Kutacane_Maraknya banjir di Aceh Tenggara pada saat masuk musim penghujan, Aktivis Lingkungan Idham, meminta Bupati H. M. Salim Fakhri dan DPRK Aceh Tenggara cari solusi untuk menghadapi banjir di musim penghujan mendatang. Minggu (11/5/2025).
Belajar dari pengalaman sebelumnya, bahwa kabupaten Aceh Tenggara termaksud memiliki debit air yang tinggi ketika sudah memasuki musim hujan pada bulan Agustus sedengan September. Akibat memiliki debit air yang tinggi dan alur sungai yang tidak menentu, serta jalur sungai yang semakin menimbun akibat curah hujan, maka potensi banjir cukup besar.
Idham menerangkan bahwa ketika curah hujan cukup deras dan berkelanjutan dari hari ke hari. Beberapa wilayah di Aceh Tenggara yang memiliki tanggul sungai, pasti akan jebol akibat derasnya debit air. Serta rendahnya jarak antara jembatan dan dasar sungai akibat penimbunan kerikil secara alami juga mengakibatkan terjadinya banjir.
“Serta jembatan yang terlalu rendah jaraknya, juga dapat membuat air meluap ke permukiman rumah warga, bahkan material bebatuan dan kayu gelondongan dari atas pegunungan juga lengser ke bawah.” Lanjutnya
Idham mencontohkan Desa Lawe Hijo Kecamatan Bambel, “Ketika hujan turun tanggul di daerah tersebut selalu jebol sehingga air meluap ke permukiman warga. Kemudian jembatan nasional Desa Pasar Puntung, Kecamatan Semadam dan jembatan kuning Kecamatan Bambel setiap tahun selalu menjadi langganan banjir.” Terangnya
Untuk mengantisipasi banjir yang akan melanda, Idham berharap agar pemerintah Aceh Tenggara mampu mencari solusi untuk keadaan mendatang, serta ia juga berharap, DPRK juga ikut andil dalam hal tersebut.
“Pihak eksekutif dan legislatif harus dapat memikirkan solusi ini, bukan hanya seremoni setelah banjir membagikan sembako dan lain lain. Karena sebenarnya bukan itu yang diinginkan warga, akan tetapi warga mau hidup aman dari bencana banjir.” Tandasnya
Selanjutnya Idham meminta agar pihak eksekutif dan legislatif serius dalam mencari solusi dalam menangani prihal banjir “Kami hanya meminta eksekutif dan legislatif untuk dapat serius memikirkan persoalan daerah dan mencari solusi terhadap banjir yang selalu melanda wilayah setempat,” sebutnya.
Dalam mitigasi bencana banjir kedepan dan meminimalisir bencana banjir, Idham mengatakan harus mengutamakan pentingnya penyususnan rencana tata ruang yang berbasis pada analisis resiko banjir.
(Fenra)