Aceh Besar, 28 Mei 2025 — Pada Rabu dini hari, 28 Mei 2025, sekitar pukul 04.31 WIB, sebuah rumah tinggal dua lantai milik Irwanto (47), warga Desa Gampong Garot, Lorong Tgk Munira, Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar, dilalap api. Kejadian ini menyebabkan rumah mengalami kerusakan berat dan membuat satu keluarga yang terdiri dari lima jiwa harus mengungsi, meskipun tidak ada korban jiwa.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Teuku Nara, membenarkan kejadian tersebut kepada wartawan. Ia mengatakan bahwa pihaknya segera mengerahkan tim pemadam kebakaran setelah menerima laporan.
“Benar, telah terjadi kebakaran rumah warga di Gampong Garot, Darul Imarah pada Rabu dini hari tadi, 28 Mei 2025. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, namun rumah mengalami kerusakan berat akibat dilalap api,” katanya, Rabu siang.
Menurut informasi awal yang diterima Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBA, kebakaran pertama kali diketahui oleh pemilik rumah, Irwanto, yang secara tidak sengaja terbangun saat api mulai membesar di lantai dua rumahnya. Dalam kondisi panik, ia langsung membangunkan anggota keluarganya dan meminta mereka segera menyelamatkan diri ke luar rumah.
“Saya terbangun dan melihat ada cahaya api di lantai atas sekitar pukul 04.30 WIB, langsung saya bangunkan keluarga. Saya juga minta anak saya untuk menghubungi pemadam kebakaran,” kata Irwanto dengan suara parau, saat ditemui di lokasi kejadian pada Rabu pagi.
Kobaran api dengan cepat membesar dan menjalar ke seluruh bagian atas rumah, membuat barang-barang di dalam rumah nyaris tidak sempat diselamatkan. Warga sekitar yang menyaksikan kejadian tersebut berusaha membantu memadamkan api dengan alat seadanya sambil menunggu kedatangan petugas.
BPBD Aceh Besar kemudian mengerahkan tiga unit mobil pemadam kebakaran ke lokasi kejadian. “Satu unit dari pos Peukan Bada dan dua unit dari pos induk langsung kita turunkan ke lokasi,” ujar Teuku Nara. Ia juga menambahkan bahwa upaya pemadaman mendapat bantuan tiga unit armada tambahan dari Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Banda Aceh.
“Total ada enam unit armada pemadam yang diterjunkan. Proses pemadaman berlangsung cukup intens dan api berhasil dipadamkan pada pukul 05.55 WIB,” tambahnya.
Meski api telah berhasil dikendalikan, kondisi rumah yang terbakar sangat memprihatinkan. Bagian atas rumah hampir rata dengan tanah, sementara lantai bawah juga mengalami kerusakan akibat panas dan air dari upaya pemadaman. Hampir seluruh barang milik keluarga tersebut ludes terbakar.
“Semuanya habis terbakar. Kami tidak sempat menyelamatkan apa-apa. Sekarang kami hanya bisa pasrah,” ujar Irwanto dengan mata sembab, menatap puing-puing rumahnya yang hangus.
Akibat kebakaran ini, Irwanto bersama istri dan tiga anaknya terpaksa mengungsi ke rumah kerabat terdekat. Beberapa warga juga tampak membantu menyediakan pakaian, makanan, dan kebutuhan pokok lainnya sebagai bentuk solidaritas.
Hingga saat ini, kepolisian dan petugas pemadam kebakaran masih melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait penyebab kebakaran. Namun dugaan awal mengarah pada korsleting listrik di lantai atas rumah sebagai titik awal munculnya api.
“Tim masih bekerja mengumpulkan keterangan untuk memastikan titik awal kebakaran. Dugaan awal memang karena korsleting listrik,” sebut petugas damkar yang enggan disebutkan namanya.
BPBA menyatakan akan terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan instansi terkait untuk menyalurkan bantuan darurat kepada korban kebakaran. “Kami akan upayakan agar keluarga korban bisa mendapat bantuan dasar secepat mungkin, terutama tempat tinggal sementara dan kebutuhan pokok,” ujar Teuku Nara.
Ia juga mengimbau masyarakat agar lebih waspada terhadap potensi kebakaran rumah tangga, khususnya yang disebabkan oleh hubungan arus pendek listrik. Menurutnya, pengecekan rutin instalasi listrik dan penggunaan alat elektronik sesuai standar keamanan sangat penting untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Peristiwa kebakaran ini meninggalkan duka mendalam bagi keluarga Irwanto yang kehilangan tempat tinggal dan seluruh harta benda. Namun, rasa syukur masih menyelimuti mereka karena berhasil menyelamatkan diri tanpa satu pun menjadi korban.
Dengan wajah lelah namun penuh harap, Irwanto mengatakan bahwa ia akan mencoba bangkit kembali dari musibah ini. “Yang penting kami selamat dulu. Harta bisa dicari, tapi nyawa tidak bisa diganti. Sekarang kami fokus bertahan dan berharap ada bantuan,” tuturnya lirih. (*)