Buzzer Merajalela di Siaran TV: Rakyat Butuh Edukasi, Bukan Intimidasi

Redaksi Bara News

- Redaksi

Jumat, 22 Agustus 2025 - 02:18 WIB

50385 views
facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh : Sri Radjasa, M.BA (Pemerhati Intelijen)

Televisi sebagai media elektronik, menurut banyak pakar internasional, seharusnya menjadi ruang penyedia konten yang berkualitas, relevan, dan informatif. Ia dituntut mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi sekaligus menjawab kebutuhan audiens yang kian kritis. Namun, yang lebih penting, televisi jangan semata-mata mengejar rating, tetapi juga menjalankan fungsi sosialnya sebagai media informasi, hiburan, dan pendidikan.

Di Indonesia, sebuah negara plural dengan problem politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang begitu kompleks, televisi memiliki tanggung jawab besar. Kehadirannya idealnya menjadi centre of gravity pemersatu bangsa sekaligus sarana edukasi bagi generasi muda agar tumbuh dengan karakter dan budi pekerti luhur. Karena itu, kualitas tayangan harus melewati kontrol yang profesional sebelum sampai ke ruang publik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sayangnya, realitas yang terlihat justru sebaliknya. Beberapa episode program “Rakyat Bersuara” yang diklaim sebagai acara unggulan iNews TV, malah tampil jauh dari esensi edukatif. Alih-alih membuka ruang diskusi sehat, program ini kerap menjadi panggung politik partisan, bahkan sesekali bernuansa intimidatif terhadap suara rakyat yang berbeda pandangan.

Jika televisi berbayar seperti MNC Vision bisa menghadirkan tayangan yang menghibur sekaligus edukatif, mengapa tidak hal serupa diwujudkan dalam program free to air seperti “Rakyat Bersuara”? Sudah saatnya pihak penyelenggara melakukan evaluasi serius: mulai dari pemilihan narasumber yang kredibel, hingga pembawa acara yang tegas menjaga jalannya diskusi tetap santun dan beradab.

Publik kini semakin jenuh melihat narasumber yang tampil sekadar sebagai “buzzer” dimana keras membela kepentingan majikan, tetapi miskin substansi. Alhasil, program ini bukan lagi ruang suara rakyat, melainkan arena perdebatan bising yang tidak sehat. Jika tren ini dibiarkan, televisi berpotensi kehilangan kepercayaan publik sekaligus melupakan peran hakikinya yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.

Berita Terkait

Kuota Partai, Pendamping Desa dan Korupsi Kebijakan Menteri Yandri
TNI di Persimpangan Politik Reformasi
Nepal, Indonesia, dan Modus Baru Pembunuhan Demokrasi
Gara Gara Tidak Ada Ambulance : Keluarga Pasien Salah Paham Dengan Pihak RSUD SIM. Ini Kata Kapolsek Kuala
Untuk Akses Transportasi Anak Sekolah Keuchik Panyang Serahkan Satu Unit Raket Baru
Prajurit Yonif TP 856/SBS Laksanakan Patroli di Tempat Keramaian Di Nagan Raya
Said Multazam Warga Desa Ujong Fatihah Terima Bantuan Sembako Dari Brimob Aceh Batalyon C Pelopor
Box ATM Bank Aceh Syariah Depan PLTU 1-2 Nagan Raya Sudah Mulai Aktif. Warga Sudah Bisa Mulai Transaksi 

Berita Terkait

Jumat, 19 September 2025 - 03:25 WIB

Gugatan Tutut Soeharto ke Menkeu Dicabut, Purbaya: Beliau Kirim Salam, Saya Balas Salam

Jumat, 19 September 2025 - 03:22 WIB

Ahli di Sidang MK: 4.351 Polisi Rangkap Jabatan Sipil, Kesempatan Warga Sipil Hilang!

Jumat, 19 September 2025 - 03:04 WIB

Rocky Gerung Sindir Reshuffle Kabinet Prabowo: Cuma Ganti Orang, Bukan Ubah Kualitas

Jumat, 19 September 2025 - 02:53 WIB

Lima Tersangka Kredit Fiktif BPR Jepara Artha Ditahan KPK, Tiga Orang Dijemput Paksa di Semarang

Jumat, 19 September 2025 - 02:41 WIB

200 Siswa di Banggai Kepulauan Diduga Keracunan Setelah Makan Gratis, RS Trikora Penuh

Jumat, 19 September 2025 - 02:36 WIB

KPK Ingatkan Potensi Korupsi Dana Rp200 Triliun di Bank Himbara: “Jangan Sampai Kredit Fiktif Terulang”

Kamis, 18 September 2025 - 20:27 WIB

Pemerintah Tegaskan Kuota Impor BBM untuk SPBU Swasta Sudah Dinaikkan

Kamis, 18 September 2025 - 20:21 WIB

GAPPRI Sambut Positif Kajian Penurunan Tarif Cukai oleh Menkeu Purbaya

Berita Terbaru