Jakarta – Bara News | Indonesia kehilangan salah satu tokoh penting dalam bidang ekonomi nasional. Ekonom senior sekaligus mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri (Menko Ekuin), Kwik Kian Gie, meninggal dunia pada Senin, 28 Juli 2025 pukul 22.00 WIB dalam usia 90 tahun.
Ucapan duka dan kenangan mengalir dari berbagai kalangan. Di mata banyak orang, Kwik dikenang sebagai pribadi yang jujur, kritis, dan selalu teguh dalam memperjuangkan kebenaran di tengah situasi ekonomi dan politik yang dinamis.
Dalam ingatan publik, ia adalah ekonom dengan pandangan tajam yang tak segan berdebat secara terbuka untuk mempertahankan analisisnya. Salah satu debat publik yang dikenang terjadi di harian Kompas pada 1997, ketika ia mengulas persoalan defisit transaksi berjalan. Ia menunjukkan sikap terbuka terhadap perbedaan pendapat dan menjunjung tinggi logika dalam setiap perdebatan ekonomi yang ia jalani. Debat bagi Kwik bukan tentang siapa menang, tetapi tentang siapa yang paling jernih berpikir.
Kepergiannya menjadi kehilangan besar, terutama bagi mereka yang merindukan iklim diskusi publik yang rasional dan berbasis gagasan. Di tengah iklim kebijakan ekonomi yang sering dikaburkan oleh kepentingan politik, suara kritis seperti Kwik memberi arah moral dan intelektual.
Kwik Kian Gie lahir di Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, pada 11 Januari 1935 dari keluarga Tionghoa. Setelah menempuh pendidikan awal di Indonesia dan sempat kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, ia melanjutkan studi di Nederlandsche Economische Hogeschool, Rotterdam, Belanda, dan lulus pada 1963. Karier internasionalnya dimulai di Den Haag sebagai asisten atase kebudayaan, lalu berlanjut menjadi direktur asosiasi perdagangan Belanda-Indonesia. Pada 1970, ia kembali ke tanah air dan memulai langkah-langkahnya dalam pembangunan ekonomi nasional.
Setelah sempat menganggur, ia mendirikan PT Indonesian Financing & Investment, perusahaan non-bank pertama di Indonesia, yang saat itu belum memiliki izin resmi dari pemerintah. Pilihan ini mencerminkan keberaniannya mengambil risiko dan mendorong terobosan di tengah keterbatasan regulasi.
Selain berkiprah di dunia bisnis dan pemerintahan, Kwik juga dikenal sebagai seorang pendidik dan pembina institusi pendidikan. Ia mendirikan SMA Erlangga di Surabaya pada 1954, menjadi pengurus Yayasan Trisakti sejak 1968, lalu turut mendirikan Institut Manajemen Prasetiya Mulya pada 1982, sekolah MBA pertama di Indonesia. Pada 1987, bersama sejumlah kolega, ia mendirikan Institut Bisnis dan Informatika Indonesia (IBII). Kiprahnya menunjukkan komitmen jangka panjang dalam pengembangan sumber daya manusia Indonesia.
Kwik juga dikenal sebagai figur yang konsisten dalam memperjuangkan ekonomi yang berdaulat. Ia menolak dengan tegas ketergantungan pada utang luar negeri dan kebijakan liberalisasi sektor minyak dan gas. Pandangannya sering dianggap keras, tetapi justru di situlah letak ketulusannya: ia memperjuangkan apa yang diyakininya benar bagi masa depan bangsa.
Kini, sosok yang selama puluhan tahun menjadi suara kritis dalam dinamika ekonomi dan politik Indonesia telah berpulang. Namun gagasan, keteladanan, dan jejak intelektualnya akan terus hidup. Ia telah pergi, tetapi warisannya tetap menjadi bagian dari memori kolektif bangsa.
Selamat jalan, Kwik Kian Gie.