MEDAN, BARANEWS — Upaya pemekaran wilayah tengah dan tenggara Aceh untuk membentuk Provinsi Aceh Leuser Antara (ALA) memasuki babak baru. Komite Persiapan Pembentukan Provinsi Aceh Leuser Antara (KP3ALA) menggelar konsolidasi akbar sekaligus pengukuhan pengurus baru tingkat pusat dan daerah di Aula Asrama Haji Medan, Sumatera Utara, Sabtu (4/10/2025).
Acara ini menjadi momentum penting dalam menyatukan semangat perjuangan dan memperkuat struktur organisasi KP3ALA, guna mendorong percepatan realisasi pemekaran yang telah lama diperjuangkan.
Kegiatan berlangsung khidmat dengan rangkaian acara formal, mulai dari pembacaan ayat suci Al-Qur’an hingga penandatanganan pakta integritas. Dalam prosesi inti, pengurus KP3ALA dari kabupaten/kota se-kawasan ALA resmi dikukuhkan untuk periode 2025–2030 oleh Ketua Umum KP3ALA Pusat.
Sejumlah tokoh yang telah lama aktif memperjuangkan pemekaran turut hadir, antara lain Drs H Syahbudin BP MM selaku tokoh inisiator ALA, Nilawati Mustafa M Tamy, Prof Dr Rahmat Salam MSi sebagai Ketua Umum KP3ALA Pusat, dan Drs H Armen Desky MM sebagai Ketua Dewan Pembina. Turut hadir pula perwakilan dari enam wilayah pengusul pemekaran, yakni Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, Aceh Tenggara, Subulussalam, dan Aceh Singkil.
Para pengurus yang baru dilantik menandatangani pakta integritas yang memuat enam komitmen utama, termasuk menjunjung objektivitas, menghindari konflik kepentingan, serta tidak terlibat dalam praktik suap atau tindakan tercela yang dapat merusak perjuangan pemekaran.
Dalam sambutannya, Drs H Syahbudin BP menegaskan bahwa pemekaran ALA bukan sekadar aspirasi lokal, tetapi bagian dari kepentingan nasional untuk mempercepat pembangunan dan menata ulang pelayanan publik yang selama ini dinilai belum merata. Ia menyoroti bahwa meskipun Aceh telah menikmati dana otonomi khusus selama hampir dua dekade, wilayah tersebut masih menjadi provinsi termiskin di Sumatra.
Menurutnya, pemekaran ALA akan membuka peluang baru dalam pengelolaan potensi daerah secara lebih optimal. “Kawasan ini memiliki kekayaan luar biasa, dari Gunung Leuser, kopi Gayo, hingga kakao yang telah mendunia. Jika dikelola oleh pemerintah provinsi sendiri, ALA bisa menjadi salah satu provinsi terkaya di Indonesia,” ujarnya.
Lebih jauh, Syahbudin menyebut posisi geografis kawasan ALA sangat strategis sebagai poros pertahanan dan simbol keberagaman di wilayah barat Nusantara. Dukungan terhadap pemekaran juga disebut semakin terbuka lebar, di tengah arah kebijakan pembangunan nasional yang digariskan dalam Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Ketua KP3ALA Aceh Tengah, Zam Zam Mubarak, dalam kesempatan yang sama menambahkan bahwa perjuangan pemekaran ALA merupakan perjuangan konstitusional yang dilandasi semangat persatuan dan pembangunan berkeadilan. Ia menilai pemekaran ini akan memberikan dampak langsung terhadap percepatan pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kawasan ALA juga disebut merepresentasikan miniatur Indonesia dengan keberagaman etnik, budaya, dan agama yang hidup berdampingan. Dengan terbentuknya provinsi baru, masyarakat diharapkan lebih mampu mengelola wilayahnya secara mandiri, efisien, dan transparan.
Konsolidasi akbar ini menjadi penanda semakin terstrukturnya gerakan pemekaran ALA. Dengan pengukuhan kepengurusan baru dan kesepakatan bersama melalui pakta integritas, para tokoh dan masyarakat kawasan ALA menegaskan komitmen mereka untuk terus melangkah maju dalam memperjuangkan pembentukan provinsi ke-39 di Indonesia tersebut. (*)