Jakarta – Nama Ahmad Sahroni, Wakil Ketua Komisi III DPR RI sekaligus politisi Partai NasDem, kembali menjadi sorotan publik setelah ucapannya mengenai “orang tolol sedunia” memicu kontroversi. Pernyataan Sahroni ini ditanggapi serius oleh masyarakat, salah satunya oleh influencer muda Salsa Erwina Hutagalung, yang menantangnya untuk debat terbuka.
Salsa Erwina melalui akun Instagram pribadinya @salsaer menyatakan bahwa pernyataan Sahroni merendahkan rakyat Indonesia. “Yang ngatain rakyat tolol, sini aku tantang debat kamu @ahmadsahroni88. Kita buktikan siapa yang sebenarnya tolol dan tidak bekerja untuk kepentingan rakyat,” tulis Salsa dalam unggahannya, Rabu (27/8/2025). Tantangan Salsa disertai ajakan agar debat digelar dengan juri profesional internasional, menunjukkan keseriusannya dalam menguji kapasitas politisi tersebut.
Namun, menanggapi tantangan debat terbuka itu, Sahroni justru memilih bersikap santai. Melalui akun Instagram resmi @ahmadsahroni88, ia menyatakan tidak akan meladeni ajakan debat. “Ane gak akan ladenin org yg ajak debat ane. Ane mau bertapa dulu biar pinter, karena ane masih bloon. Ane ini masih bego,” tulis Sahroni, yang kemudian menuai beragam komentar warganet.
Salsa Erwina Hutagalung bukan influencer biasa. Tinggal di Aarhus, Denmark, Salsa dikenal lewat kanal podcast Jadi Dewasa 101 (JDW 101) yang membahas tips tumbuh dewasa, mulai dari pengenalan diri, ekspektasi hidup, hingga manajemen keuangan. Selain aktif sebagai konten kreator, Salsa memiliki prestasi akademik dan kompetisi internasional yang gemilang. Ia pernah menjuarai lomba debat internasional di Nanyang Technological University pada 2014 dan tercatat sebagai mahasiswa berprestasi di Universitas Gadjah Mada (UGM) sebelum melanjutkan studi ke luar negeri.
Menanggapi kontroversi, Sahroni memberikan klarifikasi. Ia menegaskan bahwa ucapan soal “orang tolol sedunia” bukan ditujukan kepada masyarakat secara umum, melainkan kepada pola pikir pihak-pihak yang menilai DPR bisa dibubarkan hanya karena isu gaji dan tunjangan. “Kan gue tidak menyampaikan bahwa masyarakat yang mengatakan bubarkan DPR itu tolol, kan enggak ada,” jelas Sahroni, Selasa (26/8/2025). “Bahasa tolol itu bukan pada obyek masyarakat, tapi pada logika berpikir yang menganggap DPR bisa bubar hanya karena gaji dan tunjangan,” tambahnya.
Politisi NasDem itu juga menekankan bahwa pembubaran DPR justru dapat melemahkan sistem demokrasi Indonesia. Menurutnya, DPR tetap dibutuhkan untuk menjalankan fungsi pengawasan terhadap pemerintah. “Emang setelah bubar DPR, siapa yang mau jalankan pengawasan? Kalau presiden pegang kekuasaan penuh tanpa DPR, justru bahaya,” ujarnya.
Kontroversi ini menunjukkan ketegangan antara pejabat publik dan masyarakat terkait kritik terhadap lembaga legislatif. Publik masih menantikan langkah Sahroni selanjutnya, termasuk apakah ia akan menerima tantangan debat terbuka yang dilayangkan Salsa Erwina. (*)













































