Di Tengah Banjir Aceh, Negara Sudah Datang, Namun Belum Sepenuhnya Tiba

Redaksi Bara News

- Redaksi

Jumat, 19 Desember 2025 - 02:05 WIB

5075 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penulis : T. A. Hafil Fuddin, S.H., S.I.P., M.H (Mantan Pangdam Iskandar Muda, Tokoh Masyarakat Aceh)

Banjir dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Aceh dalam beberapa pekan terakhir bukan sekadar peristiwa alam. Ia adalah ujian bagi kemanusiaan, sekaligus cermin bagi kita semua tentang sejauh mana negara benar-benar hadir ketika rakyatnya berada dalam keadaan paling rapuh. Sebagai orang Aceh, saya mengikuti penanganan bencana ini dengan rasa harap, syukur, sekaligus kegelisahan yang tidak bisa disembunyikan.

Harus diakui, negara telah datang. Aparat TNI dan Polri turun ke lapangan, tenaga kesehatan bekerja tanpa lelah, relawan bergerak dengan segala keterbatasan. Posko pengungsian didirikan, dapur umum mengepul di tengah lumpur, dan bantuan logistik terus diupayakan. Untuk semua itu, penghargaan patut disampaikan. Di tengah keterbatasan, ada ikhtiar yang nyata.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Namun di balik laporan resmi dan gambar-gambar bantuan yang sampai ke pusat pengungsian, masih terdengar suara lirih dari kampung-kampung yang jauh. Aceh dengan bentang alam pegunungan, sungai besar, dan jalan-jalan yang terputus, menyimpan banyak sudut yang belum sepenuhnya terjangkau. Hingga hari ini, masih ada jembatan yang runtuh, akses darurat yang terbatas, dan wilayah yang nyaris terisolasi. Bahkan, ada kampung yang seakan hilang dari peta setelah diterjang banjir bandang dan longsor.

Bagi warga di sana, kehadiran negara belum sepenuhnya terasa. Bukan karena negara tidak bekerja, melainkan karena jarak antara pusat pengambilan keputusan dan realitas di lapangan masih terlalu lebar. Negara sudah datang, tetapi belum sepenuhnya tiba.

Persoalan lain yang sering luput dari perhatian adalah cara orang Aceh mengungsi. Banyak warga memilih berlindung di rumah saudara, di meunasah, atau di tempat-tempat non-resmi. Ini bukan semata pilihan praktis, melainkan cerminan nilai budaya: menjaga kehormatan keluarga dan merawat kebersamaan. Sayangnya, pilihan ini membuat mereka tidak tercatat sebagai pengungsi formal. Akibatnya, bantuan dan layanan kesehatan sering kali tidak sampai, padahal penderitaan yang mereka rasakan sama beratnya.

Pengalaman tsunami 2004 semestinya menjadi pengingat kolektif. Saat itu, Aceh belajar bahwa pemulihan yang cepat hanya mungkin terjadi ketika negara membuka ruang kerja sama yang terukur, transparan, dan berpihak pada korban. Kedaulatan tetap terjaga, tetapi keselamatan rakyat menjadi yang utama. Dalam konteks bencana hari ini, kehati-hatian pemerintah tentu dapat dipahami, namun jangan sampai kehati-hatian itu justru memperlambat pemulihan warga.

Rencana pembentukan satuan tugas atau badan khusus penanganan bencana patut diapresiasi. Aceh membutuhkan satu komando yang jelas, keputusan yang cepat, dan keberanian menembus wilayah terisolasi. Bencana tidak bisa ditangani dengan cara biasa. Ia menuntut kehadiran negara yang sigap, adaptif, dan mau mendengar suara dari bawah.

Yang juga tak boleh dilupakan adalah hari-hari setelah banjir surut. Banyak petani kehilangan sawah dan ladang, banyak keluarga kehilangan sumber penghidupan. Tanpa jaminan hidup sementara, bantuan pertanian, dan pemulihan ekonomi berbasis gampong, bencana alam bisa berubah menjadi luka sosial yang panjang. Bagi orang Aceh, kehilangan tanah garapan bukan sekadar kehilangan ekonomi, tetapi juga kehilangan martabat.

Sebagai bagian dari masyarakat Aceh, saya ingin menegaskan bahwa Aceh tidak menuntut keistimewaan. Yang kami harapkan hanyalah kehadiran negara yang utuh, yakni hadir saat air mulai naik, hadir ketika lumpur menutup jalan, dan tetap hadir hingga rakyat dapat kembali hidup dengan layak dan bermartabat.

Dalam keyakinan orang Aceh, musibah adalah ujian dari Allah SWT. Namun, ujian itu menuntut ikhtiar, bukan hanya kesabaran. Menolong sesama adalah bagian dari iman, dan negara memiliki amanah besar untuk memastikan tak ada satu pun warga yang merasa ditinggalkan.

Aceh kuat karena iman dan kebersamaan. Indonesia akan kuat bila negara benar-benar hadir, bukan hanya datang lalu pergi, tetapi tinggal bersama rakyatnya sampai luka itu benar-benar sembuh.

Berita Terkait

Ketua PMI Nagan Raya Sayed Aril Laifahril Sambut Kedatangan JK Dan Ucap Selamat Kepada Ketua PMI Aceh Periode 2025 -2030
Bupati Nagan Raya Serahkan Bantuan Sajadah Rp400 Juta untuk Masjid dan Meunasah
Pengurus IPELMASRA Banda Aceh Apresiasi Gerak Cepat Bupati TRK Tangani Banjir Bandang di Nagan Raya
Lanjutkan Peninjauan Lapangan, Bupati TRK Distribusikan Bantuan Banjir di Nagan Raya
22 Hari Paska Banjir Aceh : DPD PDIP Aceh Gelar Pengobatan Gratis Ringankan Beban Korban Banjir Aceh Tamiang
Bauk Sampah Jadi Serangan Penyakit : Warga Minta DLHK Nagan Raya Segera Untuk Mengangkut Sampah
Brimob Aceh Gelar Bakti Sosial dan Pelayanan Kesehatan Gratis Di Beutong Ateuh
Kades Alue Dodok Apresiasi Gerak Cepat Langkah TRK Bupati Nagan Raya Tangani Tanggap Darurat Bencana

Berita Terkait

Kamis, 11 Desember 2025 - 01:44 WIB

Gas Menghilang, Pemerintah Menghilang: Sekretaris Umum HMI FISIP USK Gugat Kegagalan Pemkab Aceh Selatan

Kamis, 11 Desember 2025 - 01:09 WIB

Elemen Muda Aceh Selatan Apresiasi Sikap H.Mirwan Terkait Keputusan Mendagri

Kamis, 11 Desember 2025 - 00:49 WIB

Jalan Nasional di Ladang Rimba Sering Lumpuh Akibat Terdampak Banjir, Pemkab Usulkan, Mualem : Kita Rekomendasi Ke Pusat

Kamis, 11 Desember 2025 - 00:49 WIB

Aceh Selatan di Tangan Para Plt: Ketika Pemerintah Hadir dengan Wajah yang Tak Pasti

Sabtu, 6 Desember 2025 - 02:29 WIB

Menjelang 2026, Ketidakjelasan Dana UMKM 2025 Picu Krisis Akuntabilitas; GMPB Mendesak Audit Total Baitul Mal Banda Aceh

Sabtu, 6 Desember 2025 - 02:22 WIB

Wakil IMPS Kecam Bupati Aceh Selatan karena Dinilai Lebih Memilih Urusan Pribadi daripada Rakyat

Sabtu, 6 Desember 2025 - 01:46 WIB

Pemuda Trumon Soroti Kepergian Bupati ke Tanah Suci Saat Daerah Dilanda Banjir

Sabtu, 6 Desember 2025 - 01:32 WIB

Ketua Umum HMP2T Pertanyakan Moral Bupati Aceh Selatan yang Pergi Umrah di Tengah Derita Korban Banjir

Berita Terbaru