Debat Cawapres : Fokus Gimmick, Minus Subtansi

Redaksi Bara News

- Redaksi

Rabu, 24 Januari 2024 - 12:09 WIB

50416 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh : Syahril Ramazan (Agam Batat)
Mahasiswa Prodi Kesejahteraan Sosial Uin Ar-raniry Banda aceh.

Sejak pita yang telah digunting melambangkan pesta demokrasi per lima tahunan sekali bergulir, sang produser dalam pesta kali ini adalah Komisi Independen Pemilihan Umum (KPU) dan yang menjadi sosok wasit guna menjaga agar tidak terjadinya pelanggaran dan offside adalah BAWASLU(Badan Pengawas Pemilu).

Sejak itu pula berbagai rangkaian terlaksana sebagaimana scheddule yang sudah di desain oleh sang Produser, termasuk diantaranya Debat kandidat antara Capres-Cawapres ke- 4 pada minggu 21 januari 2024 lalu, yang menjadi ujung tombak dalam Debat kandidat tahap ke 4 kali ini adalah para kandidat cawapres dari ketiga pasang calon yakni Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud.MD, Wakil Ketua DPR-RI, Muhaimin Iskandar (Cak imin), serta Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka. Tema yang menjadi fokus dalam debat kali ini adalah Pembangunan yang berkelanjutan dan Lingkungan hidup, Sumber daya alam dan Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat, dan Desa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dalam hemat saya, debat kandidat yang berlansung ini bertujuan bagi para peserta yang sedang berlomba untuk sampai pada titik kekuasaan menggelontarkan sekian banyak gagasan, ide, arah dan masa depan bangsa yang terkait dengan tema pokok debat tersebut, serta `Mempertetangkan` argumentasi logis yang bersifat Akademik dan rasionalitas, demi menarik simpati dan dukungan masyarakat sebagai komsumsi politik para elit yang sedang memperebutkan kursi empuk kekuasaan. Namun, hal kontradiktif yang terjadi adalah momentum tersebut dimaanfaatkan sebagai `Perang Gimmic` antara masing-masing kandidat, sehingga abai terkait fokus pembahasan.

Penulis berpendapat demikian dikarenakan berbagai alasan, salah satunya Gimmic “ Search to answering“ (mencari jawaban) yang dilakukan oleh salah satu kandidat, sehingga menjadi daya tarik dan memancing situasi agar tak lagi berfokus pada subtansial permasalahan.

Hal yang terjadi adalah selanjutnya adalah “ War of gimmick“, kemudian juga pada tindakan salah satu calon mempermasalahkan tumbler minuman, bisikan para timses, termasuk gimmic catatan Mahkamah konstitusi.

yang berdampak pada daya tarik masyarakat bukan lagi terhadap gagasan para calon, tapi masyarakat berfokus pada `Opera` yang terjadi.

Seharusnya dan selayaknya masih banyak fokus debat yang harus tersampaikan, penulis dalam hal ini mencoba berpendapat beberapa hal yang harus di fokuskan bukan hanya secara foundamantal.

Seperti halnya pada persoalan lingkungan hidup, memaknai deforestasi bukan hanya tentang penanganan nya , tapi juga tindakan-tindakan efektif pencegahan deforestasi yang abai dalam pembahasan, kemudian tentang sumber daya alam, tak ada yang berkomitmen pada regulasi hukum dan pelaksaanaan ketetapan hukum yang terkait dengan pemanfaatan Sumber daya alam, yang selama memiliki permasalahan dan ironisnya lagi hal tersebut di akui oleh salah satu kandidat cawapres akan tetapi tetap abai terhadap komitmen dan mekanisme pelaksanaan hukum.

Selanjutnya terkait agraria, tak ada yang menawarkan atau berfokus pada pembahasan bahwasanya lahan HGU (Hak Guna Usaha) itu mendapatkan akses mudah oleh semua khalayak masyarakat, bukan hanya segelintir pihak `Borjouis` yang bisa mengakses HGU tersebut.

Kemudian tetang Desa, tak ada yang menawarkan konsep kemandirian Desa yang menjunjung tinggi konsep minim intervensi pemerintahaan pusat, sehingga desa tersebut terbangun dengan kearifan, sosial, dan khzanah tiap-tiap desa, tanpa anda bayang-bayang intervensi dari pusat.

Namun, hal ini semua abai dari pokok pembahasan debat yang terjadi pada 21 januari yang lalu, semua kontestan berdiri tegak lalu seakan-akan menampakkan diri bahwasanya dia gagah dalam beretorika, padahal pada kenyataaanya banyak subtansial permasalahan yang abai terbahas akibat Perang gimmic, tanpa disadari bangsa ini butuh gagasan Bukan Pemain Sinetron.

Berita Terkait

Kuota Partai, Pendamping Desa dan Korupsi Kebijakan Menteri Yandri
TNI di Persimpangan Politik Reformasi
Nepal, Indonesia, dan Modus Baru Pembunuhan Demokrasi
Gara Gara Tidak Ada Ambulance : Keluarga Pasien Salah Paham Dengan Pihak RSUD SIM. Ini Kata Kapolsek Kuala
Untuk Akses Transportasi Anak Sekolah Keuchik Panyang Serahkan Satu Unit Raket Baru
Prajurit Yonif TP 856/SBS Laksanakan Patroli di Tempat Keramaian Di Nagan Raya
Said Multazam Warga Desa Ujong Fatihah Terima Bantuan Sembako Dari Brimob Aceh Batalyon C Pelopor
Box ATM Bank Aceh Syariah Depan PLTU 1-2 Nagan Raya Sudah Mulai Aktif. Warga Sudah Bisa Mulai Transaksi 

Berita Terkait

Jumat, 19 September 2025 - 03:25 WIB

Gugatan Tutut Soeharto ke Menkeu Dicabut, Purbaya: Beliau Kirim Salam, Saya Balas Salam

Jumat, 19 September 2025 - 03:22 WIB

Ahli di Sidang MK: 4.351 Polisi Rangkap Jabatan Sipil, Kesempatan Warga Sipil Hilang!

Jumat, 19 September 2025 - 03:04 WIB

Rocky Gerung Sindir Reshuffle Kabinet Prabowo: Cuma Ganti Orang, Bukan Ubah Kualitas

Jumat, 19 September 2025 - 02:53 WIB

Lima Tersangka Kredit Fiktif BPR Jepara Artha Ditahan KPK, Tiga Orang Dijemput Paksa di Semarang

Jumat, 19 September 2025 - 02:41 WIB

200 Siswa di Banggai Kepulauan Diduga Keracunan Setelah Makan Gratis, RS Trikora Penuh

Jumat, 19 September 2025 - 02:36 WIB

KPK Ingatkan Potensi Korupsi Dana Rp200 Triliun di Bank Himbara: “Jangan Sampai Kredit Fiktif Terulang”

Kamis, 18 September 2025 - 20:27 WIB

Pemerintah Tegaskan Kuota Impor BBM untuk SPBU Swasta Sudah Dinaikkan

Kamis, 18 September 2025 - 20:21 WIB

GAPPRI Sambut Positif Kajian Penurunan Tarif Cukai oleh Menkeu Purbaya

Berita Terbaru