Aceh Singkil – Minggu, 8 Juni 2025 | Setelah tiga hari pelarian yang menegangkan, aparat gabungan yang terdiri dari petugas Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIB Aceh Singkil, TNI, Polri, dan warga setempat akhirnya berhasil membekuk satu dari empat narapidana yang sempat mengguncang wilayah tersebut dengan aksi kabur mereka. Rajali (34), satu dari para napi yang nekat melarikan diri pada Kamis dini hari (5/6), ditemukan dalam kondisi sangat lemas di tengah kebun kelapa sawit milik seorang warga, H. Rizal, di Desa Pea Bumbung.
Kondisi Rajali saat ditemukan memprihatinkan. Ia tergeletak tak berdaya di bawah pohon sawit, tubuhnya kurus dan tampak dehidrasi. Kuat dugaan ia tidak mendapatkan makanan maupun air yang cukup selama masa pelariannya di hutan dan perkebunan.
Penangkapan Rajali bermula dari operasi penyisiran intensif yang dilakukan oleh tim gabungan. Setelah menerima informasi dari seorang warga yang melihat sosok mencurigakan di kawasan kebun, tim segera memperluas area pencarian. Dalam operasi yang berlangsung sejak pagi buta itu, petugas bersama warga menyusuri kebun sawit yang menjadi lokasi persembunyian.
“Saat kami sedang menyisir, tiba-tiba salah seorang dari kami melihat seseorang terbaring di bawah pohon. Setelah didekati, ternyata benar itu Rajali,” ujar salah satu warga yang ikut dalam operasi tersebut.
Tanpa perlawanan, Rajali langsung diamankan. Dalam kondisi tubuh yang nyaris tak sanggup berdiri, ia diangkat menggunakan tandu darurat dan dibawa ke jalan utama. Petugas kemudian mengevakuasinya menggunakan mobil dinas lapas untuk dibawa kembali ke dalam pengawasan Rutan Kelas IIB Aceh Singkil.
Aksi kaburnya Rajali dan tiga rekannya dari dalam Rutan Kelas IIB Aceh Singkil terjadi secara tiba-tiba pada Kamis dini hari. Informasi pelarian ini langsung mengundang reaksi cepat dari pihak lapas yang langsung menghubungi Polsek dan Koramil untuk melancarkan pencarian.
Hasil koordinasi cepat itu membuahkan strategi pengejaran sistematis, di mana sejumlah titik dicurigai menjadi jalur pelarian atau tempat persembunyian para napi. Salah satu titik fokus adalah Desa Pea Bumbung, yang terletak tidak jauh dari rutan, dan memiliki area perkebunan luas yang dapat digunakan sebagai tempat bersembunyi.
Informasi dari warga yang melihat gerak-gerik mencurigakan menjadi titik terang bagi aparat. Operasi yang dimulai sejak Jumat (7/6) terus berlanjut hingga Minggu pagi, dan akhirnya berhasil menangkap Rajali.
Meski penangkapan Rajali menjadi pencapaian penting, pihak berwenang menyatakan bahwa misi mereka masih jauh dari selesai. Tiga narapidana lainnya masih berada dalam pelarian dan dianggap berpotensi berbahaya.
“Kami mengapresiasi partisipasi aktif warga dan sinergi aparat di lapangan. Tapi kami juga minta masyarakat tetap waspada, karena tiga lainnya masih dalam pengejaran,” ujar seorang pejabat lapas.
Pihak lapas dan aparat penegak hukum mengimbau warga untuk segera melapor jika melihat individu yang mencurigakan atau mengetahui informasi mengenai keberadaan para napi yang masih buron. Keamanan desa dan wilayah sekitarnya menjadi prioritas utama.
Kasus kaburnya empat narapidana ini menjadi tamparan keras bagi sistem pengamanan Rutan Aceh Singkil. Pihak rutan dikabarkan tengah melakukan evaluasi internal menyeluruh guna memastikan insiden serupa tidak terjadi di masa mendatang.
Peningkatan pengamanan fisik rutan, serta pengawasan terhadap narapidana yang memiliki catatan khusus, menjadi fokus pembenahan yang mendesak. Diharapkan, kasus ini menjadi pelajaran penting bagi seluruh lembaga pemasyarakatan di Indonesia, khususnya yang berada di daerah-daerah perbatasan dan minim sumber daya. (*)