Presiden Terpilih Rangkul Rival Politik, Pengamat Ingatkan Koalisi Gemuk Rusak Demokrasi

Redaksi Bara News

- Redaksi

Senin, 1 April 2024 - 04:51 WIB

50559 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Manuver pasangan presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka untuk merangkul rival politiknya, dikhawatirkan oleh sejumlah kalangan akan berpotensi membentuk koalisi gemuk tanpa pengawasan, sehingga dinilai berpotensi merusak demokrasi.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman memberi sinyal bahwa tim pasangan nomor urut 2 – yang kini merupakan presiden dan wakil presiden terpilih – akan membentuk koalisi gemuk untuk mengawal pemerintahan ke depan. Koalisi gemuk itu akan beranggotakan Koalisi Indonesia Maju dan sejumlah partai politik pendukung rival Prabowo dalam pemilihan presiden 2024.Direktur Pusat Studi dan Kajian Konstitusi (Pusako) Universitas Andalas, Charles Simabura kepada VOA, Minggu (31/3) mengatakan koalisi gemuk yang akan dibangun Prabowo Subianto itu tampaknya merupakan bagian dari upaya untuk meredam keseimbangan kekuasaan. Menurutnya, tradisi politik di Indonesia adalah selalu berusaha untuk merangkul kelompok-kelompok penyeimbang agar fungsi kontrol dan pengawasan menjadi lemah. Tradisi ini sudah berlangsung sejak era Presiden Soeharto hingga Joko Widodo saat ini.

Baca Juga :  Dewan Pers Keluarkan Surat Edaran, Wartawan yang Menjadi Caleg Wajib Mengundurkan Diri

“Saya pikir ini menjadi tidak sehat untuk demokrasi kita. Kenapa? Karena pemerintah itu berjalan di satu arah, tanpa kontrol. Padahal desain konstitusi kita itu meletakkan fungsi pengawasan di parlemenDi parlemen itu representasinya adalah partai politik. Partai politik yang seperti apa? Ya, partai politik yang tidak terlibat di dalam pemerintahan,” katanya.

ADVERTISEMENT

banner 300x250

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pengamat politik dari Lingkar Madani, Ray Rangkuti, mengatakan Indonesia sudah memiliki pengalaman koalisi gemuk di dua periode pemerintahan Presiden Joko Widodo di mana stabilitas politik tercapai, tetapi demokrasi menjadi layu.

Menurutnya, apa yang dilakukan Jokowi mirip seperti Presiden Soeharto yang ketika berkuasa selama 32 tahun kerap menekan oposisi, baik di formal di parlemen atau non-formal.

“Bukan saja ideal, tapi secara moral kayak PKS, PKB, dan Nasdem memang sudah harus berada di luar (pemerintahan). Karena mereka mengusung perubahan, artinya berbeda dengan Pak Prabowo yang menginginkan kelanjutan,” ujar Ray.

Baca Juga :  Praperadilan Firli Bahuri Ditolak, Polda Metro: Bukti Penyidik Profesional

Ray berharap ketiga partai tersebut, yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Nasional Demokrat harus berkomitmen untuk berada di luar pemerintahan karena sudah menyatakan berbeda dengan Prabowo.

Sedangkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), lanjutnya, masih mungkin masuk dalam pemerintahan karena tidak pernah menyatakan berbeda dengan Prabowo.

Politisi Partai Gerindra Habiburokhman mengatakan setelah menemui Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh – yang merupakan anggota Koalisi Perubahan pengusung Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar –Prabowo juga akan menyambangi sejumlah ketua umum partai lainnya. Salah satu diantaranya adalash pemimpin Partai Persatuan Pembangunan – partai pengusung Ganjar Pranowo-Mahfud MD – dalam pemilihan presiden.

Menurutnya Prabowo tidak ingin membuang-buang waktu, sehingga Ketua Umum Partai Gerindra itu memilih bergerak cepat merangkul semua partai politik. Tujuannya agar Prabowo-Gibran bisa langsung merealisasi program kerjanya setelah pelantikan presiden dan wakil presiden pada Oktober mendatang. [fw/em]/VOA

 

Berita Terkait

Rapim TNI-Polri Tahun 2025, Presiden Prabowo Tegaskan TNI-Polri Dedikasikan Diri untuk Bangsa dan Negara
Pemprov Sumut Tetapkan Pengelola Toba Caldera UNESCO Global Geopark, Azizul Kholis Jadi menjadi General Manager
KPK Kolaborasi dengan Kemenkum, Perkuat Sinergi Pemberantasan Korupsi
Menkeu Keluarkan Surat Perintah Kementerian/Lembaga Efisiensi Anggaran 16 Pos Belanja
Kementerian HAM Desak Pertanggungjawaban Hukum Malaysia Atas Penembakan PMI
Wamentan Tekankan Pentingnya Penyerapan Beras Demi Swasembada Pangan
Bawaslu RI Minta Jajaran Bekerja Transparan, Tegas, dan Responsif
Selama 3 Bulan Pemerintahan, Komdigi Hadirkan 10 Ribu Talenta Digital

Berita Terkait

Kamis, 30 Januari 2025 - 15:28 WIB

Pemprov Sumut Tetapkan Pengelola Toba Caldera UNESCO Global Geopark, Azizul Kholis Jadi menjadi General Manager

Kamis, 30 Januari 2025 - 04:07 WIB

KPK Kolaborasi dengan Kemenkum, Perkuat Sinergi Pemberantasan Korupsi

Rabu, 29 Januari 2025 - 23:49 WIB

Menkeu Keluarkan Surat Perintah Kementerian/Lembaga Efisiensi Anggaran 16 Pos Belanja

Rabu, 29 Januari 2025 - 23:45 WIB

Kementerian HAM Desak Pertanggungjawaban Hukum Malaysia Atas Penembakan PMI

Rabu, 29 Januari 2025 - 01:37 WIB

Wamentan Tekankan Pentingnya Penyerapan Beras Demi Swasembada Pangan

Rabu, 29 Januari 2025 - 01:34 WIB

Bawaslu RI Minta Jajaran Bekerja Transparan, Tegas, dan Responsif

Rabu, 29 Januari 2025 - 01:28 WIB

Selama 3 Bulan Pemerintahan, Komdigi Hadirkan 10 Ribu Talenta Digital

Rabu, 29 Januari 2025 - 01:24 WIB

Propam Polda Metro Jaya Patsuskan 4 Orang

Berita Terbaru