lamkeunung. Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya konkret Bea Cukai dalam memberikan fasilitasi industri dan mendorong pertumbuhan ekonomi akar rumput.

Bricket LK Coffee bukan sekadar UMKM biasa. Didirikan sebagai bagian dari program pemberdayaan pasca peresmian Lamkeunung sebagai Kampung Bebas dari Narkoba (KBN) ke-25 pada Februari 2025, UMKM ini kini telah mempekerjakan 12 orang—seluruhnya perempuan dari kampung sendiri. Mereka memproduksi briket arang dari limbah kopi dengan metode yang masih manual dan peralatan terbatas. Namun keterbatasan itu tak menyurutkan semangat mereka untuk menghasilkan produk unggulan dengan potensi ekspor.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dalam waktu kurang dari setahun, produk mereka telah dikirim sebagai sampel ke berbagai wilayah, mulai dari Bali, Abiya, hingga Jeddah dan Dubai melalui jalur diplomatik. Peminat dari luar negeri mulai melirik, karena selain berbahan baku limbah kopi yang ramah lingkungan, produk ini juga mendukung prinsip ekonomi sirkular.

Kepala Bidang Fasilitas Kepabeanan dan Cukai Kanwil Bea Cukai Aceh, Leni Rahmasari, mengatakan bahwa kegiatan ini bukan sekadar dialog formal, tetapi bagian dari komitmen Bea Cukai untuk memfasilitasi pertumbuhan UMKM secara menyeluruh.

“Kami ingin para pelaku usaha kecil tidak merasa sendirian menghadapi tantangan produksi dan pemasaran. Melalui sinergi lintas sektor seperti ini, kami harap UMKM seperti Bricket LK Coffee bisa naik kelas dan menjadi produk unggulan Aceh di pasar global,” tegas Leni.

Dialog tersebut dihadiri oleh berbagai pihak dari unsur pemerintah, akademisi, dan swasta: Universitas Syiah Kuala, Pegadaian, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Gampong (DPMG), Dinas Koperasi Aceh Besar, DJPB Provinsi Aceh, hingga asosiasi pengelola bank sampah. Mereka tidak datang hanya sebagai tamu, melainkan sebagai mitra yang turut mencarikan solusi bersama.

Universitas Syiah Kuala misalnya, telah memberikan bantuan berupa mesin produksi senilai Rp31 juta guna membantu UMKM meningkatkan kapasitas produksinya. Langkah ini menegaskan pentingnya dukungan riset dan teknologi dalam mengangkat potensi lokal menjadi kekuatan ekonomi baru.

Dalam diskusi terbuka, pelaku UMKM menyampaikan hambatan-hambatan riil yang mereka hadapi: kapasitas mesin terbatas, kesulitan memenuhi permintaan dalam jumlah besar, keterbatasan pengemasan produk, hingga regulasi ekspor yang belum sepenuhnya dipahami.

Namun, alih-alih menjadi keluhan, forum ini justru membuka ruang koordinasi konkret. Pegadaian menawarkan akses permodalan mikro, Dinas Koperasi menjanjikan pendampingan legalitas dan pelatihan pemasaran digital, sementara DJPB memberi edukasi terkait insentif fiskal dan pembiayaan produktif.

Dialog ini memperlihatkan wajah baru pemberdayaan UMKM di Aceh: bukan hanya sebatas pelatihan atau pemberian bantuan, tetapi sebuah ekosistem yang dibangun bersama, berbasis pada potensi lokal, dan diarahkan menuju keberlanjutan.

Di tengah krisis iklim global, model usaha seperti Bricket LK Coffee menjadi simbol bahwa solusi besar bisa lahir dari desa. Mereka tak hanya mengurangi limbah, tapi juga menciptakan peluang kerja, menghidupkan ekonomi perempuan, dan mengangkat citra lokal dalam bingkai inovasi hijau.

Dengan komitmen bersama antara pelaku usaha, pemerintah, akademisi, dan sektor swasta, Gampong Lamkeunung sedang menulis kisah barunya: dari kampung bebas narkoba menjadi kampung ekonomi hijau berorientasi ekspor. Dan semuanya dimulai dari secangkir kopi yang tersisa. (*)

Berita Terkait

Bea Cukai Banda Aceh Bersama BNN dan Aparat Gabungan Musnahkan Ladang Ganja Di Aceh Besar
Rizal, ST., Resmi Daftar Calon Keuchik Garot: Siap Mengabdi dan Membangun Gampong
Leupung Gelar Hardikda 2025
Chongraksat Wittaya School Thailand dan Yayasan Cendekia Darussalam Aceh Jalin Kerjasama Pendidikan Internasional
Brimob Kibarkan Sepuluh Bendera Merah Putih di Puncak Seulawah Agam, Simbol Pengabdian di Ujung Negeri
Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW Teladan Sepanjang Masa
Duta Siswa Aceh Melakukan Sosialisasi ke SMP N 1 Darul Imarah Aceh Besar
17 Bangunan Rusak Diterjang Angin Kencang di Aceh Besar, BPBD Lakukan Penanganan Cepat

Berita Terkait

Sabtu, 13 September 2025 - 01:55 WIB

Jadwal mundur 2.628 calon pppk paruh waktu bisa bernapas lega

Jumat, 12 September 2025 - 12:56 WIB

Tiga Rumah Warga di Aceh Tenggara Hangus Terbakar, Penyebab Masih Diselidiki

Jumat, 12 September 2025 - 01:35 WIB

Dana desa bukit meriah 2024 Rp. 940 jt. 63℅ misterius

Senin, 8 September 2025 - 00:46 WIB

Truk Pengangkut Mobil Terjun ke Jurang di Ketambe, Aceh Tenggara

Minggu, 7 September 2025 - 16:30 WIB

Bupati Aceh Tenggara H. M. Salim Fakhry Hadiri Musda VI PKS

Minggu, 7 September 2025 - 15:13 WIB

Abi Hasan Resmi Pimpin PKS Aceh Tenggara Periode 2025–2030, Tegaskan Komitmen Politik Santun dan Partisipatif

Jumat, 5 September 2025 - 21:30 WIB

H. Ali Basrah Dukung Penuh Pengembangan Universitas Gunung Leuser

Kamis, 4 September 2025 - 16:40 WIB

Kapolres Aceh Tenggara dan DPRK Duduk Bareng Mahasiswa, Aksi Damai Berjalan Penuh Keharmonisan

Berita Terbaru

BANDA ACEH

Kapolda Aceh Marzuki Ali Basyah Resmi Sandang Pangkat Irjen

Sabtu, 13 Sep 2025 - 18:51 WIB

ACEH SELATAN

PPD Minta Bupati Aceh Selatan Ganti Penyedia Makanan Santri MUQ

Sabtu, 13 Sep 2025 - 13:07 WIB