Jakarta, 18 Juni 2025 — Kepolisian Republik Indonesia terus meneguhkan komitmennya dalam mencetak sumber daya manusia (SDM) unggul sebagai landasan penting dalam menyongsong Visi Indonesia Emas Tahun 2045. Dalam upaya tersebut, Kalemdiklat Polri Komjen Pol. Chrysnanda Dwi Laksana menekankan pentingnya penguasaan teknologi, khususnya Artificial Intelligence (AI), dalam menjawab tantangan era digital yang semakin kompleks.
Hal itu disampaikannya saat menjadi pembicara utama dalam Seminar Nasional yang digelar di Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (Ubhara Jaya) dengan tema “Peran Polri dalam Mewujudkan Visi Indonesia Emas Tahun 2045.” Seminar ini menjadi ruang strategis untuk mengevaluasi kesiapan institusi Polri dalam menghadapi lompatan peradaban yang ditandai dengan masifnya perkembangan teknologi informasi dan keamanan digital.
Dalam pemaparannya, Komjen Pol. Chrysnanda menggarisbawahi bahwa smart policing adalah masa depan kepolisian Indonesia. Konsep ini menuntut transformasi kelembagaan yang mampu mengintegrasikan teknologi canggih dalam semua lini tugas dan pelayanan kepolisian.
“Membangun Artificial Intelligence, antisipasi kejahatan AI, misinformasi, hoaks, disinformasi, dan kejahatan digital lainnya adalah salah satu pilar utama smart policing yang harus kita bangun,” tegas Chrysnanda.
Ia menambahkan, tantangan zaman menuntut Polri untuk tidak hanya bereaksi terhadap kejahatan, tetapi juga mampu melakukan deteksi dini, prediksi, dan pencegahan dengan pendekatan berbasis data dan analisis kecerdasan buatan. Oleh karena itu, investasi pada teknologi dan SDM yang melek digital menjadi keharusan.
Lebih lanjut, Chrysnanda juga mendorong pengembangan konsep future policing dan harmonisasi sistem e-policing sebagai langkah nyata transformasi kepolisian. Namun, ia menekankan bahwa pembangunan teknologi harus dibarengi dengan pembangunan mindset aparat kepolisian itu sendiri.
“Kunci keberhasilan transformasi ini terletak pada literasi. Mindset seluruh jajaran harus satu visi. Literasi digital, etika teknologi, dan pemahaman konteks sosial harus ditanamkan sejak awal,” ujarnya.
Menurutnya, perilaku organisasi dalam tubuh Polri mencerminkan seberapa jauh institusi ini memahami peran dan tantangan dalam masyarakat yang semakin kompleks dan digital. Chrysnanda juga menyatakan bahwa ilmu kepolisian tidak boleh stagnan. Ia harus terus berkembang melalui kajian ilmiah, diskusi akademis, serta pemikiran progresif dari seluruh elemen bangsa.
“Ilmu Kepolisian harus terus dikembangkan. Ia harus jadi bahan diskusi, perdebatan, dan laboratorium pemikiran untuk membangun keteraturan dan peradaban. Karena ketika masyarakat merasa aman, di sanalah negara hadir,” imbuhnya.
Rektor Ubhara Jaya, Irjen Pol. (Purn) Prof. Dr. Bambang Karsono, turut menyampaikan pandangannya. Ia menilai bahwa Polri harus segera melakukan reformasi internal melalui penguatan pemahaman digital serta modernisasi kelembagaan. Namun demikian, ia mengingatkan bahwa modernisasi tidak boleh menghilangkan jati diri dan nilai luhur bangsa.
“Transformasi Polri harus berjalan seimbang antara penguasaan teknologi dengan penguatan nilai-nilai spiritual dan karakter kebangsaan yang berlandaskan iman dan taqwa,” ujar Bambang Karsono.
Menurutnya, tantangan era digital akan semakin kompleks, tetapi Polri akan mampu menghadapinya jika terus mengedepankan pendekatan holistik—yang memadukan kecanggihan sistem dan kematangan moral.
Seminar nasional ini menjadi salah satu rangkaian penguatan intelektual dalam tubuh Polri, sekaligus bagian dari proses menyamakan langkah dan pandangan menuju Indonesia Emas 2045—sebuah visi besar yang membutuhkan sinergi seluruh lembaga negara. Polri di masa depan bukan hanya harus profesional dan kuat secara operasional, tetapi juga humanis, cerdas, adaptif terhadap perubahan, dan dekat dengan rakyat. Untuk itu, pembenahan SDM menjadi kunci utama yang tak bisa ditawar.
Dengan menghadirkan pendekatan smart policing, pemanfaatan Artificial Intelligence, dan penguatan nilai spiritual, Polri dituntut untuk menjadi pelindung dan pengayom yang tidak hanya tangguh secara teknologi, tetapi juga arif dalam bersikap dan bertindak. (RED)