BARANEWS – Sosok Dewi Astutik alias PA, wanita asal Ponorogo, Jawa Timur, menjadi sorotan tajam Badan Narkotika Nasional (BNN) RI usai namanya mencuat sebagai dalang di balik penyelundupan sabu seberat 2 ton ke wilayah Indonesia. Dalam kasus besar ini, BNN menyebut Dewi sebagai pengendali utama jaringan narkotika internasional yang beroperasi dari kawasan Golden Triangle.
Pengungkapan sabu seberat dua ton dari kapal Sea Dragon Tarawa di perairan Tanjung Balai Karimun pada 2 Mei 2025 menjadi pengungkapan terbesar dalam sejarah pemberantasan narkotika di Indonesia. Namun lebih dari sekadar jumlah, perhatian tertuju pada satu nama: Dewi Astutik.
1. Buronan Sejak 2024, Diduga Bersembunyi di Kamboja
Kepala BNN RI, Komjen Marthinus Hukom, menyatakan bahwa Dewi Astutik telah masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) sejak 2024. Berdasarkan hasil penyelidikan intelijen, Dewi diduga berada di wilayah Kamboja dan sekitarnya.
“Kami bekerja sama dengan BIN (Badan Intelijen Negara) untuk memburu Dewi Astutik di Kamboja. Saat ini statusnya telah menjadi red notice Interpol,” tegas Marthinus dalam konferensi pers yang digelar di Batam pada 26 Mei 2025.
Kerja sama intelijen dengan berbagai negara juga sedang dibangun guna mempersempit ruang gerak Dewi yang disebut sebagai operator canggih dalam jaringan narkotika lintas negara.
2. Gunakan Nama Palsu, Jejaknya Hilang di Ponorogo
Nama Dewi Astutik sempat mencuat pertama kali dalam kasus peredaran heroin seberat 2,76 kilogram. Namun saat identitasnya ditelusuri, warga Dukuh Sumber Agung, Desa/Kecamatan Balong, Ponorogo, tidak mengenal nama itu.
Kepala Dusun Sumber Agung, Gunawan, menyebutkan bahwa nama Dewi Astutik tidak terdaftar sebagai penduduk. Namun ia mengenali foto Dewi sebagai PA, seorang perempuan yang diketahui telah lama menjadi pekerja migran.
“Memang bukan nama Dewi Astutik. Kami mengenalnya sebagai PA. Dulu pernah kerja di Hongkong dan Taiwan, terakhir katanya di Kamboja,” ujar Gunawan kepada wartawan pada Selasa, 27 Mei 2025.
Kapolres Ponorogo AKBP Andin Wisnu Sudibyo juga memastikan bahwa identitas Dewi berdasarkan KTP merupakan hasil pemalsuan. Ia menyebut identitas itu diambil dari keluarganya sendiri.
“Benar alamatnya di Ponorogo, tapi identitasnya dipalsukan. KTP itu bukan atas namanya sendiri,” jelasnya.
3. Karier Gelap Seorang Pekerja Migran
Perjalanan Dewi sebagai pekerja migran rupanya menjadi pintu masuknya ke dalam dunia gelap peredaran narkoba. Berawal dari Hongkong, Taiwan, hingga akhirnya disebut beroperasi aktif di Kamboja, Dewi diyakini menjalin relasi dengan berbagai jaringan kriminal transnasional.
“Dia sudah lama jadi Pekerja Migran Indonesia (PMI). Kami telusuri dari rekam jejak dan catatan perjalanan internasional. Sekarang jadi DPO dan masuk Red Notice,” imbuh Kapolres Ponorogo.
Dalam dunia narkotika internasional, Dewi disebut memiliki kecakapan tinggi dalam mengatur lalu lintas sabu melalui jalur laut, yang dikenal sebagai jalur paling rumit namun potensial bagi jaringan kartel Asia Tenggara.
4. Operator Jaringan Golden Triangle
Dewi Astutik disebut-sebut sebagai bagian dari jaringan Golden Triangle — wilayah segitiga maut penghasil narkotika yang melibatkan Laos, Myanmar, dan Thailand. Kawasan ini dikenal sebagai pusat produksi opium dan heroin terbesar di Asia Tenggara.
Kepala BNN, Komjen Marthinus, menyatakan bahwa Dewi menjadi penghubung antara sindikat dari Asia dan Afrika. Bahkan, beberapa orang yang tertangkap di Adis Ababa, Ethiopia, diyakini merupakan bagian dari sindikatnya.
“Analisa kami menunjukkan dia adalah WNI yang bergabung dengan jaringan Afrika. Koneksi globalnya luas,” ujarnya.
Berbeda dengan sindikat Fredy Pratama, jaringan Dewi disebut lebih terselubung dan tidak terikat pada struktur tunggal, melainkan berbasis jaringan cair lintas negara.
5. Penyelundupan 2 Ton Sabu: Operasi Gabungan 5 Bulan
Pengungkapan sabu sebanyak 2 ton ini merupakan hasil operasi intelijen yang berlangsung selama lima bulan penuh. BNN bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Bea Cukai, Polda Kepri, TNI AL, serta BAIS TNI.
Melalui joint analysis, mereka berhasil melacak keberadaan kapal Sea Dragon Tarawa, yang diduga sebagai alat transportasi utama sabu dari Laut Andaman menuju Indonesia.
Operasi penindakan digelar pada 2 Mei 2025 pukul 23.00 WIB. Dua kapal Bea Cukai (BC 20003 dan BC 20007), dua kapal tempur Lantamal IV (KRI Surik 645 dan KRI Silea 858), serta personel gabungan berhasil menggiring kapal ke dermaga Bea Cukai di Batam.
Sebanyak 67 kardus berisi 2.000 bungkus sabu ditemukan tersembunyi di kompartemen kapal. Total berat mencapai 2 ton, senilai sekitar Rp 5 triliun.
Enam awak kapal ditangkap, terdiri dari empat WNI dan dua WN Thailand. Mereka adalah:
-
Fandi Ramdani
-
Leo Candra Samosir
-
Richard Halomoan
-
Hasiloan Samosir
-
Dua WN Thailand (identitas dirahasiakan untuk kepentingan penyidikan)
6. Perekrut 110 Kurir Narkotika
Dalam laporan lanjutan Tribun Network, Dewi juga disebut sebagai perekrut lebih dari 100 kurir lintas negara. Kurir-kurir ini bertugas membawa sabu dalam jumlah kecil ke beberapa negara Asia, Afrika, dan Eropa untuk menghindari deteksi dalam jumlah besar.
Dengan struktur seperti sel tidur, jaringan ini bergerak diam-diam namun efisien. Dewi menjadi pusat kendali utama melalui komunikasi terenkripsi dan akun palsu di media sosial.
Penutup: Pengejaran Terus Berlanjut
Dewi Astutik kini menjadi simbol wajah baru narkotika internasional: perempuan, migran, cerdas, dan licin. Ia diyakini memiliki banyak identitas, paspor palsu, dan relasi diplomatik yang rumit di Asia Tenggara.
BNN memastikan bahwa pengejaran terhadap Dewi Astutik tidak akan berhenti. Kepala BNN menegaskan, “Kita tidak akan berhenti sampai dia tertangkap. Ini bukan hanya soal hukum, tapi juga martabat bangsa.”
Penyelundupan dua ton sabu ini membuka mata bahwa peredaran narkoba internasional terus berevolusi. Peran Indonesia bukan lagi sekadar pasar, tetapi telah menjadi medan perang perebutan jalur dan kendali kartel narkotika global.