JK Hadiri Rapat di DPR, Soroti Konflik dan Ketidakadilan Ekonomi di Aceh

Redaksi Bara News

- Redaksi

Jumat, 12 September 2025 - 13:14 WIB

50369 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

JAKARTA | Wakil Presiden RI ke-10 dan 12, Muhammad Jusuf Kalla atau JK, menghadiri rapat dengar pendapat umum (RDPU) di Badan Legislasi (Baleg) DPR, Kamis (11/9). Agenda rapat tersebut membahas revisi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (UU PA) yang sudah masuk dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Prioritas 2025 hasil usulan DPR dan DPD.

Dalam pembahasan itu, sejumlah poin revisi mengemuka, di antaranya mengenai penegasan kewenangan Aceh agar tidak tumpang tindih dengan pemerintah pusat, evaluasi terhadap Qanun APBA (Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh), sistem pajak daerah, hingga pengelolaan sumber daya alam termasuk karbon.

JK dalam paparannya lebih banyak menyoroti pengalaman Indonesia menghadapi konflik di berbagai daerah pasca kemerdekaan. Ia menyebut setidaknya ada 15 konflik besar yang pernah terjadi, mulai dari pemberontakan Madiun pada 1948, gerakan DI/TII di Aceh, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan (1949-1962), pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) di Ambon pada 1950, hingga gerakan PRRI/Permesta (1957-1961). Ia juga mengingatkan peristiwa Gerakan Aceh Merdeka (1976-2005) serta kerusuhan Mei 1998.

Menurut JK, akar persoalan dari konflik-konflik tersebut sebagian besar berhubungan dengan ketidakadilan, baik dalam aspek politik maupun ekonomi. Ia mencontohkan kasus di Poso yang menurutnya dipicu ketidakadilan politik, meski banyak yang menganggapnya persoalan agama. Sementara itu, di Aceh, JK menegaskan konflik panjang yang terjadi sangat erat kaitannya dengan ketidakadilan ekonomi.

“Aceh itu memiliki kekayaan sumber daya alam yang luar biasa, seperti gas dan minyak. Tetapi, apa yang diperoleh masyarakat Aceh sangat kecil dibanding kekayaan yang ada. Maka, terjadilah suatu pikiran yang berakhir dengan konflik negara. Jadi semuanya Aceh itu ketidakadilan ekonomi,” ujar JK dalam forum tersebut.

Ia menekankan, konflik di Aceh tak bisa dilepaskan dari rasa ketidakpuasan masyarakat yang melihat hasil kekayaan daerahnya lebih banyak dinikmati pihak lain dibanding penduduk lokal. Pandangan itu, kata JK, menjadi latar belakang penting dalam memahami dinamika politik dan ekonomi Aceh yang kini kembali dibicarakan dalam revisi UU Pemerintahan Aceh.

Keberadaan UU PA sendiri merupakan turunan dari Nota Kesepahaman Helsinki yang menandai berakhirnya konflik bersenjata di Aceh pada 2005. Revisi yang sedang dibahas di DPR dinilai strategis untuk memastikan kewenangan Aceh tetap berjalan sesuai perjanjian damai, sekaligus menjawab tantangan baru, terutama soal pengelolaan sumber daya alam, fiskal daerah, dan hubungan Aceh dengan pemerintah pusat.

Dengan sorotan JK tersebut, pembahasan revisi UU PA di Baleg DPR diperkirakan akan berlangsung alot. Hal ini karena menyangkut keseimbangan antara menjaga otonomi khusus Aceh dengan tetap menempatkannya dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. (*)

Berita Terkait

Dewan Pakar PWI Pusat H. Muhammad Amru Ingatkan Pentingnya Peran Jurnalis dalam Menjaga Keberlanjutan Kebudayaan Lokal
Tomy Suswanto Resmi Pimpin Ikatan Alumni BEM Nusantara Periode 2025 2030
Dolar Tembus Rp16.581: Kemenkeu Tetapkan Kurs Pajak dan Bea Masuk Periode 22–28 Oktober 2025
Purbaya Siap Tangkap Mafia Perdagangan, Targetkan Penyelundupan dan Under Invoicing
Menkeu Purbaya Muncul sebagai Idola Baru Politik, Gaya Koboi dan Sikap Tegasnya Dinilai Jadi Ancaman bagi Praktik Usang
Purbaya Tampil Bersahaja dan Tegas, Gibran dan Dedi Mulyadi Kian Redup di Panggung Politik Nasional
Menuju Era Baru Gemilang, Perisai SI Apresiasi Glenny Kairupan Jadi Dirut Garuda Indonesia
BNN dan PWI Perkuat Kolaborasi dalam Perang Melawan Narkoba

Berita Terkait

Jumat, 24 Oktober 2025 - 13:07 WIB

Pemprov Aceh Anggarkan Rp80 Miliar Bangun Jalan Tembus Muara Situlen–Gelombang

Jumat, 24 Oktober 2025 - 13:00 WIB

Bupati Aceh Tenggara Hadiri Tabligh Akbar dan Peringatan Hari Santri ke-10 yang Penuh Semangat Kebersamaan

Jumat, 24 Oktober 2025 - 12:56 WIB

Tabligh Akbar dan Doa Bersama Warnai Peringatan Maulid Nabi dan Hari Santri di Aceh Tenggara

Jumat, 24 Oktober 2025 - 12:53 WIB

Ketua TP PKK Aceh Tenggara Ajak Keluarga Hidup Sehat dan Berdaya Lewat Program GAMMAWAR

Jumat, 24 Oktober 2025 - 12:50 WIB

Bupati Aceh Tenggara Bersama Ribuan Warga Peringati Maulid Nabi dan Hari Santri dengan Doa Bersama

Jumat, 24 Oktober 2025 - 12:47 WIB

Babinsa Posramil Lawe Bulan Amankan Terduga Pengguna Sabu di Aceh Tenggara

Jumat, 24 Oktober 2025 - 12:43 WIB

Pemkab Aceh Tenggara Gandeng Kejaksaan Tertibkan Retribusi Pasar

Kamis, 23 Oktober 2025 - 15:48 WIB

Bupati Aceh Tenggara Tinjau Korban Kebakaran di Desa Gaya Jaya dan Salurkan Bantuan

Berita Terbaru

OPINI

CSIS, Sentralisasi, dan Bayang Separatisme

Sabtu, 25 Okt 2025 - 01:29 WIB

OPINI

Ketika Kejujuran Dikorbankan, Loyalitas Dipertuhankan

Sabtu, 25 Okt 2025 - 01:27 WIB