Bener Meriah – Indah Mayasary sosok perempuan kelahiran Aceh Tengah, 15 Februari 1987. Ibu dari tiga anak ini berstatus sebagai ASN di SMK Negeri 5 Bener Meriah. Kendati terikat dengan statusnya sebagai seorang ASN dan ibu rumah tangga, namun hal tersebut tidak menyurutkan obsesi dan kecintaannya terhadap buku. Hal tersebut juga ia tularkan kepada masyarakat seputaran di manapun Ia berada. Melakukan apa yang bisa dilakukan, dimanapun raga berada. Tentu hal tersebut dilakukan demi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, terutama bagi generasi kabupaten Bener Meriah melalui kegiatan literasi.
Ada sejumlah program yang pernah digagasnya melalui TBM seperti, Pustaka Goes to School, Wisata Literasi, Gerakan AMAN (Ayo Membaca Anak Negeri), Peduli Bacaan Yatim Dhuafa, Gerakan Sayang Bumi dengan CELALA (Cegah Pilah Olah), SASB, GAPAI (Gali Asah Potensi Anak Indonesia).
Selain itu, Ia juga aktif menggalang wakaf dan menyalurkan buku untuk daerah pinggiran, kegiatan seminar pelatihan life skill, soft skill dan hard skill, Bimbingan belajar membaca, matematika, sains dan bahasa inggris dan beragam lomba. Tidak ketinggalan dia juga pernah menulis 1 buku solo dan beberapa Antologi.
Lalu bagaiman awal mula ketika Ia mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) melalui Rumah Baca Telege Ilmu ?. Berikut penuturannya kepada media ini. Jumat (27/12/2024).
Awalnya saya dan keluarga mendirikan Umah Baca Telege Ilmu pada tahun 2013 dengan memanfaatkan ruang tamu rumah pribadi yang beralamat di Kampung Uning Bersah, Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah, Aceh.
Didasari keprihatinan saya melihat sejumlah masalah yang ada di tengah masyarakat seperti kesulitan belajar pada anak, kondisi ekonomi, psikologi, sosial, lingkungan yang kemudian menjadi pemantik api semangat untuk bisa berbuat sesuatu. Dengan bermodalkan buku bacaan pribadi dan buku anak-anak sendiri yang berjumlah sekitar 200 eksemplar, TBM kami mulai memfasilitasi kegiatan baca, pinjam buku gratis dan juga pustaka berjalan.
Seiring makin banyaknya buku yang kami beli sendiri maupun dari donasi berbagai pihak, selain memfasilitasi warga TBM membaca di base camp, kami juga berkeliling ke SD, SMA dan MAN yang berada di kecamatan terdekat untuk menawarkan pinjaman buku dengan menggunakan sepeda motor. Selain baca di tempat, buku-buku kadang dipinjam pakaikan karena banyak sekolah yang memang tidak memiliki buku bacaan umum berkualitas.
Selain itu, kami juga mengikuti program penggalangan wakaf buku lalu menyalurkan banyak paket buku-buku berkualitas ke berbagai daerah terpencil hampir di setiap kecamatan Kabupaten Bener Meriah dan pernah sekali ke Pulau Simeuleu, Aceh.
Melihat antusias anak-anak di base camp, tahun-tahun berikutnya kegiatan berkembang ke pelatihan dasar life skill, soft skill dan hard skill. Perlombaan aneka permainan tradisional, pelatihan komputer, pelatihan menjahit, latihan public speaking, kegiatan kewirausahaan untuk anak kerap diadakan.
Pun, saat diamanahi sebagai ASN di sebuah SMA di Kecamatan Mesidah, Kabupaten Bener Meriah yang termasuk daerah tertinggal saat itu, kami rutin membawa buku-buku bacaan untuk anak sekitar. Kami juga mengadakan les membaca, les bahasa inggris dan les matematika secara gratis. Di daerah ini juga akhirnya cabang TBM Umah Baca Telege Ilmu pernah dibuka oleh alumni SMA Mesidah.
Begitu juga saat harus berpindah-pindah tugas ke tempat lain, aktivitas “Menjemput Pembaca” tetap kami lakukan bahkan hingga saat ini. Dimana kami berdomisili, maka disana pula Umah Baca Telege Ilmu beroperasi. Sedikitnya ada lima daerah berbeda yang pernah menjadi base camp-nya.
Saat ini Umah Baca kembali beroperasi di Kampung Uning Bersah sejak setahun terakhir bekerja sama dengan perpustakaan kampung mengelola sumber buku bacaan. Namun buku-buku yang sejak tahun 2013 telah dipinjam bacakan, banyak yang rusak dan tidak layak baca lagi. Sementara pengadaan buku bacaan berkualitas masih terbilang sulit kami dapatkan, khusus buku untuk anak-anak. Maka saat mendapat bantuan 1000 buku bacaan berkualitas dari perpustakaan nasional, kami seperti mendapat bala bantuan yang tak terbilang nilainya. Buku-buku ini ibarat amunisi-amunisi kuat lagi hebat yang diberikan pada prajurit yang sedang bertempur di medan perang dan memang tengah berdoa memohon bantuan.
Kini dengan hadirnya amunisi-amunisi hebat di TBM kami, gairah untuk menyebarkan semangat literasi semakin membahana. Base camp hampir tidak pernah kosong pengunjung. Ada yang datang sekedar membaca di tempat dan ada pula yang meminjam untuk dibawa pulang. Warga TBM yang sebagian besar adalah anak-anak, saat ini tengah berlomba membaca buku terbanyak. Nantinya mereka akan menerima hadiah sederhana jika telah mencapai salah satu tingkatan SASB (Satu Anak Satu/Sepuluh/Seratus/Seribu Buku). Saat ini satu anak telah mencapai bacaan seribu buku dan banyak yang sudah di angka 100-400 judul buku.
Begitu pula pada Program Goes to School, anak-anak di sekolah-sekolah dasar yang kami kunjungi sangat antusias, berbahagia dan rasanya tak cukup waktu untuk membaca karena dari buku-buku berkualitas, anak-anak bisa belajar tentang banyak hal dengan menyenangkan. Contohnya dari buku yang berjudul Aqila Si Pemarah. Saat dibacakan dengan teknik Read Aloud, anak-anak bisa mendengar dengan seksama sambil belajar tentang emosi dan bagaimana cara mengelolanya. Saya menjadikan moment ini untuk mengenalkan ragam emosi yang lain dan bagaimana cara merilisnya.
Percaya atau tidak, banyak anak-anak di kabupaten ini belum pernah membaca buku selain buku Tema yang ada di sekolah. Jadi kebayang bagaimana senangnya mereka dibawakan buku-buku berkualitas seperti ini. Selain belajar tentang emosi, mereka bisa mempelajari tentang budaya, ragam hewan, tumbuhan, teknik, tata tertib berlalu lintas, sejarah dan masih banyak lagi yang tentunya mendukung seseorang mampu menguasai dengan kognitif lebih baik. Sejauh ini setidaknya sudah puluhan sekolah yang kami datangi untuk berbagi buku bacaan berkualitas.
Program lainnya yang kami inisiasi dengan kehadiran 1000 buku bacaan berkualitas ini adalah Peduli Bacaan Yatim Dhuafa. Secara rutin kami mengantar dan menjemput buku-buku bacaan berkualitas pada anak yatim, piatu, dan anak yang orang tuanya bercerai yang tinggal di kampung kami dan kampung sekitar. Anak-anak dengan mobilitas orang tua tunggal yang terbatas ini, perlu dibantu untuk tetap mendapatkan buku bacaan.
Sejak dibawakan buku bacaan, anak-anak yatim, piatu dan dhuafa ini merasa sangat terbantu, pasalnya orang tua tunggalnya tidak perlu datang ke TBM namun anak-anak tetap bisa baca. Anak-anak pun jadi punya aktivitas menyenangkan dan bermanfaat serta menguatkan keterampilan membaca bagi yang mengalami kesulitan membaca.
Bantuan 1000 buku bacaan berkualitas ini juga menjadi pendorong kuat tebentuknya Rumah Literasi Ayuza yang digagas oleh kakak tertua kami. Rumah literasi ini beralamat di Kampung Pante Raya, Kecamatan Wih Pesam, Kabupaten Bener Meriah. Sebagai tahap awal, TMB kami meminjamkan 200 buku bacaan sebagai buku awal beroperasinya rumah literasi ini. Benarlah kata pepatah, bahwa apa yang ada di dunia ini menular. Kebaikkan menular, keburukan pun demikian. Maka kembali kepada kita ingin ditulari dan menulari apa?
Dengan semakin padatnya kegiatan di TBM Umah Baca Telege Ilmu, peran dan tugas yang hadir semakin komplit sementara personilnya masih terbatas. Banyak kendala yang dihadapi tekait waktu, tenaga dan biaya untuk menjalankan program-program yang sudah, sedang dan akan berjalan.
Untuk itu langkah awal yang kami lakukan adalah merekrut tenaga kerja untuk mengurusi administrasi dan tugas rutin. Kami juga mengajak dan melatih warga TBM merencanakan dan mengadakan kegiatan-kegiatan informal maupun formal, seperti lomba dan seminar.
Selain itu, kami membangun jejaring dengan pegiat literasi di dalam dan luar kabupaten Bener Meriah, semata untuk menguatkan semangat bergerak atau juga untuk saling bekerja sama mengisi berbagai kegiatan sebagai narasumber.
Terkait pembiayaan, kegiatan TBM sebagin besar masih bersifat swadaya. Namun pemerintah kampung setahun ini sudah mulai melirik dan memberi bantuan berupa support dan dana terbatas untuk bantuan operasional TBM. Selain itu, buku-buku yang saat ini telah mencapai sekitar 2000 eksemplar banyak berasal dari donasi baik berupa uang atau barang layak pakai yang kami jual kembali.
Harapan kami dengan adanya bantuan 1000 buku ini, TBM Umah Baca Telege Ilmu semakin mudah bertransformasi menjadi perpustakaan berbasis inklusi sosial yang mempu menjembatani peningkatan potensi masyarakat sekitarnya. Diharapkan juga dengan hadirnya bantuan 1000 buku ini warga TBM semakin bersemangat datang untuk membaca dan mengikuti program-program yang ada. Demikian pula bagi sesama pegiat literasi, kehadiran ribuan buku di kabupaten ini semoga menjadi booster semangat berkali-kali lipat demi menegakkan perintah iqra bismirabbikalladzi khalaq. Mari ciptakan jejak-jejak kebaikkan di pikiran dan jiwa anak-anak kita, generasi bangsa dengan membaca. Gerakkan ini bisa dimulai dari rumah kita. Pungkasnya (DN)