Subulussalam – Dalam dunia yang kerap menempatkan anak yatim dan dhuafa di pinggiran harapan, kiprah Sabirin Siahaan, Pimpinan Panti Asuhan Arroyan, menjadi pelita yang memberi arah. Pada Kamis (1/8/2025), Sabirin kembali mengantar satu anak asuhnya, Fitri, untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, sebuah langkah yang tak hanya mengubah masa depan sang anak, tapi juga memberi pesan bahwa mimpi anak-anak yatim pun layak diwujudkan.
Fitri, gadis asal Kampong Sibungke, Kecamatan Penanggalan, dulunya disekolahkan oleh Panti Asuhan Arroyan di MAN Inovasi Subulussalam. Kini ia diterima melanjutkan pendidikan tinggi di Yayasan Waqaf Hamalatul Qur’an, Pondok Tahfidz Qur’an Entrepreneur Darul Hikmah, Aceh Besar, pada program studi Ekonomi Syariah.
“Ini bukan semata keberhasilan pribadi, tapi buah dari tekad kolektif kita semua untuk menciptakan generasi yatim yang mandiri, berpendidikan, dan berakhlak,” kata Sabirin saat dihubungi di Subulussalam, Kamis siang.
Panti Asuhan Arroyan yang dipimpinnya berlokasi di Jalan Pertaki Ban, Dusun Cahaya Baru, Kampong Lae Bersih, Kecamatan Penanggalan. Didirikan dengan visi memberdayakan anak-anak yatim, fakir miskin, dan anak-anak terlantar, panti ini menjadi tempat pembinaan sekaligus rumah yang mengayomi puluhan anak dengan sistem pengasuhan layaknya keluarga.
“Sejak awal berdiri, kami berkomitmen menyekolahkan anak-anak dari PAUD hingga jenjang perguruan tinggi. Asrama kami pisahkan antara anak laki-laki dan perempuan, agar suasana belajar dan hidup mereka tetap nyaman dan terjaga,” tutur Sabirin.
Dalam keseharian, anak-anak di Panti Arroyan mendapat perhatian penuh, mulai dari pendidikan formal dan agama, perawatan kesehatan, hingga pemenuhan kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal yang layak. Lebih dari itu, mereka juga dilatih untuk mandiri secara mental dan spiritual.
Sabirin juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para donatur dan mitra yang selama ini mendukung operasional panti. Menurutnya, kolaborasi antara lembaga sosial, pemerintah, dan masyarakat menjadi kunci keberlanjutan misi panti.
“Kami membuka pintu selebar-lebarnya bagi siapa pun yang mengetahui ada anak yatim, yatim piatu, fakir miskin, atau anak terlantar di lingkungan sekitarnya. Silakan dibawa ke Panti Asuhan Arroyan. Kami tidak memungut biaya apa pun,” tegasnya.
Di tengah keterbatasan, Sabirin dan Panti Arroyan terus berusaha membuktikan bahwa kasih sayang dan kepedulian sosial mampu mengubah jalan hidup seseorang. Fitri hanyalah satu dari banyak kisah yang berhasil dituliskan. Namun ia menjadi contoh nyata bahwa pendidikan adalah hak semua anak, bukan hanya milik mereka yang lahir dalam kelimpahan.
(Pewarta: SP)