Blangpidie, 16 Juli 2025 — Menjelang peringatan dua dekade perdamaian di Aceh, Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) Wilayah 013 Blang Pidie, Abdurrahman Ubit, yang akrab disapa Panglima Do, mengajak seluruh masyarakat untuk meneguhkan komitmen terhadap suasana aman dan damai yang telah dibangun dengan susah payah sejak MoU Helsinki ditandatangani tahun 2005 silam.
Dalam seruannya kepada publik pada Rabu (16/7), Panglima Do menyampaikan pesan agar masyarakat Aceh, khususnya di wilayah Aceh Barat Daya, tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu yang menyesatkan atau provokasi yang berpotensi mengoyak harmoni yang telah lama dijaga bersama. Menurutnya, perdamaian yang saat ini dinikmati bukanlah hadiah, melainkan hasil dari perjuangan panjang, pengorbanan besar, dan tekad bersama seluruh elemen masyarakat Aceh.
Ia berharap momentum peringatan Hari Damai Aceh ke-20 yang jatuh pada 15 Agustus mendatang dapat dimaknai secara positif dan konstruktif oleh masyarakat. Bukan sekadar seremonial, namun menjadi ruang refleksi dan pembuktian bahwa perdamaian telah menjadi budaya baru yang hidup dalam keseharian warga Aceh. Untuk itu, ia mengajak masyarakat mengisi momen penting ini dengan kegiatan yang menumbuhkan empati dan kebersamaan.
“Mari kita isi Hari Damai Aceh dengan doa bersama, memberikan santunan kepada anak-anak yatim dan korban konflik, serta menyelenggarakan kegiatan sosial yang mempererat tali silaturrahmi antarwarga,” ujarnya.
Seruan tersebut bukan sekadar formalitas tahunan. Ia lahir dari kesadaran bahwa perdamaian hanya akan tumbuh jika terus dirawat dengan tindakan nyata—terutama melalui kepedulian terhadap mereka yang masih merasakan dampak konflik masa lalu, dan melalui kebersamaan dalam aktivitas sosial yang melintasi sekat-sekat perbedaan.
Bagi Panglima Do, peringatan 20 tahun damai Aceh bukan hanya milik mantan kombatan atau elite politik, tetapi milik semua lapisan masyarakat yang menginginkan Aceh tetap damai, maju, dan sejahtera. Ia menekankan bahwa rasa aman adalah fondasi utama bagi pembangunan dan masa depan generasi muda Aceh.
Seiring mendekatnya tanggal 15 Agustus, berbagai elemen masyarakat diharapkan dapat menyambut Hari Damai Aceh dengan semangat yang sama: menjaga persatuan, merawat silaturahmi, serta terus memupuk kepercayaan sosial yang selama ini menjadi tiang penyangga kedamaian di Tanah Rencong.
Perdamaian, menurut Panglima Do, tidak cukup hanya dikenang, tapi harus terus diperjuangkan dalam bentuk kebersamaan dan saling peduli antarsesama. Ia percaya, hanya dengan itulah cita-cita Aceh yang adil dan makmur bisa benar-benar terwujud. (*)