BENER MERIAH | Suasana hangat dan penuh kebersamaan terasa di Gedung Olahraga (GOR) Kabupaten Bener Meriah pada Minggu (10/8/2025) saat peringatan Hari Damai Aceh digelar. Acara ini diawali dengan prosesi adat mangan murum atau makan bersama, yang menjadi simbol penyatuan masyarakat tanpa memandang latar belakang, serta wujud komitmen untuk meninggalkan rasa kebencian dan dendam demi masa depan yang damai.
Rangkaian peringatan juga diwarnai penampilan berbagai sanggar seni binaan Dewan Kesenian Bener Meriah. Ketua Dewan Kesenian, Munawir Arloti, menyampaikan bahwa sejumlah sanggar turut memeriahkan acara, di antaranya Sanggar Buana Jaya dan Sanggar Gelingang Raya yang menampilkan Didong, Sanggar Dedingin Senya dengan Tari Saman, serta penampilan Seni Antara. Sanggar SMP Negeri 1 Weh Pesam menampilkan Tari Guel, Sanggar Kenari menghadirkan Tari Kreasi, dan Sanggar Puja Kesuma Wono Sobo menampilkan Tari Jawa. Keberagaman ini mencerminkan kemajemukan masyarakat Bener Meriah dan menjadi bukti bahwa seni dapat menjadi jembatan persatuan.
Peringatan Hari Damai Aceh di Bener Meriah diinisiasi oleh Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Aceh (KKR), Pemerintah Aceh, dan Pemerintah Kabupaten Bener Meriah. Kehadiran para saksi sejarah konflik Aceh menambah makna tersendiri, menghadirkan refleksi tentang perjalanan panjang menuju perdamaian. Mereka duduk bersama masyarakat umum, menikmati sajian seni dan prosesi adat, menandai bahwa masa lalu yang kelam kini telah berganti dengan harmoni.
Bupati Bener Meriah, Ir. Tagore Abu Bakar, dalam sambutannya menegaskan bahwa perdamaian yang telah terwujud bukanlah hasil yang datang begitu saja, melainkan buah dari perjuangan, pengorbanan, dan kesepakatan bersama. Ia mengajak seluruh masyarakat untuk terus merawat dan menjaga perdamaian tersebut, karena kestabilan dan keharmonisan menjadi fondasi penting bagi pembangunan daerah.
Acara ini juga dihadiri oleh unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), perwakilan Pemerintah Aceh, KKR Aceh, serta tokoh masyarakat. Kehadiran berbagai unsur ini memperkuat pesan bahwa perdamaian merupakan tanggung jawab bersama yang memerlukan keterlibatan seluruh lapisan. Dari lantunan Didong hingga gerak anggun Tari Saman dan Tari Guel, seluruh pertunjukan seni menghadirkan kekayaan budaya sekaligus menguatkan semangat persaudaraan.
Peringatan Hari Damai Aceh di GOR Bener Meriah tahun ini menjadi momentum penting untuk meneguhkan kembali komitmen menjaga harmoni. Melalui seni, adat, dan kebersamaan, masyarakat diingatkan bahwa masa depan yang damai hanya bisa terwujud dengan persatuan dan saling pengertian di antara semua pihak.(*)