Gaji DPR Disebut Capai Miliaran, Mahfud MD: Kalau Masih Korupsi Itu Keterlaluan

Redaksi Bara News

- Redaksi

Rabu, 27 Agustus 2025 - 13:38 WIB

50406 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

https://youtu.be/Gim–luwL5I

JAKARTA — Polemik soal gaji fantastis anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI kembali menyedot perhatian publik. Angka yang beredar di ruang digital mencapai Rp100 juta per bulan, bahkan menurut perhitungan lembaga riset anggaran bisa lebih dari Rp230 juta per bulan. Situasi ini memicu kritik keras dari masyarakat yang merasa wajar bila kemarahan mereka memuncak, apalagi di tengah kondisi ekonomi yang serba sulit.

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD ikut menanggapi kegaduhan ini. Dalam siaran di kanal YouTube resminya, Selasa (26/8/2025), Mahfud yang pernah menjadi anggota DPR periode 2004–2009 mengungkap bahwa angka Rp230 juta per bulan justru masih jauh lebih kecil dibanding kenyataan di lapangan. Ia menyebut, selain gaji dan tunjangan resmi, anggota dewan memiliki banyak sumber pendapatan lain yang tidak masuk dalam rincian edaran Setjen DPR.

“Kalau cuma Rp230 juta sebulan, menurut saya kecil. Saya mendengar ada yang miliaran per bulan. Itu pun baru hitungan gaji rutin. Belum uang reses, kunjungan, sampai insentif pembahasan undang-undang,” kata Mahfud. Ia menyinggung pada masanya setiap pembahasan satu undang-undang dihargai Rp5 juta per orang, ditambah biaya reses dan kunjungan ke daerah pemilihan.

Cerita pengalaman Mahfud menggambarkan betapa kompleksnya struktur pendapatan wakil rakyat. Pada tahun 2004, gaji pokoknya hanya Rp4,8 juta. Namun setelah ditambah tunjangan jabatan, rumah, transportasi, hingga keluarga, jumlahnya membengkak berkali lipat. Ia bahkan sempat kaget ketika melihat laporan mutasi rekening saat harus menyerahkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) ke KPK.

“Ketika saya pindah ke MK, saya buka rekening koran, ternyata saldo saya jauh membesar. Padahal saya tidak pernah menghitung. Langsung saya pikir, wah ini kok saya jadi kaya raya,” ungkapnya.

Mahfud juga menyinggung soal tunjangan rumah yang ramai dipersoalkan publik. Ia bercerita, saat masih di DPR pada 2008, anggota hanya mendapat uang sewa rumah Rp12 juta per bulan. Kini angkanya melonjak menjadi Rp50 juta, yang menurutnya jauh melampaui logika kenaikan kurs dan inflasi.

Lebih jauh, Mahfud mengisahkan pernah ditawari perjalanan studi banding ke luar negeri meski sudah tak lagi menjabat anggota DPR. Tawaran itu ia tolak karena undang-undang yang dimaksud sudah selesai dibahas. “Itu gede lho uangnya. Sudah tiket bisnis, hotel mewah, uang saku dollar. Tapi saya coret, saya tidak mau,” tegasnya.

Dalam refleksinya, Mahfud menilai apa yang dulu pernah diungkap penyanyi sekaligus politisi Kris Dayanti lebih mendekati kebenaran. Kris pernah menyebut gaji dan tunjangan DPR bisa mencapai miliaran rupiah per bulan bila dihitung rata-rata. Pernyataan itu kala itu segera dibungkam rekan-rekannya di parlemen.

“Kalau masih ada anggota DPR yang korupsi, itu sudah keterlaluan. Gajinya besar sekali, fasilitasnya melimpah. Masa masih kurang juga?” ujar Mahfud.

Pernyataan Mahfud MD ini menambah panjang daftar kritik terhadap penghasilan jumbo para wakil rakyat. Bagi publik, kontroversi gaji DPR bukan semata soal angka, tetapi juga soal rasa keadilan dan kepatutan. Di tengah kebutuhan negara untuk berhemat dan menyalurkan anggaran pada sektor publik yang lebih mendesak, besarnya penghasilan anggota dewan kian terasa jomplang dengan kenyataan hidup masyarakat.

Perdebatan ini tampaknya belum akan mereda. Justru dengan pengakuan terbuka dari tokoh sekelas Mahfud MD, tekanan moral agar DPR melakukan transparansi dan pemangkasan tunjangan bisa semakin kuat. Bagaimanapun, sorotan publik jelas menuntut agar kursi rakyat tidak sekadar jadi jalan pintas menuju kekayaan, melainkan panggung untuk memperjuangkan kepentingan bangsa. (*)

Berita Terkait

Dewan Pakar PWI Pusat H. Muhammad Amru Ingatkan Pentingnya Peran Jurnalis dalam Menjaga Keberlanjutan Kebudayaan Lokal
Tomy Suswanto Resmi Pimpin Ikatan Alumni BEM Nusantara Periode 2025 2030
Dolar Tembus Rp16.581: Kemenkeu Tetapkan Kurs Pajak dan Bea Masuk Periode 22–28 Oktober 2025
Purbaya Siap Tangkap Mafia Perdagangan, Targetkan Penyelundupan dan Under Invoicing
Menkeu Purbaya Muncul sebagai Idola Baru Politik, Gaya Koboi dan Sikap Tegasnya Dinilai Jadi Ancaman bagi Praktik Usang
Purbaya Tampil Bersahaja dan Tegas, Gibran dan Dedi Mulyadi Kian Redup di Panggung Politik Nasional
Menuju Era Baru Gemilang, Perisai SI Apresiasi Glenny Kairupan Jadi Dirut Garuda Indonesia
BNN dan PWI Perkuat Kolaborasi dalam Perang Melawan Narkoba

Berita Terkait

Jumat, 24 Oktober 2025 - 13:07 WIB

Pemprov Aceh Anggarkan Rp80 Miliar Bangun Jalan Tembus Muara Situlen–Gelombang

Jumat, 24 Oktober 2025 - 13:00 WIB

Bupati Aceh Tenggara Hadiri Tabligh Akbar dan Peringatan Hari Santri ke-10 yang Penuh Semangat Kebersamaan

Jumat, 24 Oktober 2025 - 12:56 WIB

Tabligh Akbar dan Doa Bersama Warnai Peringatan Maulid Nabi dan Hari Santri di Aceh Tenggara

Jumat, 24 Oktober 2025 - 12:53 WIB

Ketua TP PKK Aceh Tenggara Ajak Keluarga Hidup Sehat dan Berdaya Lewat Program GAMMAWAR

Jumat, 24 Oktober 2025 - 12:47 WIB

Babinsa Posramil Lawe Bulan Amankan Terduga Pengguna Sabu di Aceh Tenggara

Jumat, 24 Oktober 2025 - 12:43 WIB

Pemkab Aceh Tenggara Gandeng Kejaksaan Tertibkan Retribusi Pasar

Kamis, 23 Oktober 2025 - 15:48 WIB

Bupati Aceh Tenggara Tinjau Korban Kebakaran di Desa Gaya Jaya dan Salurkan Bantuan

Kamis, 23 Oktober 2025 - 13:09 WIB

Setelah 5 Orang Tewas dan 1 Terluka, Tersangka Pembunuhan Berencana Ardi Saputra Resmi Diserahkan ke Jaksa

Berita Terbaru