Jakarta — Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menyoroti pentingnya penguatan keterampilan lunak (soft skill) bagi generasi Z agar mampu bersaing di dunia kerja yang semakin kompetitif dan dinamis.
Kepala Pusat Pasar Kerja Kemnaker, Surya Lukita Warman, mengungkapkan bahwa meski memiliki keunggulan dari sisi teknologi dan kreativitas, generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 ini masih dihadapkan pada tantangan besar terkait kemampuan komunikasi, kolaborasi, hingga adaptasi di lingkungan kerja.
“Perusahaan agak enggan mempekerjakan Gen Z ini, isunya adalah soft skill yang agak kurang,” ujar Surya dalam pernyataannya, Jumat (26/9/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia menjelaskan, keterampilan seperti komunikasi efektif, kerja sama tim, manajemen waktu, dan kreativitas menjadi semakin krusial untuk dimiliki, terutama ketika individu harus menghadapi tekanan atau menyelesaikan tugas secara kolektif.
Menurutnya, banyak anak muda yang masih memiliki persepsi terbalik terhadap dunia kerja, yakni lebih meminta perusahaan yang menyesuaikan diri dengan mereka, bukan sebaliknya.
“Gen Z juga harus menyesuaikan sikap dan karakter dengan pekerjaan yang akan dilakukan nanti. Jangan dibalik. Walaupun memang HRD juga saat ini mulai beradaptasi dengan karakter Gen Z, tetap saja mereka juga punya ekspektasi,” tambahnya.
Surya juga menyoroti fenomena “quick quitting” yang cukup lazim di kalangan pekerja muda, di mana mereka cenderung meninggalkan pekerjaan bukan karena masalah gaji, tetapi karena kurangnya rasa keterhubungan atau makna dalam pekerjaan yang dilakukan.
Dengan latar belakang tersebut, ia mendorong Gen Z untuk memilih pekerjaan yang sesuai dengan nilai-nilai pribadi dan gaya hidup mereka, seperti bidang kreatif digital atau profesi dengan fleksibilitas tinggi.
“Mungkin pekerjaan seperti content creator, host live streaming, itu cocok dengan karakter mereka. Tapi kalau mau masuk ke sektor seperti industri manufaktur atau perbankan, karakter itu mungkin harus lebih menyesuaikan,” terang Surya.
Namun demikian, tantangan ini bukan hanya menjadi beban Gen Z semata. Kemnaker menilai perlu adanya peran aktif dari pemerintah, lembaga pendidikan, dan pelatihan dalam membekali anak-anak muda dengan soft skill sejak dini.
“Saat interview kerja, banyak anak-anak kita yang tidak siap. Ini jadi catatan penting bahwa dibutuhkan intervensi, baik dari sistem pendidikan maupun pelatihan ketenagakerjaan, untuk mengajarkan soft skill yang dibutuhkan di dunia kerja nyata,” tegasnya.
Menurut Kemnaker, penguatan soft skill sama pentingnya dengan penguasaan hard skill atau kemampuan teknis. Di tengah perubahan pola kerja dan perkembangan industri, keseimbangan antara keduanya akan menjadi kunci sukses generasi muda dalam membangun karier jangka panjang.


































