Jakarta – Pengamat politik Rocky Gerung kembali melontarkan kritik tajam soal perombakan kabinet yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto. Ia menilai reshuffle yang diumumkan pasca 17 Agustus 2025 itu tidak membawa perubahan yang substansial, bahkan cenderung hanya bersifat kosmetik.
“Sebetulnya tidak ada reshuffle hari ini. Memang ada pergantian oknum-oknum menteri. Tetapi yang dituntut publik kan bukan sekadar pergantian, tetapi kualitas kabinet berubah,” ujar Rocky dalam kanal YouTube-nya @RockyGerungOfficial_2024, Kamis (18/9/2025).
Rocky menilai langkah Prabowo hanya mengganti sebagian menteri dan tidak menyentuh esensi dari tuntutan publik soal reformasi di tubuh pemerintahan. Menurutnya, banyak rakyat yang berharap reshuffle kali ini mampu membawa angin segar, namun justru yang terjadi adalah ketidakpuasan baru.
Salah satu hal yang disoroti Rocky adalah masih bertahannya sejumlah tokoh dari kelompok yang ia sebut sebagai “Geng Solo”, yakni orang-orang yang dinilai dekat dengan Presiden ke-7 RI, Joko Widodo.
“Publik berharap Prabowo membawa komposisi baru yang mencerminkan arah kepemimpinannya sendiri. Tapi kalau wajah-wajah lama masih mendominasi, apalagi yang disebut Geng Solo tetap dipertahankan, rakyat ya mengeluh,” ucap Rocky.
Ia menambahkan, reshuffle kali ini makin mempertegas bahwa kabinet belum melepaskan diri dari bayang-bayang kekuasaan sebelumnya. Publik, kata Rocky, justru menunggu munculnya figur-figur segar yang punya visi dan etos kerja sejalan dengan Nawacita Versi 2.0 yang dicanangkan Prabowo selama kampanye.
Sebelumnya, Rocky memang telah memprediksi akan terjadi reshuffle setelah momentum 17 Agustus. Meski prediksinya terbukti, namun ia mengaku tidak terkejut karena yang ditunjukkan bukan pembaruan substansi kebijakan, melainkan hanya pergantian komposisi orang di posisi tertentu.
Rocky juga menilai reshuffle yang tidak menyentuh aktor-aktor strategis pemerintahan, akan sia-sia dalam menghadapi tantangan kompleks seperti ekonomi global, stabilitas sosial, dan transisi menuju energi baru.
“Kalau yang diganti cuma kulit, dan bukan jantungnya, ya susah berharap ada perubahan nyata,” tuturnya.
Di tengah tingginya ekspektasi publik terhadap pemerintahan baru Prabowo-Gibran, kritik Rocky ini mencerminkan suara sebagian kelompok masyarakat yang menuntut arah baru, bukan sekadar melanjutkan pola lama dengan wajah berbeda.
Rocky pun menyebut, reshuffle idealnya menjadi titik balik untuk memperkuat kredibilitas politik Presiden Prabowo, bukan hanya menjaga keseimbangan kekuasaan.
“Kalau reshuffle hanya untuk pertimbangan politik dan tidak mempertimbangkan kualitas, maka ujung-ujungnya rakyat yang dirugikan,” tutup Rocky. (*)