Bener Meriah, Baranewsaceh.co – Di balik sosok tenang dan tutur lembutnya, tersimpan semangat besar untuk membangun kampung halaman. Ia adalah Subandi, S.Si,. M.Si, putra asli Pante Raya, Bener Meriah, yang kini dipercaya menakhodai Cabang Dinas Pendidikan Bener Meriah. Setelah bertahun-tahun berkarier di Banda Aceh, ia akhirnya pulang, bukan untuk beristirahat, melainkan untuk mengabdi.
Perjalanan karier Subandi dimulai pada tahun 2006, ketika ia pertama kali diangkat sebagai aparatur sipil negara (ASN) di Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Aceh, sebagai kasi olahraga tradisional. Kemudian dipercayakan sebagai kasubbag tatausaha di UPTD Dispora Aceh
Seiring waktu, tanggung jawabnya meningkat. Ia kemudian dipercaya menjabat Kasubbag Fasilitasi Sistem Jaminan Produk Halal pada Sekretariat Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh. Dari dunia olahraga hingga urusan kehalalan produk, Subandi membuktikan dirinya sebagai sosok yang adaptif dan berintegritas.
Namun panggilan hati untuk kembali ke tanah kelahiran tak pernah padam. Pada 26 September 2025, di Anjong Mon Mata, Banda Aceh, Subandi resmi dilantik oleh Gubernur Aceh melalui Sekretaris Daerah, M. Nasir, S.IP., M.PA., sebagai Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kabupaten Bener Meriah.
“Ini bukan sekadar jabatan, tapi amanah untuk memperbaiki dan memajukan pendidikan di tanah kelahiran saya,” ujarnya saat ditemui di sebuah kafe sederhana di kawasan Simpang Tiga Redelong. Jumat 03 Oktober 2025.
Lulusan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan (Unimed) tahun 2005 itu menegaskan bahwa langkah awal yang akan ia fokuskan adalah pembinaan akhlak, kedisiplinan, dan peningkatan kualitas belajar siswa. Bagi Subandi, pendidikan bukan hanya soal nilai dan prestasi akademik, tetapi juga karakter dan moral.
“Banyak nilai adat dan tradisi Gayo yang mulai memudar. Etika, sopan santun, dan rasa tanggung jawab bersama harus kita hidupkan lagi,” katanya serius. Ia menilai, kemajuan teknologi digital harus diimbangi dengan kearifan lokal agar tidak justru menimbulkan masalah baru seperti kekerasan, perundungan (bullying), hingga pelecehan di lingkungan sekolah.
Selain pembinaan karakter, Subandi juga menyoroti pentingnya pemerataan guru, peningkatan prestasi siswa, serta perbaikan infrastruktur pendidikan. Semua itu, menurutnya, hanya bisa terwujud dengan kerja sama semua pihak — mulai dari pemerintah daerah, sekolah, hingga masyarakat.
“Kalau kita ingin Bener Meriah punya generasi tangguh, maka pendidikan harus jadi fondasi utama,” tuturnya menutup pembicaraan.
Kini, Subandi kembali ke tanah “tembune” bukan sebagai perantau, tetapi sebagai pelita baru yang ingin menerangi jalan pendidikan di dataran tinggi Gayo. (Dani)














































