Subulussalam – Balai Pelestarian Budaya Aceh 1 melakukan kunjungan kerja ke wilayah Aceh Singkil dan Kota Subulussalam pada Kamis, 28 Mei 2025. Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya pemerintah pusat, melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), untuk menguatkan sinergi dalam pelestarian dan pemajuan kebudayaan daerah, khususnya di wilayah perbatasan dan daerah pinggiran.
Rombongan kunjungan dipimpin langsung oleh Kepala Balai Pelestarian Budaya Aceh 1, Malisa Padang, S.S. Dalam kunjungan kerja ini, tim melakukan berbagai kegiatan yang melibatkan dialog dan koordinasi dengan tokoh budaya, pelaku seni, serta masyarakat adat setempat. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk memperkuat kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan komunitas budaya lokal dalam menjaga serta mengembangkan warisan budaya yang ada di Aceh Singkil dan Subulussalam.
Salah satu agenda penting yang dilakukan adalah kunjungan ke makam Syeh Hamzah Fansuri di Subulussalam. Makam tokoh budaya dan sufi ternama ini menjadi simbol penting dalam sejarah dan kebudayaan Aceh yang bahkan dikenal hingga mancanegara. Kunjungan ini sekaligus menunjukkan perhatian serius pemerintah terhadap pelestarian situs-situs sejarah yang menjadi bagian dari identitas dan jati diri masyarakat Aceh.
Selain itu, Malisa Padang bersama tim melakukan dialog langsung dengan sejumlah tokoh budaya lokal, termasuk Haji Abdul Hamid atau yang dikenal dengan sebutan Joka, di Subulussalam. Pertemuan serupa juga dilakukan dengan para budayawan di Aceh Singkil. Dalam dialog tersebut, dibahas berbagai tantangan yang dihadapi oleh komunitas budaya lokal, mulai dari keterbatasan sarana dan prasarana, hingga perlunya pembinaan serta pemberdayaan agar budaya tetap lestari dan mampu berkembang mengikuti dinamika zaman.
Malisa Padang menjelaskan bahwa selain sosialisasi, kunjungan ini juga bertujuan merumuskan langkah konkret yang bisa dilakukan bersama untuk memajukan kebudayaan daerah. Langkah-langkah tersebut mencakup pendataan aset budaya yang ada, pembinaan pelaku seni dan budaya, serta pemberdayaan komunitas budaya lokal agar mereka dapat berperan aktif dalam menjaga kelestarian budaya sekaligus mengembangkan potensi ekonomi berbasis budaya.
Menurut Malisa, kolaborasi ini sangat penting untuk menciptakan ekosistem kebudayaan yang kuat dan berkelanjutan, terutama di wilayah-wilayah yang masih jarang tersentuh pembangunan dan perhatian pemerintah pusat. “Melalui kunjungan kerja ini, kami berharap dapat membangun sinergi yang kokoh antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat budaya. Dengan demikian, budaya di Aceh Singkil dan Subulussalam tidak hanya akan terjaga, tetapi juga dapat berkembang dan memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan daerah,” ujar Malisa Padang.
Kehadiran Balai Pelestarian Budaya Aceh 1 di Aceh Singkil dan Subulussalam disambut hangat oleh masyarakat serta pelaku budaya setempat. Mereka menyambut baik perhatian pemerintah yang kini mulai memfokuskan dukungan untuk pengembangan budaya lokal sebagai bagian dari identitas dan potensi daerah. Para tokoh budaya juga berharap agar kegiatan ini dapat menghasilkan program-program yang konkret dan berkelanjutan sehingga pelestarian budaya tidak hanya menjadi wacana, tetapi benar-benar memberikan dampak positif.
Hingga saat ini, kunjungan kerja Balai Pelestarian Budaya Aceh 1 masih berlangsung dan diperkirakan akan terus dilakukan tindak lanjut berupa pendampingan dan pelaksanaan program budaya di daerah. Pemerintah pusat, melalui Kemendikbudristek, berkomitmen untuk terus mendorong pemajuan kebudayaan sebagai bagian dari pembangunan nasional yang inklusif dan berkeadilan. (RED)