Jakarta — Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sedikitnya enam kejadian bencana alam yang berdampak signifikan dalam rentang waktu 24 jam terakhir, terhitung sejak Jumat (1/8) pukul 07.00 WIB hingga Sabtu (2/8) pukul 07.00 WIB. Rentetan peristiwa ini menegaskan bahwa Indonesia tengah menghadapi tekanan ganda dari dua ancaman hidrometeorologi: basah dan kering.
Peristiwa pertama terjadi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi, berupa tanah longsor yang menewaskan dua warga. Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur kawasan tersebut sejak Rabu (30/7) menyebabkan pergerakan tanah yang mengikis lereng di sekitar pemukiman. Dua rumah dilaporkan rusak sedang, dan penanganan darurat telah dilakukan oleh BPBD setempat.
Masih di hari yang sama, longsor juga menimpa wilayah Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu, sekitar pukul 11.45 WIB. Material longsoran menutup total akses jalan utama menuju Desa Padang Capo. Kendaraan roda empat tak dapat melintas, dan sepeda motor pun harus diangkat manual melewati tebing setinggi 15 meter. Hujan deras masih terus mengguyur wilayah tersebut dan proses evakuasi dibayangi risiko longsor susulan.
Di Provinsi Bengkulu, bencana banjir turut melanda enam kecamatan secara bersamaan. Sebanyak 110 rumah warga, 40 pertokoan, dan empat ruas jalan terendam dengan ketinggian muka air mencapai 1 meter. Kecamatan terdampak meliputi Kampung Melayu, Muara Bangkahulu, Gading Cempaka, Singaran Pati, Selebar, dan Ratu Agung. Meski banjir dilaporkan telah surut, kerusakan dan dampak sosial belum sepenuhnya teratasi.
Sementara itu di Sumatera Barat, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terjadi di Kabupaten Pasaman pada Jumat (1/8). Api melalap lahan seluas lebih dari 200 hektare di kawasan Nagari Lubuak Layang, Kecamatan Rao Selatan. Jalur api terpantau menjalar sejauh 15 kilometer dan hingga Jumat siang, kobaran belum dapat dipadamkan karena minimnya peralatan pemadam di lapangan. Ancaman kebakaran terus membayangi kawasan pemukiman terdekat.
Ancaman bencana juga datang dari sisi yang berlawanan: kekeringan. Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mengalami kekeringan parah sejak Rabu (30/7). Krisis air bersih terjadi di sejumlah titik, memaksa BPBD setempat mendistribusikan air bersih kepada warga. Situasi serupa melanda Desa Lebaksiu Kidul, Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Sebanyak 315 jiwa terdampak akibat menurunnya debit air. Pemerintah daerah telah mengirim bantuan berupa satu tangki air bersih berkapasitas 6.000 liter.
Kondisi makin kompleks dengan meningkatnya aktivitas vulkanik di Gunung Lewotobi Laki-Laki, Nusa Tenggara Timur. Gunung tersebut kembali erupsi pada Sabtu (2/8) pukul 01.05 WITA, menghembuskan kolom abu setinggi 18.000 meter di atas puncak. Arah semburan abu condong ke barat hingga barat laut dengan warna kelabu kehitaman dan intensitas sangat tebal. Aktivitas seismik menunjukkan amplitudo maksimum 47,3 mm dengan durasi erupsi lebih dari 14 menit. Status gunung masih berada pada Level IV atau “Awas”. Dampak langsung dari letusan ini menyebabkan gangguan besar di sektor penerbangan—sebanyak 24 penerbangan di Bandara Ngurah Rai Bali dilaporkan tertunda atau dibatalkan.
Melihat eskalasi kejadian, BNPB mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. Ancaman karhutla diperkirakan meningkat, terutama di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, dan NTT. Masyarakat diminta tidak membakar lahan secara sembarangan dan tidak membuang puntung rokok di lahan terbuka.
Sementara untuk menghadapi potensi bencana hidrometeorologi basah, BNPB mengingatkan masyarakat agar memantau prakiraan cuaca sebelum beraktivitas di luar rumah. Jika terjadi hujan lebat disertai angin, warga diimbau tidak berteduh di bawah pohon atau bangunan rapuh, serta menghindari daerah yang rawan longsor dan banjir lahar dingin, khususnya bagi yang tinggal di sekitar lereng gunung api.
BNPB juga menekankan pentingnya kesiapsiagaan dan tanggap darurat berbasis komunitas. Masyarakat diminta selalu mengikuti informasi resmi dan instruksi dari aparat pemerintah jika evakuasi diperlukan. Situasi saat ini menunjukkan bahwa kesiapan menghadapi berbagai jenis bencana tidak lagi bisa ditunda. (*)