Stop!!! Perambahan Paya Nie untuk Kelapa Sawit!

Redaksi Bara News

- Redaksi

Selasa, 19 Maret 2024 - 21:30 WIB

50481 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

BIREUEN – Cerita perambahan Areal Paya Nie di Kabupaten Bireuen. Provinsi Aceh terus berjalan; eskalasinya meningkat, mereka [oknum tak bertanggung jawab] rubah Paya Nie jadi Perkebunan Kelapa Sawit. Padahal Paya Nie merupakan kawasan wilayah serapan air [suatu wilayah ekologi dan atau ecoregion] dataran rendah di kabupaten itu.

Kini; cerita Paya Nie tak seindah pungsinya, wilayah itu terus digerogoti keberadaannya oleh tangan-tangan jahil perusak lingkungan. Wajah Paya Nie tak lagi sumringah dan indah, egosentries yang mengabaikan sustainable lingkungan rubah Paya Nie jadi Kebun Kelapa Sawit.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kebijakan Konservasi yang dilakukan Koalisi Selamatkan Lahan dan Hutan Aceh (KSLHA), tak berlaku bagi para pecundang alih pungsi ke Kebun Kelapa Sawit.

Mereka menciptakan pundi cuan dari areal konservasi ecoregion Paya Nie. Degradasi wilayah itu tak terelakkan oleh keserakahan manusia, opini pola pikir ekonomis berjalan terus demi uang dan menyampingkan kerusakan kulit bumi.

Padahal secara administrasi, areal Paya Nie merupakan bagian dari Kecamatan Kutablang, Kabupaten Bireuen yang luasnya 304,19 hektare. Secara geografis areal Paya Nie ini terletak pada posisi 5.11.38 Lintang Utara dan 96.50.27 Bujur Timur.

Begitu sebut Koordinator KSLHA Yusmadi Yusuf; Didampingi Divisi Hukum dan Kebijakan. Sayed Zainal, SH dan Divisi Kampanye. Rahmad Syukur pada media. Selasa, 19 Maret 2024 di Bireuen.

Yusmadi menyebut bahwa; dari aspek legal formal, status areal Paya Nie dimaksud merupakan areal penggunaan lainnya (APL) yang saat ini sebagian besar telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk perkebunan kelapa sawit.

Padahal, dalam Qanun Nomor 7 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di mana dalam pasal 27 disebutkan bahwa Paya Nie memiliki luas 304,19 hektare dan status hukum saat ini adalah sebagai kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahan.

“Artinya, Paya Nie adalah kawasan dengan fungsi lindung yang tidak boleh dialih pungsi pada peruntukan lain.
Ini menjadi tantangan konservasi ke depan adalah bagaimana membangun Paya Nie berbasis kepentingan konservasi dan jasa lingkungan yang tidak mengalih fungsi rawa sebagai daerah resapan air,” Tegasnya.

Kecuali itu, dalam satu dekade terakhir ini, areal Paya Nie mengalami penyusutan debit air dan diperkirakan telah mengalami degradasi lahan/hutan seiring dengan meningkatnya aktifitas masyarakat untuk melakukan ekspansi lahan rawa menjadi areal pertanian dan perkebunan kepala sawit.

Konversi rawa ini akan terjadi perubahan pada pola penggunaan lahan yang memberikan implikasi luas pada perubahan tata lingkungan dan pola kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang ada di sekitar Paya Nie.

Disisi lain Sayed Zainal menambahkan bahwa; Temuan terbaru Aceh Wetland Foundation, penanaman tanaman kelapa sawit terus dilakukan warga pemilik kebun yang berbatas dengan rawa. Titik rawa yang mulai kering ditanami tanaman sawit.

Fakta itu terekam di Desa Buket Dalam dan Desa Tanjong Siron dan Paloh Raya, Kecamatan Kutablang. Bireuen. Alat berat mengeruk lahan di dalam rawa dan ditumpuk untuk media tanam sawit.

“Jika hal ini terus terjadi, maka kawasan rawa yang menjadi cadangan air untuk pertanian bakal menyusut dan berpotensi mengering,” Kata Sayed.

Berdasarkan fakta tersebut, kami dari Koalisi Selamatkan Lahan dan Hutan Aceh menyatakan sikap dan tuntutan kepada para pihak:

Pertama; Mengajak seluruh kepala desa di lingkar Paya Nie agar bertekad mencegah perluasan tanaman kelapa sawit di dalam areal rawa yang menjadi daerah serapan air.

Kedua; Mendesak Camat Kuta Blang mengambil sikap atas temuan tersebut, untuk menghindari dan mencegah meluasnya okupansi sawit di dalam areal rawa.

Dan Ketiga; Minta Bupati Bireuen dan jajarannya agar mengeluarkan Perbup atas tata kelola rawa dan menetapkan tapal batas rawa dengan kebun masyarakat. Sehingga Paya Nie yang menjadi sumber kehidupan dan pertanian bagi masyarakat di Kabupaten Bireuen bisa terselamatkan.

“Dengan demikian, harapan kami melalui pernyataan pers ini bisa ditindaklanjuti oleh para pihak yang berkepentingan dengan kelangsungan dan keberlanjutan rawa Paya Nie,” pungkas Sayed.

# Camat Instruksi Kades Warga tak Garap Areal Paya Nie

Camat Kutablang. Salamuddin SPd; mengimbau kepada para kepala desa (Kades) di lingkar Paya Nie untuk menginstruksikan masyarakat agar tidak menggarap atau mengalihfungsikan kawasan Paya Nie menjadi lahan sawit.

Selain itu, Camat juga dengan tegas meminta agar masyarakat tidak menguasai dan atau memperjualbelikan lahan di dalam rawa karena kawasan tersebut milik negara dan dilindungi.

Surat imbauan Camat Kutablang ini turut ditembuskan kepada Pj Bupati Bireuen, Ketua DPRK Bireuen, Kajari Bireuen, Kapolsubsektor Kutablang, dan Danposramil Kutablang.

Dalam imbauannya, Camat mengatakan, status areal Paya Nie ini merupakan areal penggunaan lainnya (APL) yang saat ini sebagian besar telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk perkebunan kelapa sawit.

Padahal, dalam Qanun No 7 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dimana dalam pasal 27 disebutkan bahwa Paya Nie memiliki luas 304,19 hektare dan status hukum saat ini adalah sebagai kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahan.

“Artinya, Paya Nie adalah kawasan dengan fungsi lindung yang tidak boleh dialihfungsi pada peruntukan lain,” tegas Camat Salamuddin.

Surat Edaran Camat Kutablang melarang perambahan Paya Nie. Dok. Kantor Camat Kutablang
Sebelumnya diberitakan, Koalisi Selamatkan Lahan dan Hutan Aceh menyatakan sikap dan mengajak seluruh kepala desa di lingkar Paya Nie agar bertekad mencegah perluasan tanaman kelapa sawit di dalam areal rawa yang menjadi daerah serapan air.

Sawit dikenal salah satu tanaman yang dapat menyusut debit air di dalam rawa.

# FMAPN Apresiasi Kebijakan Camat Kutablang

Upaya Camat Kutablang. Salamuddin SPd; yang berupaya mencegah perambahan rawa Paya Nie mendapat apresiasi dari perwakilan masyarakat adat.

Ketua Forum Masyarakat Adat Paya Nie (FMAPN), Said Fakhrurrazi mengatakan, pihaknya sangat mengapresiasi kebijakan Camat Kutablang yang menginstruksikan para kepala desa mencegah perambahan di dalam rawa Paya Nie.

Menurut Said Fakhrurrazi, ke depan pihaknya akan terus mensosialisasikan kepada masyarakat akan pentingnya Paya Nie dilestarikan.

“Ini daerah resapan air yang harus kita jaga dan rawat bersama,” katanya.

FMAPN adalah suatu wadah perkumpulan masyarakat adat yang meliputi dua Otoritas Adat yakni Pemerintah Mukim Teungku Chik Dimanyang dan Pemerintah Mukim Teungku Chik Umar.

Sebelum diberitakan, Camat Kutablang. Salamuddin SPd mengimbau kepada para kepala desa di lingkar Paya Nie menginstruksikan kepada masyarakat agar tidak menggarap atau mengalihfungsikan kawasan Paya Nie menjadi lahan sawit.

Selain itu, Camat juga dengan tegas meminta agar masyarakat tidak menguasai dan atau memperjualbelikan lahan di dalam rawa karena kawasan tersebut milik negara dan dilindungi.

Surat imbauan Camat Kutablang ini turut ditembuskan kepada Pj Bupati Bireuen, Ketua DPRK Bireuen, Kajari Bireuen, Kapolsubsektor Kutablang, dan Danposramil Kutablang.

Dalam imbauannya, Camat mengatakan, status areal Paya Nie ini merupakan areal penggunaan lainnya (APL) yang saat ini sebagian besar telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk perkebunan kelapa sawit.

Padahal, dalam Qanun No 7 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di mana dalam pasal 27 disebutkan bahwa Paya Nie memiliki luas 304,19 hektare dan status hukum saat ini adalah sebagai kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahan. [RED].

Berita Terkait

Hadirkan Pemateri dari India, Umuslim Gelar International Seminar on Education
Mahasiswa KKN Tematik Literasi USK dari Gampong Mns Tgk Digadong Gelar Kampanye “Stop Bullying” di MIN 50 Bireuen
Mahasiswa HKI UIA, M Faqih, Dinobatkan Sebagai Agam Intelegensia Bireuen 2025
Mahasiswa KKN Tematik Literasi USK Hidupkan Kembali Suasana Perpustakaan Gampong Bireuen Mns Tgk Digadong
Mahasiswi UIA Raih Penghargaan Sebagai Penulis di Tingkat Nasional
DLHK Aceh Amankan Excavator dan Tangkap Tiga Pelaku Perambahan Hutan Produksi di Peudada Bireuen
Perdana, Magister Pendidikan Agama Islam UIA Yudisium 33 Mahasiswa
Ratusan Mahasiswa UIA Lakukan KPM di Sejumlah Kabupaten

Berita Terkait

Jumat, 19 September 2025 - 03:25 WIB

Gugatan Tutut Soeharto ke Menkeu Dicabut, Purbaya: Beliau Kirim Salam, Saya Balas Salam

Jumat, 19 September 2025 - 03:22 WIB

Ahli di Sidang MK: 4.351 Polisi Rangkap Jabatan Sipil, Kesempatan Warga Sipil Hilang!

Jumat, 19 September 2025 - 03:14 WIB

Nurhadi Tegaskan 5.000 Titik Dapur MBG Fiktif Harus Diusut Tuntas: Jangan Korbankan Gizi Anak Bangsa

Jumat, 19 September 2025 - 02:53 WIB

Lima Tersangka Kredit Fiktif BPR Jepara Artha Ditahan KPK, Tiga Orang Dijemput Paksa di Semarang

Jumat, 19 September 2025 - 02:41 WIB

200 Siswa di Banggai Kepulauan Diduga Keracunan Setelah Makan Gratis, RS Trikora Penuh

Jumat, 19 September 2025 - 02:36 WIB

KPK Ingatkan Potensi Korupsi Dana Rp200 Triliun di Bank Himbara: “Jangan Sampai Kredit Fiktif Terulang”

Kamis, 18 September 2025 - 20:27 WIB

Pemerintah Tegaskan Kuota Impor BBM untuk SPBU Swasta Sudah Dinaikkan

Kamis, 18 September 2025 - 20:21 WIB

GAPPRI Sambut Positif Kajian Penurunan Tarif Cukai oleh Menkeu Purbaya

Berita Terbaru