Empat Pulau Jatuh ke Sumut, Mualem Bicara Kolaborasi: Aceh Butuh Pemimpin, Bukan Juru Damai

Redaksi Bara News

- Redaksi

Rabu, 4 Juni 2025 - 23:13 WIB

50356 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

BARANEWS | Empat pulau jatuh ke Sumatera Utara, dan para pemimpin memilih bicara kolaborasi. Ironis. Saat marwah Aceh dipertaruhkan, yang ditawarkan adalah wacana sinergi bukan sikap tegas membela tanah. Apakah kita sedang kehilangan arah, atau memang sudah lama kehilangan keberanian?

Hari ini, Mualem duduk bersama Gubernur Sumut membicarakan peluang dan potensi. Seolah-olah kita sudah rela, sudah selesai, dan tak lagi punya tekad untuk merebut kembali yang seharusnya milik kita. Padahal ini bukan sekadar urusan batas administrasi. Ini soal harga diri. Soal tanah, laut, dan identitas Aceh yang kian terkikis, sejengkal demi sejengkal.

Empat pulau itu bukan objek investasi. Bukan barang dagangan yang bisa dibagi hasil atau dikelola bersama untuk proyek jangka panjang. Ini adalah bagian dari tubuh Aceh, sejarahnya, dan hak atas wilayah yang diabaikan oleh pusat, lalu dilegalisasi melalui keputusan menteri. Dan kita “pemimpin dan rakyatnya” diharapkan diam dan bersikap “kolaboratif”?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Apa kita lupa bagaimana Aceh diberi janji dalam Perjanjian Helsinki 2005? Janji otonomi khusus yang hingga hari ini belum utuh ditepati. Kita disuruh tunduk, diberi ruang yang sempit untuk bernapas, dan perlahan tapi pasti, wilayah-wilayah kita diambil alih. Sekarang empat pulau. Besok siapa tahu apa lagi.

Dan lebih menyakitkan lagi, bukan hanya mereka yang mengambil, tapi kita sendiri yang membuka pintu. Atas nama kolaborasi. Atas nama kerja sama. Padahal saat tanah hilang, yang hilang bukan cuma peta tapi jati diri kita sebagai bangsa yang pernah menolak tunduk. Kita yang dulu dikenal sebagai “Nanggroe Teulebeh ateuh Rung Donya” kini nyaris tak berdaya bahkan dalam urusan mempertahankan pulau.

Apakah ini warisan yang akan kita serahkan kepada generasi Aceh berikutnya? Tanah yang dikebiri dan pemimpin yang membisu?

Sudah saatnya Aceh punya pemimpin, bukan juru damai. Damai tanpa keadilan adalah kepalsuan. Damai tanpa ketegasan hanyalah penundaan dari kehilangan yang lebih besar. Jangan biarkan sejarah mencatat bahwa kita kalah karena memilih diam. (*)

Berita Terkait

Warga Meminta Bupati Nagan Raya Segera Teken Komitmen Dana CSR Tahun 2025.
Ribuan Warga Terima Sajikan Bubur Kanji Asyura untuk Warga Dari DPW GR Aceh
Mari Kita Sudahi Konflik Ijazah Jokowi dengan Kesimpulan Akhir “Insya Allah Palsu”
Lain Beathor Lain Armando, Inilah Potret Politik Berhala
Raja Sayang Wabup Nagan Raya Hadiri Munas I ASWAKADA Indonesia di Yogyakarta
Program Sekolah Rakyat untuk Memutuskan Rantai Kemiskinan, Benarkah?
Tangkap Paiman Raharjo, Batasi Media Ancaman Bagi Demokrasi
Pancasila: Antara Ritus dan Praksis

Berita Terkait

Senin, 14 Juli 2025 - 09:02 WIB

Bea Cukai Aceh Ungkap 4,5 Ton Narkotika Semester Pertama 2025, Separuh dari Total Nasional

Jumat, 11 Juli 2025 - 20:03 WIB

BenQ dan Datascrip Perkuat Pengadaan Digital Berbasis Produk Lokal di Aceh

Jumat, 11 Juli 2025 - 11:49 WIB

M Hawanis Ketua LSM Rambu Darat Apresiasi Dinas ESDM Aceh, Sumur Minyak Rakyat Menuju Legalitas

Jumat, 11 Juli 2025 - 01:48 WIB

Museum Tsunami Aceh Gelar Pameran Temporer, Ajak Masyarakat Siaga Hadapi Bencana

Rabu, 9 Juli 2025 - 16:22 WIB

Penerimaan Bea Cukai Aceh Semester I 2025 Tembus Rp1,13 Triliun, Naik Dua Kali Lipat

Selasa, 8 Juli 2025 - 10:31 WIB

KKN USM 2025: Dari Pembekalan Menuju Pengabdian Berdampak

Selasa, 8 Juli 2025 - 01:44 WIB

Bea Cukai Aceh Berikan Pembebasan Bea Masuk Lebih dari 1,5 Juta Dolar AS untuk Dukung Investasi Hulu Migas dan Ketahanan Energi Nasional

Minggu, 6 Juli 2025 - 22:46 WIB

Ribuan Warga Terima Sajikan Bubur Kanji Asyura untuk Warga Dari DPW GR Aceh

Berita Terbaru