Banda Aceh – Rapat pembahasan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) yang digelar pada Senin (17/11/2025) berubah ricuh setelah terjadi insiden keributan antara Ketua DPRA Zulfadhli—dikenal dengan sapaan Abang Samalanga—dan anggota DPRA dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhammad Iqbal. Kejadian tersebut berlangsung di ruang kerja Wakil Ketua II DPRA, Ali Basrah, yang saat itu digunakan sebagai ruang rapat resmi.
Berdasarkan informasi yang dikutip dari Serambi melalui Akun Facebook Bangsa Aceh keributan terjadi saat rapat yang dipimpin langsung oleh Ketua DPRA tengah membahas poin-poin strategis dalam rancangan program kerja tahunan lembaga legislatif tersebut. Suasana yang semula berlangsung normal mendadak memanas ketika perdebatan antara Abang Samalanga dan Muhammad Iqbal semakin tajam dan emosional.
Dalam suasana yang memuncak, Ketua DPRA tiba-tiba melempar tutup toples kue ke arah Muhammad Iqbal. Meski lemparan tersebut tidak mengenai fisik, tindakan itu sontak memicu reaksi keras dari pihak yang bersangkutan. Merasa tidak terima atas perlakuan tersebut, Muhammad Iqbal membalas dengan melempar botol air mineral ke arah Abang Samalanga.
Namun, hingga kini informasi mengenai lemparan balasan itu masih simpang siur. Beberapa sumber menyebut botol tersebut mengenai tubuh Ketua DPRA, sementara keterangan lain menyatakan bahwa botol tersebut tidak mengenai sasaran. Belum ada klarifikasi resmi dari pihak yang terlibat maupun Sekretariat DPRA terkait rincian kejadian.
Masih mengacu pada laporan Serambi, keributan tersebut menyebabkan ruang rapat Wakil Ketua II DPRA menjadi berantakan. Toples kue dilaporkan pecah dan berhamburan di lantai, sementara satu kaki sofa di ruangan itu dikabarkan patah akibat benturan saat kejadian berlangsung. Anggota dewan lainnya yang berada di lokasi segera bertindak cepat untuk melerai kedua pihak dan menenangkan situasi.
Setelah insiden tersebut, Abang Samalanga disebut langsung meninggalkan ruangan dan menuju ke ruang kerja pribadinya. Muhammad Iqbal tetap berada di ruang rapat bersama sejumlah anggota lain yang melanjutkan agenda pembahasan, meskipun suasana disebut tidak lagi kondusif.
Hingga berita ini disusun, belum ada pernyataan resmi dari kedua belah pihak maupun dari Sekretariat DPRA mengenai tindak lanjut atau penyelesaian atas peristiwa tersebut. Proses klarifikasi dan evaluasi internal diperkirakan akan menjadi langkah awal untuk merespons kejadian ini secara kelembagaan.
Insiden ini menambah daftar dinamika yang terjadi di tubuh DPRA belakangan ini, terutama menjelang pembahasan lanjutan agenda penting seperti finalisasi anggaran dan evaluasi program kerja menjelang penutupan tahun anggaran. Meski perbedaan pandangan kerap terjadi dalam proses demokrasi, tindakan fisik dalam forum resmi lembaga legislatif dinilai tidak dapat dibenarkan dan berpotensi mencederai citra kelembagaan.
Masyarakat menantikan sikap tegas dari pimpinan dan mekanisme internal DPRA guna memastikan bahwa kejadian serupa tidak kembali terulang. Etika parlemen serta profesionalisme dalam setiap ruang diskusi diharapkan tetap terjaga, seiring dengan tanggung jawab besar yang diemban oleh wakil rakyat dalam mengawal kepentingan publik dan jalannya pemerintahan di Aceh. (*)















































