GAYO LUES — Semi Yanti (29), ibu muda asal Desa Kuta Panjang, Kabupaten Gayo Lues, kini menjalani hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Bersama dua anaknya yang masih kecil, Khairan (7) dan Uwais (2 tahun 8 bulan), ia tinggal menumpang di rumah warga di Desa Ameria Bahagia, Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue, setelah terusir dari rumah akibat dugaan kekerasan dalam rumah tangga.
Hidupnya kini bergantung sepenuhnya pada belas kasih warga. Tanpa penghasilan dan tanpa tempat tinggal tetap, Semi Yanti mengaku sudah tidak tahu harus ke mana lagi. Sejak sebulan terakhir, ia dan kedua buah hatinya hidup seadanya, hanya dengan bantuan makanan dari warga sekitar. Anak-anaknya mulai sakit-sakitan, sementara kebutuhan pokok seperti makanan, susu, dan popok semakin sulit dipenuhi.
“Saya tidak tahu harus ke mana lagi. Selama ini hanya menumpang, makan seadanya. Anak-anak juga mulai sakit-sakitan,” ujar Semi dengan suara bergetar, menggambarkan beban hidup yang ia pikul seorang diri.
Semi kini sedang menempuh proses hukum di Mahkamah Syariah Sinabang untuk menggugat cerai suaminya yang diduga melakukan KDRT. Namun selama proses hukum berlangsung, ia harus bertahan dalam situasi tanpa dukungan ekonomi dan sosial. Ia tidak memiliki penghasilan, tidak ada tempat tinggal yang layak, dan tak satu pun anggota keluarga yang bisa disandarkan di tanah rantau ini.
Kondisi yang dialami Semi Yanti memantik keprihatinan masyarakat. Beberapa warga menyebutkan bahwa Semi membutuhkan uluran tangan segera dari pemerintah daerah dan semua pihak yang peduli. Bantuan pangan, tempat tinggal sementara, hingga ongkos pulang ke kampung halamannya di Gayo Lues menjadi kebutuhan mendesak yang belum terpenuhi.
“Kalau bisa pulang, saya mau pulang. Di sini saya tidak punya siapa-siapa. Anak-anak butuh tempat yang lebih layak. Saya juga ingin memulai hidup baru,” katanya lirih.
Selama ini, ia menumpang tinggal di rumah seorang warga bernama Afinudin yang bersedia memberi tempat berteduh. Namun keterbatasan ekonomi keluarga tersebut juga membuat Semi tidak bisa terlalu lama bergantung. Apalagi dengan dua anak kecil yang sangat bergantung padanya, ia mengaku merasa semakin tertekan dari hari ke hari.
Dalam kondisi seperti ini, pendampingan hukum dan psikologis juga sangat dibutuhkan. Semi merupakan korban kekerasan rumah tangga yang tidak hanya kehilangan tempat tinggal, tetapi juga hak-hak dasar sebagai seorang ibu dan warga negara. Beban mental dan trauma yang ia alami tidak bisa dipandang sebelah mata.
Di tengah segala keterbatasan, Semi hanya berharap ada yang peduli. Ia ingin anak-anaknya bisa kembali hidup normal dan memiliki masa depan yang lebih baik. Ia ingin kembali ke kampung halamannya di Gayo Lues, di mana setidaknya ada harapan baru untuk memulai hidup dari awal.
Bagi siapa pun yang ingin membantu, Semi Yanti bisa dihubungi langsung melalui nomor ponsel: 0822 1459 5924.
(*)