Banda Aceh – Anggota Komisi VI DPR RI, daerah pemilihan Aceh 1, H. Ghufran Zainal Abidin, menyampaikan rasa kecewanya terhadap PT Hutama Karya (HK) karena belum difungsionalkannya jalur tol Sigli-Banda Aceh (Sibanceh) seksi Padang Tiji–Seulimeum sepanjang 24,67 kilometer secara penuh.
Menurutnya, hal ini menimbulkan ketidaknyamanan bagi masyarakat yang membutuhkan akses transportasi lebih lancar, terutama di masa libur panjang akhir tahun.
“Kita sangat menyesalkan kenapa belum dibuka secara fungsional dari arah Padang Tiji ke Seulimeum. Padahal, arus lalu lintas menuju Banda Aceh saat ini sangat padat,” ungkap Ghufran saat mengisi masa reses di Aceh, Sabtu (28/12/2024).
Ghufran menjelaskan bahwa selama perjalanan dari Sigli menuju Banda Aceh, ia menemukan pintu tol Padang Tiji menuju Seulimeum masih belum dibuka secara fungsional. Yang tersedia saat ini hanyalah akses sebaliknya dari arah Banda Aceh menuju Padang Tiji.
Kondisi ini dinilai tidak seimbang, mengingat volume kendaraan dari arah Sigli menuju Banda Aceh juga cukup tinggi, terutama saat musim liburan seperti sekarang, di mana tingginya mobilitas masyarakat selama libur panjang akhir tahun.
Banyak warga Aceh yang memanfaatkan waktu ini untuk bepergian, mengisi liburan, atau berkumpul bersama keluarga. Namun, belum dibukanya pintu tol Padang Tiji menuju Seulimeum menjadi hambatan tersendiri.
“Setahu kita, tidak ada pemberitahuan bahwa pintu Tol Padang Tiji menuju Seulimeum itu ditutup. Kita sangat menyesalkan kondisi ini. Kami berharap hal ini segera ditindaklanjuti oleh pihak terkait,” tegasnya.
Sebagai wakil rakyat yang duduk di Komisi VI DPR RI, Ghufran memiliki peran dalam mengawasi kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN), termasuk PT Hutama Karya yang mengelola pengoperasian tol Sigli–Banda Aceh.
Oleh karena itu, ia meminta agar pihak HK segera membuka akses tol tersebut untuk kedua arah, sehingga masyarakat dapat menikmati manfaat penuh dari infrastruktur yang telah dibangun.
Menurut Ghufran, tol Sigli–Banda Aceh adalah salah satu proyek strategis nasional yang diharapkan dapat memberikan dampak besar bagi perekonomian Aceh. Jalur tol ini menjadi konektivitas penting yang menghubungkan beberapa wilayah di Aceh, sehingga sangat disayangkan jika pengoperasiannya belum optimal.
“Selaku mitra kerja BUMN, kita mendesak agar Hutama Karya segera membuka fungsional tol dua arah. Dengan begitu, masyarakat yang bepergian dari Banda Aceh ke Sigli atau sebaliknya dapat menikmati perjalanan yang lebih nyaman dan aman,” tambahnya.
Selain itu, Ghufran menekankan bahwa optimalisasi pengoperasian tol akan mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan pelayanan publik, khususnya dalam sektor transportasi darat. Hal ini juga selaras dengan harapan masyarakat Aceh yang mendambakan infrastruktur modern dan berkualitas.
Hingga berita ini ditulis, belum ada pernyataan resmi dari PT Hutama Karya terkait alasan belum dibukanya akses tol Padang Tiji menuju Seulimeum. Namun, sejumlah pengguna jalan mengaku kecewa dengan kondisi tersebut. Mereka berharap pihak pengelola tol segera memberikan solusi agar perjalanan masyarakat selama libur panjang akhir tahun tidak terganggu.
Salah satu pengguna jalan, Murizal Alhadi kepada Rakyat Aceh menyatakan bahwa belum dibukanya akses tol Padang Tiji menjadi kendala bagi para pengendara, terutama yang membawa keluarga. “Seharusnya, saat liburan seperti ini, semua akses tol sudah dibuka untuk mempermudah perjalanan. Kita sudah bayar pajak, jadi fasilitas seperti ini harus maksimal,” keluhnya.
Sebagaimana diketahui jika Tol Sigli–Banda Aceh merupakan salah satu proyek jalan tol pertama di Aceh yang menjadi bagian dari tol Trans-Sumatera. Proyek ini terbagi menjadi beberapa seksi, dengan total panjang 74,2 kilometer. Jalan tol ini diharapkan dapat memangkas waktu tempuh antara Banda Aceh dan Sigli, sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi serta mobilitas masyarakat.
Sejak beberapa seksi tol diresmikan secara bertahap, antusiasme masyarakat terhadap jalan tol ini cukup tinggi. Namun, masalah seperti belum difungsionalkannya akses tertentu kerap menjadi kendala. Hal ini membuat masyarakat merasa pelayanan yang diberikan belum sebanding dengan harapan.
Lebih lanjut Ghufran berharap agar pengelolaan tol Sigli–Banda Aceh dapat lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Ia juga mengingatkan pentingnya komunikasi yang baik antara pihak pengelola dan pengguna jalan, sehingga informasi mengenai pengoperasian tol dapat tersampaikan dengan jelas.
“Kita semua berharap agar tol Sigli–Banda Aceh dapat memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat Aceh. Untuk itu, pengelolaannya harus benar-benar profesional dan memperhatikan kebutuhan pengguna,” pungkasnya.
Ke depan, Ghufran berkomitmen untuk terus mengawal perkembangan proyek-proyek infrastruktur di Aceh, termasuk jalan tol Sigli–Banda Aceh. Ia menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur bukan hanya soal fisik, tetapi juga pelayanan yang berkualitas untuk masyarakat.