Batam — Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI), Komjen Pol. Marthinus Hukom, meninjau langsung Kapal MT Sea Dragon Tarawa yang diduga kuat mengangkut narkotika jenis sabu dalam jumlah besar. Kapal tersebut saat ini bersandar di dermaga Bea Cukai Batam, Tanjung Uncang, usai diamankan oleh tim gabungan pada Kamis (23/5).
Marthinus tiba di lokasi bersama sejumlah pejabat tinggi penegak hukum. Ia didampingi oleh Kapolda Kepulauan Riau, Irjen Pol. Asep Safrudin, Komandan Lantamal Kepri, Laksma TNI Berkat Widjanarko, Direktur Interdiksi Narkotika DJBC R. Syarif Hidayat, Direktur Interdiksi BNN Tery Zakiar Muslim, serta Direktur Pengejaran BNN Roy Hardi Siahaan.
Kepala BNN RI menyebut pengungkapan ini sebagai salah satu keberhasilan terbesar dalam sejarah pemberantasan narkoba di Indonesia. “Ini adalah prestasi luar biasa. Kita sedang berhadapan dengan jaringan narkotika internasional yang mencoba menjadikan Indonesia sebagai pasar dan jalur transit,” ujarnya.
Dalam penelusuran di dalam kapal, ditemukan 67 dus berwarna cokelat yang telah dibungkus plastik dan disimpan dalam kompartemen tersembunyi di lambung kapal. Masing-masing dus berisi bungkusan teh China yang ternyata menyimpan sabu kristal. “Modus seperti ini bukan baru, tapi pola penyembunyian yang mereka gunakan semakin canggih,” ungkap Marthinus.
Dari operasi ini, enam orang Anak Buah Kapal (ABK) turut diamankan, terdiri dari empat warga negara Indonesia dan dua warga negara Thailand. BNN menyatakan para tersangka sedang dalam pemeriksaan intensif, dan pihaknya terus mendalami keterkaitan mereka dengan sindikat yang lebih luas. “Ini bukan kerja satu dua orang. Jelas ada aktor intelektual yang sedang kami buru,” sebutnya.
Marthinus juga memerintahkan agar pengamanan dan pengawalan terhadap barang bukti diperketat, mengingat nilai serta potensi ancaman dari sabu yang disita. “Kami tidak akan beri celah sedikit pun. Barang bukti sebesar ini harus dijaga sampai tuntas proses hukumnya,” tegasnya.
Direktur Interdiksi BNN, Tery Zakiar Muslim, menambahkan bahwa operasi ini membuktikan pentingnya kerja sama antarlembaga. “Tanpa sinergi, mustahil kasus sebesar ini bisa diungkap. Ini kolaborasi intelijen laut, udara, dan darat,” ucapnya.
Hingga saat ini, proses gelar perkara dan penghitungan berat pasti sabu yang disita masih berlangsung. Tim forensik laboratorium BNN sedang memastikan kualitas dan total barang bukti narkotika tersebut.
Kasus ini memperlihatkan bahwa wilayah perairan Kepulauan Riau masih menjadi titik rawan penyelundupan narkoba. BNN mengakui bahwa jaringan internasional masih menjadikan jalur laut sebagai pilihan utama. “Kami akan memperketat pengawasan laut, terutama jalur-jalur yang rawan pengawasan,” tandas Marthinus.
“Perang terhadap narkotika belum selesai. Tapi hari ini, kita buktikan bahwa negara hadir dan tidak tunduk pada ancaman sindikat,” tutupnya. (*)