Tajuk: Dari Toga Menuju Realita: Menguji Janji ‘Kebangkitan Pendidikan’ di Tanah Alas

ALIASA

- Redaksi

Sabtu, 8 November 2025 - 14:06 WIB

5083 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

KUTACANE – Perayaan wisuda Sarjana Angkatan XI Universitas Gunung Leuser (UGL) yang menghantarkan 388 lulusan baru memang layak diapresiasi sebagai momen historis. Kehadiran Bupati H.M. Salim Fakhry dan penegasannya

tentang “Kebangkitan Pendidikan dari Tanah Alas” memberikan bobot politis yang signifikan. Namun, di balik kemegahan ornamen Alas dan keharuan orang tua, ulasan tajam harus

diletakkan pada kualitas, relevansi, dan daya serap sarjana baru ini terhadap realitas pembangunan Aceh Tenggara.

​1. Narasi Desa Versus Tantangan Urban
​Rektor UGL bangga melaporkan bahwa lebih dari separuh lulusan berasal dari desa-desa. Ini adalah data yang kuat—UGL sukses mewujudkan demokratisasi akses pendidikan tinggi. Namun, ketajaman ulasan terletak pada pertanyaan: Apakah 388 sarjana ini pulang kembali ke desa untuk membangun, atau justru

berbondong-bondong menuju pusat kota atau luar daerah karena minimnya lapangan kerja di kampung halaman?

​Pesan Bupati, “Jadilah sarjana yang membawa cahaya bagi kampung halaman,” terdengar mulia, tetapi ini adalah mandat ganda yang menuntut komitmen infrastruktur dan investasi daerah untuk menciptakan ekosistem pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang mereka.

​2. Membedah Relevansi Program Studi
​Distribusi lulusan menunjukkan konsentrasi kuat pada Manajemen (98), Agroteknologi (96), dan Pendidikan (119).
​Peluang: Konsentrasi Agroteknologi adalah potensi emas, mengingat Aceh Tenggara adalah lumbung pertanian. Para sarjana ini harus menjadi agen modernisasi pertanian (teknologi, packaging, pasar).

​Pertanyaan Kritis: Apakah kurikulum Agroteknologi UGL sudah terintegrasi dengan kebutuhan spesifik komoditas unggulan Aceh Tenggara? Dan yang lebih penting, apakah Pemda sudah menyiapkan program pendampingan atau modal usaha agar mereka tidak hanya menjadi pencari kerja, tetapi pencipta lapangan kerja di sektor primer?

​3. Sinyal Kebutuhan Infrastruktur
​Jumlah lulusan Teknik Sipil (37 orang), meskipun minoritas, mengisyaratkan kebutuhan mendesak akan pembangunan infrastruktur. Kehadiran sarjana teknik ini adalah kapasitas lokal yang harus dioptimalkan.

​Ulasan Tajam: Pemerintah Daerah harus berani menjamin bahwa proyek-proyek pembangunan daerah diprioritaskan untuk menggunakan tenaga dan keahlian dari Teknik Sipil lulusan UGL sendiri, sebagai bentuk konkret dari dukungan terhadap “Kebangkitan Pendidikan” lokal.

​4. Tantangan ‘Gelar di Pundak’ (Kualitas)
​Bupati menekankan agar lulusan tidak sekadar memiliki “gelar di pundak.” Ini adalah kritik implisit terhadap risiko penurunan kualitas pendidikan tinggi di tengah lonjakan kuantitas.
​Pertanyaan Kualitas: Dengan lonjakan jumlah sarjana, bagaimana UGL memastikan bahwa 388

lulusan ini memiliki daya saing global dan keahlian digital yang relevan, bukan hanya kompetensi lokal? Kualitas lulusan inilah yang akan menjadi penentu apakah gelar mereka benar-benar menjelma menjadi “cahaya” pembangunan, atau hanya menambah daftar panjang angka pengangguran terdidik.
​Kesimpulan Tajam

​Wisuda UGL adalah perayaan harapan dan bukti akselerasi pendidikan. Namun, janji “Kebangkitan Pendidikan” akan tetap menjadi retorika indah di panggung wisuda jika tidak ditopang oleh strategi penyerapan kerja yang agresif dari Pemda, investasi modal untuk lulusan entrepreneur, dan peningkatan kualitas berkelanjutan dari UGL. Kini, sorotan beralih dari kampus ke Kantor Bupati: Sejauh mana janji politik untuk menciptakan lapangan kerja bagi 388 cahaya baru ini akan direalisasikan?

​Apakah Anda ingin fokus pada salah satu poin kritis di atas, misalnya tantangan penyerapan kerja bagi lulusan UGL? (****)

Berita Terkait

Dari Usaha Stiker Motor Zailani Terjun Ke Kancah Politik Desa Insya Allah Dirinya Mencalonkan Sebagai Keuhcik Labuhan Keude Sungai Raya
SD Negeri Pante Kera Mewakili Kecamatan Simpang Jernih di Ajang GSMS Gebyar Budaya Kementerian Kebudayaan RI Tahun 2025
Sengketa Lahan Antara Warga dan Perusahaan Sawit di Aceh Timur, Pemerintah Mediasi dan Bentuk Tim Verifikasi
Jalan Belangkejeren–Lukup Rusak dan Ditumbuhi Semak, Pengendara Minta Dinas Terkait Segera Bertindak
Kepala BPP Nurusalam Diduga Lakukan Pungli  dan Persulit Petani Jelang RDKK Pupuk Subsidi
Operasi Gabungan Bea Cukai Langsa dan Satpol PP-WH Berhasil Sita 14.100 Batang Rokok Tanpa Cukai di Aceh Timur
Harta Bawaan Alm Marwan Lenyap Tanpa Diketahui Husna Selaku Orang yang Diamanahkan
Kurir Ganja 67 Kg Asal Gayo Lues Ditangkap Saat Isi BBM di Aceh Timur

Berita Terkait

Sabtu, 8 November 2025 - 16:57 WIB

Semangat Memperingati HUT Brimob Ke -80 Ratusan Pencinta Geulayang Tunang Rebut Piala Danyon C Pelopor.

Kamis, 6 November 2025 - 16:17 WIB

Perpustakaan Sekarang: Tempat Belajar atau Hangout?

Kamis, 6 November 2025 - 16:08 WIB

Mahasiswa VS AI : Siapakah Yang Lebih Cerdas

Kamis, 6 November 2025 - 12:46 WIB

Bunda Ana, Istri Mualem Gubernur Aceh, Apresiasi Inovasi Keumamah Katsuobushi PT Suree Aceh

Rabu, 5 November 2025 - 15:49 WIB

Pengurus PWI Nagan Raya Resmi Dilantik 1 Dekade PWI Nagan Raya tahun 2025 ini Ada 28 orang/lembaga Penerima Anugerah

Rabu, 5 November 2025 - 15:37 WIB

Malam Anugerah 1 Dekade PWI Nagan Raya Camat Seunagan Timur Terima Penghargaan

Selasa, 4 November 2025 - 23:13 WIB

RAPI Nagan Raya Ucapkan Selamat Atas 1 Dekade PWI Nagan Raya Dan Pengukuhan Pengurus Baru

Senin, 3 November 2025 - 00:09 WIB

Raja Sayang Wabup Nagan Raya Hadiri Pembukaan MTQ Ke-37 Provinsi Aceh di Pidie Jaya

Berita Terbaru

PIDIE JAYA

Catatan Pilu Para Kafilah Bener Meriah Di MTQ Ke 37 Pidie Jaya

Sabtu, 8 Nov 2025 - 17:47 WIB