Gayo Lues — Pemerintah Kabupaten Gayo Lues melalui Dinas Perumahan dan Permukiman terus melanjutkan sejumlah proyek pembangunan jaringan air bersih di berbagai wilayah kabupaten pada tahun anggaran 2025. Program ini mencakup tujuh kegiatan yang didanai dari Dana Alokasi Khusus (DAK) dan empat kegiatan lainnya yang bersumber dari Dana Otonomi Khusus Aceh (DOKA). Seluruh proyek difokuskan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih yang layak konsumsi.
Meski mengalami penyesuaian anggaran sebagai bagian dari kebijakan efisiensi belanja daerah, dinas terkait memastikan bahwa seluruh program tetap berjalan sesuai rencana. Di sejumlah lokasi, pekerjaan fisik telah tampak di lapangan, mulai dari pembangunan jaringan perpipaan baru hingga perbaikan sambungan instalasi air bersih yang sudah ada. Pemerintah daerah menargetkan agar manfaat dari proyek ini segera dapat dirasakan masyarakat.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman melalui Kepala Bidang Cipta Karya, Surianto, dalam keterangannya pada Kamis, 9 Oktober 2025. Ia menyampaikan bahwa kegiatan pembangunan jaringan air bersih terus berjalan tanpa hambatan signifikan. “Saat ini kegiatan sedang berlangsung, targetnya masyarakat bisa segera merasakan manfaat jaringan air bersih tersebut,” ujarnya.
Surianto menjelaskan bahwa pengurangan anggaran memaksa pihaknya untuk melakukan penyesuaian terhadap skala proyek, terutama dalam hal jumlah cakupan dan volume pekerjaan. Meski demikian, ia menegaskan kualitas pembangunan tetap menjadi prioritas utama agar instalasi air bersih yang dibangun berfungsi secara optimal. “Kami memang menyesuaikan skala pekerjaan dengan anggaran yang tersedia, tapi prinsipnya seluruh kegiatan yang sudah direncanakan tetap terlaksana,” tambahnya.
Pemerintah Kabupaten Gayo Lues menempatkan pembangunan infrastruktur air bersih sebagai bagian dari upaya pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. Akses terhadap air bersih diyakini menjadi elemen penting dalam meningkatkan kualitas hidup, serta mendukung kesehatan rumah tangga di wilayah-wilayah yang selama ini mengalami keterbatasan sumber daya air.
Program ini turut diarahkan agar distribusinya merata di berbagai kecamatan, dengan harapan mampu mengurangi ketergantungan warga pada mata air tradisional yang keberadaannya rentan terganggu saat musim kemarau. “Yang kita harapkan, masyarakat tidak lagi mengalami kesulitan air bersih, baik untuk keperluan minum maupun kebutuhan rumah tangga lainnya,” ujar Surianto.
Sejumlah pihak menyambut baik kelanjutan program tersebut di tengah kondisi fiskal yang terbatas. Dihubungi secara terpisah, tokoh masyarakat di beberapa titik kegiatan pembangunan menyebut proyek ini sebagai langkah konkret yang dibutuhkan sejak lama, mengingat sebagian besar masyarakat pedesaan masih mengandalkan sumber air dari lereng bukit dan sungai terdekat, yang sering kali tidak memenuhi standar kesehatan atau bahkan mengering saat suhu meningkat.
Meski menghadapi tantangan efisiensi anggaran, pemerintah daerah memastikan tidak ada kegiatan yang dihentikan. Seluruh pekerjaan tetap ditargetkan rampung sesuai jadwal perencanaan. Dalam penyampaiannya, Surianto menegaskan bahwa pihaknya terus memantau pelaksanaan proyek dan melakukan evaluasi berkala untuk menjaga ketepatan waktu serta mutu pekerjaan di lapangan.
“Air bersih adalah kebutuhan dasar. Jadi walau dengan keterbatasan, pemerintah tetap berkomitmen menyelesaikan seluruh kegiatan sesuai jadwal,” tutupnya. (HP)














































