Blangkejeren, Baranews — Polemik penunjukan tuan rumah Liga 4 Asprov PSSI Aceh tahun 2025 mulai mencuat ke permukaan. Ajang sepak bola bergengsi yang akan digelar dalam waktu dekat ini seharusnya menjadi momentum pemersatu dan sekaligus perwujudan komitmen pembinaan olahraga, namun muncul penolakan terhadap salah satu penunjukan tuan rumah dari salah satu asosiasi sepak bola lokal.
Adalah Asosiasi Olahraga Football Club (AOFC) yang secara terbuka menyatakan penolakan terhadap PSGL Gayo Lues sebagai tuan rumah penyelenggaraan Liga 4 zona Aceh. Ketua Umum AOFC, Diki, menyampaikan langsung penolakannya kepada media dan menyebut sejumlah alasan mendasar yang melatarbelakangi sikap tersebut.
“Dalam kasat mata kami yang bergelut dan mencintai sepak bola, PSGL belum layak dijadikan tuan rumah untuk Liga 4 Asprov PSSI Aceh. Banyak hal yang perlu dikaji ulang, khususnya soal kesiapan fasilitas,” ujar Diki, Kamis (17/10).
Menurutnya, kondisi stadion utama yang akan digunakan PSGL untuk menggelar pertandingan masih jauh dari kata siap. Sejumlah kekurangan masih nampak jelas, mulai dari kelayakan teknis stadion, fasilitas pendukung, hingga infrastruktur dasar lain yang dibutuhkan dalam sebuah turnamen skala regional.
“Saat kami tinjau langsung ke lapangan, kondisi lapangannya belum memenuhi standar. Bahkan, dibandingkan dengan beberapa kabupaten lain di Aceh, kesiapan Gayo Lues sangat tertinggal,” ucapnya tegas.
Tak hanya soal infrastruktur, AOFC juga menyoroti aspek pengalaman. Menurut mereka, PSGL sebagai pengelola belum memiliki rekam jejak yang cukup mumpuni dalam penyelenggaraan kompetisi resmi sekelas Liga 4.
“Ini kompetisi bergengsi, bukan pertandingan persahabatan. Butuh kepanitiaan yang kuat, sistem yang tertata, dan SDM berpengalaman,” lanjut Diki.
Dalam catatannya, kepengurusan PSGL saat ini juga menuai sorotan. Ketua PSGL disebut berasal dari kalangan aparatur sipil negara (ASN) di salah satu instansi pemerintah, tanpa latar belakang olahraga atau dunia kepelatihan yang cukup kuat.
“Atas dasar itu kami minta Asprov PSSI Aceh mengevaluasi keputusan ini. Jangan sampai kepentingan sepak bola dikalahkan oleh kompromi kompromi yang tidak berkaitan langsung dengan tujuan pembinaan olahraga,” katanya.
Lebih lanjut, Diki juga mempertanyakan mekanisme penunjukan PSGL sebagai tuan rumah. Menurutnya, harus ada kajian terbuka dan dasar penunjukan yang jelas sehingga keputusan itu tidak menimbulkan spekulasi liar di kalangan pelaku dan pendukung sepak bola.
“Apa alasan PSGL ditunjuk jadi tuan rumah? Apakah karena ada lobi-lobi daerah? Ini pertanyaan besar. Jika keputusan ini tidak murni demi kemajuan sepak bola, maka kami tentu akan terus melawan,” tegasnya.
Diketahui, dalam pembagian klasemen sementara Liga 4 zona Aceh, PSGL tergabung dengan tiga klub lainnya di grup mereka dan telah dijadwalkan menyelenggarakan pertandingan kandang. Namun hal ini dinilai AOFC sebagai keputusan tergesa-gesa yang mengabaikan prinsip keadilan dan standarisasi kompetisi.
Dalam waktu dekat, AOFC berencana menyambangi langsung Kantor Asprov PSSI Aceh untuk menyuarakan sikap resmi mereka serta menyampaikan permintaan agar penunjukan tuan rumah Liga 4 dapat dikaji ulang. Organisasi ini menginginkan proses yang transparan, adil, dan bertumpu pada kesiapan teknis dan profesionalisme daerah.
“Masih banyak kabupaten lain yang lebih siap dan berpengalaman. Kami tidak anti-Gayo Lues, tapi kami ingin penyelenggaraan liga ini berjalan dengan baik, profesional, dan berkelas,” pungkas Diki. (*)