Jakarta, Baranews — Pemerintah memastikan status siaga kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tetap berlaku hingga akhir Agustus 2025. Langkah ini diambil menyusul prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang memprediksi puncak musim kemarau terjadi pada bulan ini.
Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq mengatakan, salah satu upaya pencegahan yang terus dilakukan adalah operasi modifikasi cuaca. Operasi ini akan dilaksanakan sepanjang masih ada potensi awan yang bisa disemai untuk menghasilkan hujan.
“Kami terus siaga menghadapi potensi kebakaran hutan dan lahan sampai dengan akhir Agustus 2025, terutama di wilayah tujuh provinsi rawan karhutla,” kata Hanif di Jakarta, Rabu (6/8/2025).
Tujuh provinsi yang menjadi fokus penanganan meliputi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur. Wilayah tersebut dinilai rentan karena memiliki ekosistem gambut yang telah mengalami pengeringan, sehingga mudah terbakar jika dipicu cuaca panas dan praktik pembakaran lahan.
“Potensi karhutla terutama diwaspadai di wilayah ekosistem gambut. Lahan gambut tidak akan terbakar jika tidak ada yang sengaja membakarnya,” ujar Hanif.
Ia menambahkan, koordinasi lintas lembaga telah dilakukan untuk memperkuat upaya pencegahan. “Hari ini kami berdiskusi dengan Kepala BMKG dan Kepala BNPB untuk menggelar operasi modifikasi cuaca sepanjang terdapat potensi awan yang bisa kita semai,” ujarnya.
Pemerintah berharap, kombinasi antara siaga lapangan, operasi udara, dan penegakan hukum dapat menekan angka kejadian karhutla yang biasanya meningkat pada puncak kemarau. (*)













































